JP Morgan: RI unggul di industri tenaga kerja keahlian rendah
Merdeka.com - Singapore Management University (SMU), bekerja sama dengan perusahaan layanan keuangan global JP Morgan melakukan penelitian mengenai tantangan keahlian angkatan kerja yang dihadapi oleh negara-negara ASEAN yaitu Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Thailand.
Salah satu hasilnya adalah, Indonesia unggul pada industri yang membutuhkan tenaga kerja keahlian rendah. Menurut penelitian ini, Indonesia membutuhkan perombakan yang besar dan fundamental terhadap roadmap pendidikan nasional untuk mengatasi masalah kelangkaan tenaga kerja ahli yang dibutuhkan.
Masalah yang dihadapi saat ini diperparah oleh sistem pendidikan atau kurikulum yang belum bisa memenuhi kebutuhan dunia yang terus berkembang, jumlah tenaga pendidik berkualitas yang belum mencukupi, serta pendanaan yang masih kurang memadai.
-
Bagaimana cara mengatasi kekurangan talenta digital di Indonesia? Untuk mencapai jumlah itu dibutuhkan kolaborasi pentahelix. Model kolaborasi yang melibatkan lima unsur yaitu: Akademisi, Bisnis, Masyarakat, Pemerintah, Media.
-
Pekerjaan apa yang banyak dicari oleh perusahaan di Indonesia? Data LinkedIn menunjukkan bahwa analitik, desain, dan teknik adalah skill yang paling banyak dimiliki di kalangan tingkat pemula saat ini.
-
Bagaimana Jokowi berharap JAPINDA dapat meningkatkan kualitas SDM di Indonesia? 'Agar lebih banyak lagi tenaga terampil Indonesia yang bisa masuk ke Jepang,' ungkap Jokowi.
-
Mengapa Indonesia kekurangan talenta digital? Sayangnya, di saat adopsi teknologi itu makin gencar dilakukan di negara-negara lain, Indonesia justru masih banyak kekurangan talenta.
-
Apa saja yang dibutuhkan untuk transformasi digital di Indonesia? Ada dua hal yang menjadi poin penting. Pertama, talenta dan yang kedua adalah infrastruktur digital.
-
Gimana Kemnaker kembangkan SDM Ketenagakerjaan? Dalam kegiatan ini akan dibahas mengenai peluang kerja sama antara organisasi internasional melalui program-program pengembangan kompetensi yang mereka miliki dengan kebutuhan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
"Berbagai fakta di atas merupakan salah satu dari sejumlah temuan kunci dari penelitian selama satu tahun," ucap Presiden SMU, Arnoud De Meyer dalam keterangannya kepada merdeka.com di Jakarta, Selasa (1/11).
Indonesia perlu secara signifikan menambah jumlah pekerja ahli untuk mengangkat status ekonomi menjadi negara berpendapatan menengah. Saat ini, hanya 16 persen sarjana yang mempelajari bidang teknik, konstruksi dan manufaktur, keahlian-keahlian inti yang penting bagi Indonesia ketika ekonomi semakin terindustrialisasi.
Menurut penelitian tersebut, ada kesenjangan mencolok antara keahlian yang diajarkan oleh sekolah dan keahlian yang dicari oleh industri. Kesenjangan antara sekolah dan industri ini dapat dilihat pada industri utama Indonesia yang mengalami pertumbuhan, seperti sektor teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Meskipun tampaknya 200.000 mahasiswa TIK yang lulus dari universitas setiap tahunnya mencukupi dari segi jumlah, rangkaian keahlian yang mereka miliki kerap kali tidak sesuai dengan kebutuhan industri. Kecenderungan serupa juga terlihat pada sektor-sektor yang memiliki pertumbuhan tinggi seperti otomotif dan pariwisata
Meskipun pemerintah telah meningkatkan perhatian terhadap reformasi pendidikan, termasuk mengintegrasikan lebih banyak modul pelatihan yang relevan dengan TIK ke dalam kurikulum dan mendorong lebih banyak pelajar untuk menyelesaikan pendidikan tinggi, upaya ini dihalangi oleh infrastruktur yang lemah maupun tidak tersedianya tenaga pendidikan berkualitas dalam jumlah yang mencukupi, demikian menurut penelitian tersebut.
"Hal ini menjadi lebih menantang mengingat alokasi pendanaan pendidikan di APBN selama 5 tahun terakhir ini masih berada di kisaran 10 persen yang merupakan belanja fiskal pendidikan terendah di antara kelima negara ASEAN lainnya."
Pertumbuhan ekonomi yang kuat beberapa tahun belakangan mungkin telah mampu menurunkan angka pengangguran, namun tingkat pengangguran pemuda di Indonesia masih berkisar pada angka 18 persen, ini merupakan masalah serius sebab menghilangkan salah satu aset terpenting negara, yaitu angkatan kerja yang muda dan dinamis, demikian menurut penelitian tersebut. Indonesia memiliki lebih dari 40 persen populasi berusia di bawah 25 tahun, yang sebenarnya menempatkan negara ini dalam posisi yang kuat untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan.
"Indonesia harus memanfaatkan sebaik-baiknya angkatan kerja yang masih muda sebagai keunggulan komparatif dan memprioritaskan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan—memastikan bahwa tersedia tenaga pendidikan berkualitas dalam jumlah yang mencukupi," katanya.
Menurut penelitian, sektor swasta, terutama korporasi besar dan perusahaan multinasional, perlu didorong untuk mengemban tanggung jawab lebih besar dalam memberikan pelatihan keahlian, sehingga menaikkan standar industri ke tingkat yang diakui secara global.
Penelitian itu menambahkan bahwa pemerintah juga perlu mempertimbangkan liberalisasi hukum-hukum perburuhan untuk mempermudah perusahaan mempekerjakan tenaga kerja dari luar negeri, terutama di industri-industri pertumbuhan utama. Kebijakan ini dapat memikat lebih banyak perusahaan multinasional ke dalam industri-industri tersebut, sehingga menggenjot investasi dari luar negeri serta prospek pertumbuhan ekonomi.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Shinta melihat regulasi ketenagakerjaan di Indoensia masih belum optimal.
Baca SelengkapnyaLewat bidang pendidikan dan kesehatan, Indonesia bisa keluar dari jebakan negara pendapatan menengah.
Baca SelengkapnyaMenaker Ida membeberkan daftar keterampilan yang dibutuhkan pasar kerja saat ini.
Baca SelengkapnyaPemerintah terus mendorong transisi energi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSaid menyebut tenaga kerja Indonesia yang bekerja saat ini berjumlah 142,1 juta. Namun ironisnya 54,6 persen diantaranya lulusan SMP ke bawah.
Baca SelengkapnyaBacapres Ganjar Pranowo menyiapkan strategi pembangunan sumber daya manusia sebagai pondasi, agar Indonesia bisa melompat menjadi negara maju.
Baca SelengkapnyaSekjen Anwar menekankan, adanya job fair merupakan upaya yang sangat bermanfaat terhadap penciptaan peluang.
Baca SelengkapnyaData hampir 10 juta Gen Z jadi pengangguran merupakan temuan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023.
Baca SelengkapnyaHal ini disampaikannya saat mengunjungi SMK Mitra Industri 02 di Pati, Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaBonus demografi yang akan disambut dalam duadekade mendatang, semestinya membawa peluang kemajuan ekonomi.
Baca SelengkapnyaIni merupakan upaya berkelanjutan yang telah dimulai sejak era Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto hingga era reformasi.
Baca Selengkapnya