Kasus Covid Varian Delta Naik, BRI Catat Bisnis UMKM Kuartal III 2021 Terpukul
Merdeka.com - Hasil Survei BRI Micro & SME Index (BMSI) melaporkan bahwa aktivitas Bisnis UMKM pada kuartal III-2021 tercatat menurun dibandingkan kuartal sebelumnya. Pil pahit ini diakibatkan oleh peningkatan kasus harian Covid-19 beberapa waktu lalu akibat varian Delta.
"Jadi, penurunan aktivitas bisnis UMKM ini disebabkan oleh adanya meningkatnya kasus penularan infeksi Covid-19 akibat second wave pada periode Juni dan Juli lalu," ungkap Direktur Utama BRI, Sunarso, dalam press conference Laporan Keuangan Triwulan III 2021 di Jakarta, Rabu (27/10).
Sunarso menjelaskan, implementasi kebijakan Pemberlakuan PPKM Mikro Darurat selama peningkatan kasus harian Covid-19 beberapa waktu lalu telah menyebabkan aktivitas dan omset usaha yang menurun.
-
Mengapa BRI mempublikasikan Indeks Bisnis UMKM? Survei ini dilakukan oleh BRI sebagai wujud kepedulian BRI terhadap aktivitas UMKM Indonesia untuk menjadi suatu informasi serta menjadi leading indikator pertama di Indonesia yang mengukur aktivitas UMKM yang suatu saat akan bermanfaat bagi kebijakan publik.
-
Di mana UMKM Bontang terdampak pandemi? Wabah Covid-19 pada awal tahun 2020 memberikan dampak besar terhadap sektor perkonomian Indonesia, termasuk pada UMKM Kota Bontang.
-
Bagaimana BRI mengumpulkan data untuk Indeks Bisnis UMKM? Survei dilakukan di 33 provinsi, jumlah responden sebesar 7.047 debitur UMKM, margin of error ± 1,16%, metode sampling: stratified systematic random sampling, dan periode survei: 03 s.d. 19 Oktober 2023.
-
Apa yang diukur oleh Indeks Bisnis UMKM? Indeks Bisnis UMKM merupakan indikator yang mengukur aktivitas UMKM di Indonesia yang dilakukan setiap kuartal oleh BRI Research Institute.
-
Bagaimana UMKM bisa bertahan di masa pandemi? Lewat jalur digital itu, IniTempe bertahan, bisa bertahan selama pandemi. Omzet bulanan Benny bahkan bisa mencapai puluhan juta dari dunia digital itu.
-
Bagaimana BRI ukur digitalisasi UMKM? Penelitian ini dirancang untuk mengukur tingkat digitalisasi UMKM dengan menggunakan tujuh indikator seperti; Infrastruktur Digital, Kepemilikan Alat, Pengetahuan Digital, Pemanfaatan Layanan Digital, Kepercayaan terhadap Layanan Digital, Kesesuaian Antara Kebutuhan dengan Isi Layanan Digital, dan Kepuasan serta Pemahaman terhadap Regulasi.
"Sehingga menyebabkan indikator kegiatan usaha lainnya seperti pemesanan dan persediaan barang input serta penggunaan tenaga kerja pun ikut menurun," terangnya.
Meski begitu, Survei BRI mencatat pelaku UMKM kembali sangat optimis menyongsong Kuartal IV 2021. Mengingat, kian terkendalinya pandemi Covid-19, disertai dengan relaksasi PPKM Mikro dan pembukaan kembali kegiatan usaha.
"Hal tersebut tergambar dalam ekspektasi Indeks Bisnis UMKM yang naik signifikan 49,8 persen ke level 132,0 (jauh di atas 100)," pungkas Sunarso.
Menkop Teten: Ekonomi Indonesia 99 Persen Berasal dari UMKM
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki menyebut bahwa struktur ekonomi di Indonesia itu 99 persen lebih berasal dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Dari jumlah itu, total penyerapan tenaga kerja mencapai 97 persen dan share terhadap PDB-nya 60 persen.
"Jadi kalau dilihat dari kontribusi UMKM dari penyerapan tenaga kerja, maupun share terhadap PDB, sebenarnya ekonomi Indonesia ini memang UMKM," kata dia High Level Seminar: Peran Serta Pengusaha Nahdliyyin dalam Revitalisasi Ekonomi Nasional, Jakarta, Jumat (9/10).
Namun jika dilihat lebih detail, 1 persen ini kontribusi terhadap PDB nya begitu besar yang berasal dari korporasi. Artinya meski UMKM strukturnya dominan tapi catatannya produktivitas UMKM ini masih kalah rendah dengan korporasi. "Ini tantangan kita," singkat Teten.
Teten menambahkan, di tengah pandemi Covid-19 UMKM mengalami dampak yang luar biasa. Kondisi ini berbeda dengan 1998. Di mana saat itu justru UMKM tampil menjadi pahlawan ekonomi nasional ketika banyak usaha besar terjatuh.
Namun keadaan berbalik. Sekarang UMKM terdampak karena saat ini konomi dunia tidak baik-baik saja. Karena pandemi Covid-19 yang terus melanda seluruh dunia sehingga krisis dimensi terjadi di seluruh dunia.
"Karena itu UMKM sekarang sangat berdampak baik dari sisi suplai maupun dari sisi lain," katanya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menjelaskan bahwa ekspansi bisnis UMKM yang mulai membaik ditopang oleh empat faktor utama.
Baca SelengkapnyaSelama masa pandemi pada 2020-2021 merupakan masa-masa sulit bagi industri minuman di dalam negeri.
Baca SelengkapnyaDirektur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan pertumbuhan bisnis UMKM ini didorong oleh sejumlah faktor.
Baca SelengkapnyaKinerja kredit segmen mikro PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI tercatat semakin baik pascapandemi.
Baca SelengkapnyaJumlah kelas menengah ini turun menjadi kelompok menuju ke kelas menengah
Baca SelengkapnyaTjandra Yoga Aditama mengatakan, tren peningkatan laju kasus Covid-19 di Indonesia dan sejumlah negara lain masih perlu diwaspadai.
Baca SelengkapnyaHal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama BRI Sunarso pada pemaparan Kinerja Keuangan BRI Triwulan II 2023 pada Rabu (30/8).
Baca SelengkapnyaLonjakan inflasi yang dirasakan oleh sejumlah negara mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat, termasuk di Indonesia.
Baca SelengkapnyaIndef menilai, ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang mempengaruhi ekonomi.
Baca SelengkapnyaBI mengeluarkan data berdasarkan survei konsumen bahwa daya beli masyarakat menurun, khususnya pada kelompok kelas menengah.
Baca SelengkapnyaKontraksi PMI manufaktur Indonesia pada Juli 2024 dipengaruhi oleh penurunan bersamaan pada output dan pesanan baru.
Baca SelengkapnyaGula merupakan bahan baku utama bagi industri minuman Indonesia. Sehingga, dengan naiknya harga gula dunia membuat pelaku usaha terbebani.
Baca Selengkapnya