Kadin: Masalah Minyak Goreng Bukan Terjadi di Indonesia Saja
Merdeka.com - Ketua Umum Kamar Dagang Industri Indonesia (KADIN), Arsjad Rasjid menilai, dampak perang Rusia dan Ukraina terhadap perekonomian Indonesia terjadi pada meningkatnya biaya energi. Namun, di sisi lain, ekspor Indonesia juga diuntungkan karena meningkatnya harga komoditas.
"Kita juga menghadapi tantangan baru yaitu perang Ukraina-Rusia, ini memang jauh tapi harus ada kewaspadaan untuk kita. Misalnya biaya energi naik, harga gas naik, harga batubara naik, tapi ada positif buat Indonesia karena Indonesia ekspor komoditas tersebut," kata Arsjad dalam Rakernas Kadin Indonesia Bidang Ketenagakerjaan, Rabu (16/3).
Tak hanya itu, tantangan lainnya adalah meningkatnya beberapa harga bahan pokok makanan yang tidak hanya terjadi di Indonesia tapi juga dunia. Salah satunya minyak goreng.
-
Bagaimana UMKK bisa menguasai kekuatan ekonomi Indonesia? Bergabung di Katalog Elektronik itu menguntungkan karena pasarnya sangat besar.
-
Mengapa Indonesia surplus perdagangan dengan Malaysia? 'Kalau dihitung bulan, lebih dari 48 bulan kita surplus terus, Alhamdulillah,' ucap Didi Sumedi Sidoarjo saat melepas ekspor perdana produk kosmetik PT Wahana Kosmetika Indonesia (WKI) ke Malaysia.
-
Apa yang menjadi pendorong utama Pertamina dalam ekonomi Indonesia? Pendekatan ini akan menjadi terobosan bagi perekonomian Indonesia, dengan membuka peluang industri baru dan menciptakan pasar global untuk produk-produk rendah karbon.
-
Apa yang terjadi di Indonesia? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan dalam sepekan ke depan hampir seluruh wilayah di Indonesia akan dilanda suhu panas.
-
Kenapa kerja sama ekonomi dengan Kanada penting bagi Indonesia? Lebih penting lagi, bagi Indonesia, kerja sama ekonomi tersebut dipercepat dengan landasan aturan dan arahan Presiden.
-
Bagaimana Kemenko Perekonomian tingkatkan daya saing industri? 'Perjalanan transformasi industri untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah produknya masih Panjang, sehingga sinergi yang sudah terjalin selama ini harus dilanjutkan dan diperkuat lagi,' jelas Menko Airlangga.
"Masalah minyak goreng bukan menjadi masalah di kita saja, kenapa harga sawit naik? karena ada minyak sunflower yang diproduksi di Rusia dan Ukraina tidak bisa diekspor dan akhirnya mereka beralih ke sawit. Maka apa yang terjadi, demand sawit naik," ujarnya.
Arsjad juga menyebut komoditas gandum menjadi salah satu bahan pokok makanan yang mengalami kenaikan dampak Perang Rusia-Ukraina. Sebab, Rusia dan Ukraina memproduksi kurang lebih 30 persen daripada gandum dunia.
"Kemarin saya ketemu dengan Menteri Hungaria. Bagaimana kalau Hungaria ada produksi, apakah Indonesia bisa mengambil alternatif dan mengambil barang dari sana. Tapi Pemerintah Hungaria tidak bisa ekspor gandum keluar," ungkapnya.
Sanksi Ekonomi untuk Rusia Bisa Akhiri Globalisasi yang Dibangun Sejak 30 Tahun Lalu
Menteri Perdagangan (Mendag), Muhammad Lutfi menilai, sanksi ekonomi berupa larangan impor energi dari Rusia oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa, bisa berdampak negatif terhadap proses globalisasi yang telah digiatkan sejak periode 1990-an.
"Konflik Rusia-Ukraina telah memicu sanksi ekonomi, dan beberapa negara diprediksi akan melemahkan proses globalisasi yang dimulai lebih dari 30 tahun lalu," kata Mendag Lutfi saat rapat kerja Kementerian Perdagangan 2022, Kamis (10/3).
"Saya tadi dikirim artikel, mengatakan global value chain yang kita terapkan 30 tahun terakhir mungkin bisa berakhir pada hari ini dengan invasi tersebut. Terutama dengan adanya sanksi-sanksi yang diberikan oleh negara-negara Eropa dan Amerika terhadap Rusia," ungkapnya.
Menurut dia, pelemahan proses globalisasi ini tergambar lewat pertumbuhan pengiriman barang dari beberapa negara yang alami penurunan. Seperti angka ekspor Amerika Serikat, yang sudah turun -3 persen.
"Bahkan Eropa sudah double digit turunnya, menyebabkan ini akan menjadi mata rantai yang langsung bersentuhan dengan Indonesia," imbuh Mendag Lutfi.
Mendag Lutfi tak ingin pelemahan globalisasi ini turut mengganggu aktivitas ekonomi Indonesia. Sebab pada 2021 lalu, ekspor non-migas Indonesia berhasil mencapai lebih dari USD 231,5 miliar, mengalahkan rekor per 2011 senilai USD 203,5 miliar. Sementara surplus di sektor non-migas ini mencapai USD 48 miliar.
Lebih menggembirakannya lagi, sebanyak 4 dari 5 barang yang diekspor merupakan produk industri. Sedangkan pada 2011, sebanyak 4 dari 5 barang ekspor merupakan komoditas mentah.
"Jadi, sekarang kita lagi berinteraksi untuk memastikan bagaimana kejadian di luar negeri harus menjadi bagian juga dari yang kita selesaikan di dalam negeri," ujar Mendag Lutfi.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kenaikan harga minyak akan berpengaruh besar pada harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan masalah pangan dalam negeri masih terjadi.
Baca SelengkapnyaKonflik Iran-Israel merugikan Indonesia khususnya komoditas yang diimpor.
Baca Selengkapnya35 persen impor minyak Indonesia disebutnya berasal dari Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaProduk ubin keramik dari China sendiri diberikan insentif tax refund sebesar 14 persen oleh pemerintahnya.
Baca SelengkapnyaSaid juga menyinggung mengenai konversi program minyak tanah ke LPG yang mengakibatkan kebutuhan impor LPG Indonesia terus meningkat.
Baca SelengkapnyaRata-rata harga cabai merah pada pekan pertama di bulan November 2023 mencapai Rp53.998 per Kg.
Baca SelengkapnyaKonflik bersenjata di beberapa wilayah dunia turut berpengaruh pada naiknya anggaran pertahanan sejumlah negara dari rata-rata 2 persen menjadi 3 persen.
Baca SelengkapnyaMengingat salah satu negara importir minyak mentah terbesar di dunia yakni, Arab Saudi.
Baca SelengkapnyaSelain berisiko memicu peperangan lebih besar, Arifin tak ingin harga minyak dunia meroket.
Baca SelengkapnyaKonflik Iran Vs Israel berpotensi menaikkan harga minyak dunia dan subsidi BBM pemerintah bengkak.
Baca SelengkapnyaKeadaan tersebut akan berdampak pada harga bahan bakar subsidi seperti Pertalite dan Solar.
Baca Selengkapnya