Kabinet Indonesia Maju Diharapkan Lebih Agresif Kembangkan Energi Terbarukan
Merdeka.com - Masyarakat Energi Baru Terbarukan Indonesia (METI) ingin Pemerintahan Kabinet Indonesia Maju lebih agresif mendorong pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT), hal ini untuk menyeimbangkan negara maju dalam menggunakan energi bersih tersebut.
Ketua Umum METI Surya Darma mengatakan, menggunakan EBT menjadi sebuah keharusan karena sesuai dengan kondisi lingkungan, saat ini negara maju pun sedang menggalakan EBT sebagai sumber energi.
"Sebut saja China, sudah agresif ada menteri khusus menangani EBT, pengembangan EBT di China luar biasa berkembangnya sesuai masa kini," kata Surya, di Jakarta, Rabu (30/10).
-
Kenapa Pertamina fokus mengembangkan EBT? Oki menekankan, Pertamina aktif mengembangkan energi baru dan terbarukan (EBT) contohnya bioenergi dan geotermal.
-
Kenapa energi terbarukan penting untuk lingkungan? Sumber energi seperti batu bara dan minyak bumi menghasilkan banyak emisi yang merusak lingkungan, sedangkan energi terbarukan seperti tenaga surya, tenaga angin, dan biomassa hampir tidak menghasilkan emisi sama sekali.
-
Mengapa Pemprov Kaltim mendorong Perusda untuk beralih ke energi terbarukan? Hal ini sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo agar Indonesia perlahan beralih ke energi terbarukan.
-
Kenapa subsidi energi penting? 'Subsidi ini selalu menjadi hal yang penting untuk negara kita ini, karena dengan subsidi maka pemerintah ini memang bisa hadir langsung untuk masyarakat dan membantu masyarakat menghadapi gejolak harga, ketersediaan pasokan, dan lain sebagainya,' tambah Isa dalam sambutannya pada acara tersebut.
-
Bagaimana Kutai Timur memanfaatkan energi terbarukan? Keberadaan bentang alam karst dengan banyak sumber mata airnya juga dimaksimalkan untuk transisi energi. Kabupaten Kutai Timur secara perlahan sudah mulai beralih ke energi terbarukan.
-
Apa target Pertamina dalam transisi energi? 'Kita dapat meningkatkan program bioenergi, biodiesel, biogasoil, bahan bakar penerbangan berkelanjutan dengan Sustainable Aviation Fuel (SAF), dan juga penyeimbangan karbon seperti solusi berbasis alami dan CCUS (carbon capture, utilisation, and storage),' tambahnya.
Agar pemerintah lebih agresif mengembangkan EBT, METI pun menginginkan adanya Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) yang fokus dalam pengembangan EBT. "Kami harap ada wamen untuk mengurusi EBT, karena EBT sebuah keharusan, karena negara maju sudah fokus mengembangkan EBT," ungkapnya.
Dia menyebut, negara berkembang yang fokus mengembangkan EBT adalah India. Untuk mengembangkan EBT lebih masif negara tersebut pun mengangkat menteri khusus yang menangani EBT.
"Di India juga agresif menunjuk menteri khusus menangani EBT, dari sini kelihatan kemauan pembangunan EBT lebih baik," tandasnya.
Reporter: Pabrianto Eko Wicaksono
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurut Muhadi, jumlah ini didapatkan lewat pemodelan dengan metodologi studi demand-supply RKUN yang dilakukan pada 571 region.
Baca SelengkapnyaPemerintah tidak ingin Indonesia sembrono dalam mengekspor energi hijau.
Baca SelengkapnyaMenteri ESDM menyebut, perubahan iklim adalah tantangan bersifat kompleks yang tidak hanya bisa diselesaikan oleh pemerintah.
Baca SelengkapnyaUntuk penerapannya, Eniya melihat peluang di kawasan Indonesia Timur. Sebab, beberapa wilayah di sana masih belum punya sistem jaringan memadai.
Baca SelengkapnyaKomitmen ini, lanjut Jokowi, diwujudkan melalui pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) yang lebih ramah lingkungan.
Baca SelengkapnyaDampak perubahan iklim global tidak hanya dirasakan oleh Indonesia, melainkan juga seluruh negara di dunia.
Baca SelengkapnyaKekayaan alam di merupakan modal besar bagi Indonesia untuk menjadi pusat energi hijau.
Baca SelengkapnyaKetersediaan batu bara yang melimpah menjadikan komoditas ini sebagai penggerak perekonomian nasional.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani minta semua pihak mendorong Kementerian ESDM untuk terus menggenjot pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan.
Baca SelengkapnyaPercepatan transisi energi fosil ke EBT diperlukan untuk mewujudkan target emisi karbon netral atau net zero emission pada 2060 mendatang.
Baca SelengkapnyaRumah bersama ini merupakan komitmen pemerintah untuk memperkuat kolaborasi antar kementerian/lembaga terkait untuk percepatan transisi EBT.
Baca SelengkapnyaIndonesia memiliki potensi penyimpanan emisi karbon hingga 600 giga ton melalui Carbon Capture and Storage (CCS).
Baca Selengkapnya