Jutaan ikan mati di Mimika, Freeport didesak umumkan hasil lab
Merdeka.com - Lembaga Musyawarah Adat Suku Kamoro (Lemasko) di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua menuntut PT Freeport Indonesia segera mengumumkan hasil uji laboratorium terhadap sampel ikan-ikan yang mati di sepanjang kawasan pengendapan limbah tailing, beberapa waktu lalu.
Berdasarkan kesepakatan Freeport dan Pemerintah Kabupaten Mimika, pada 8 April lalu, hasil uji laboratorium akan dipublikasikan dalam waktu dua minggu.
"Sekarang sudah lewat dari dua minggu tapi hasil laboratorium belum juga diumumkan. Kami minta Freeport bersama pemerintah daerah segera duduk bersama dengan masyarakat untuk mengklarifikasi soal kematian jutaan ekor ikan di Sungai Yamaima yang masuk area konsesi PT Freeport," kata Wakil Ketua Lemasko Georgorius Okoare, seperti diberitakan Antara, Senin (2/5).
-
Kapan terlihat hasilnya? Produk dengan niacinamide cocok untuk semua jenis kulit. Perubahan dapat terlihat setelah menggunakan produk ini secara rutin selama empat minggu.
-
Mengapa tambang emas tersebut belum berizin? Berdasarkan investigasi terhadap Karipto selaku Kepala Dusun 2, Desa Pancurendang, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, diketahui bahwa area itu belum berizin meski telah beroperasi sejak tahun 2014.
-
Mengapa penggalian di Port Island ditunda? Fosil-fosil tersebut pertama kali ditemukan pada tahun 2013, tetapi pihak berwenang menunda penyelidikan lebih lanjut.
-
Kenapa Muhammadiyah belum putuskan soal tambang? Mu’ti mengatakan, Muhammadiyah belum ada keputusan akan menolak atau menerima konsesi tambang tersebut.
-
Kapan proses produksi berakhir? Proses produksi adalah kegiatan industri yang dimulai dengan pengangkutan bahan mentah dari inventaris pabrik dan diakhiri dengan pengangkutan produk jadi ke tempat penyimpanan pertama.
-
Kapan proyek ini dimulai? Proses penghidupan kembali quagga ini dilakukan melalui The Quagga Project, yang dimulai pada 1987.
Georgorius mempertanyakan klaim sepihak Freeport yang menyebut jutaan ikan di sepanjang Sungai Yamaima hingga kawasan Cargo Dok Pelabuhan Amamapare mati akibat fenomena alam.
"Pak Sonny Prasetyo (Executive Vice President PT Freeport Indonesia Bidang Sustainable Development) membantah kalau kematian jutaan ekor ikan itu tidak ada kaitannya dengan limbah beracun," katanya.
"Kami pertanyakan dari mana beliau berkesimpulan seperti itu, apakah sudah ada hasil lab-nya. Kalau sudah ada, mengapa tidak dipublikasikan agar masyarakat tidak khawatir."
Dia juga membantah klaim Freeport bahwa hanya ada satu jenis ikan yang mati. Yaitu, sardin yang bermigrasi dari laut dalam ke perairan dangkal.
"Itu tidak benar, ada ikan-ikan lain juga ikut mati. Seperti ikan duri, kakap, gabus dan lainnya," katanya.
"Kejadian itu sudah berlangsung lebih dari satu minggu baru diketahui oleh publik setelah semua ikan mati dan busuk di sungai. Syukur kejadian tersebut bisa kami ketahui, kalau tidak maka mungkin masalah ini tidak pernah terungkap ke publik."
Sebelumnya, Bupati Mimika Eltinus Omaleng mengaku tengah menanti rombongan Komisi VII DPR-RI. Mereka akan meninjau lokasi matinya jutaan ekor ikan di kawasan pengendapan limbah tailing Freeport.
"Rombongan Komisi VII DPR RI akan mengecek kasus kematian ikan di Pelabuhan Amapapare," katanya.
Selain itu, mereka juga akan meninjau tambang terbuka Freeport di Grasberg. Kemudian, tambang bawah tanah, pabrik pengolahan, area reklamasi tailing dan lainnya. (mdk/yud)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Nelayan penangkap ikan, Sutrisno, menceritakan kronologi saat proses penangkapan ikan tersebut.
Baca SelengkapnyaKonflik ini dimulai saat ribuan kontainer tertahan lama di Pelabuhan.
Baca SelengkapnyaUkuran hiu paus itu panjang total 8,27 meter dan lebar 4,1 meter.
Baca SelengkapnyaSejak 1870 populasi ikan Pari Jawa berkurang. Hal ini menjadi bukti konkretnya.
Baca SelengkapnyaPolisi masih menunggu hasil analisis ahli patologi anatomi yang dinilai mampu membantu menjawab penyebab kematian kedua korban.
Baca Selengkapnya