Kebutuhan Minyak Terus Meningkat tapi Persentase Menurun, Ini Sebabnya
Merdeka.com - PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream Pertamina telah melakukan pengeboran eksplorasi 15 sumur. Eksplorasi secara masif terus dilakukan untuk memenuhi cadangan, yang diperkirakan pada 2050 kebutuhan minyak dan gas mencapai 1.000 metric ton oil equivalent (MTOE).
Direktur Eksplorasi PHE, Muharram Jaya Panguriseng mencatat, secara persentase, kontribusi penggunaan gas dan minyak oleh masyarakat terus menurun. Pada 2021, persentase penggunaan gas 19 persen dan minyak 32 persen.
Kemudian pada 2025, persentase kontribusi penggunaan gas 22 persen dan minyak 25 persen. Dan proyeksi 2050 kontribusi penggunaan gas 24 persen dan minyak 20 persen.
-
Apa hasil terbesar Pertamina pada tahun 2023? PT Pertamina (Persero) berhasil membukukan laba total sebesar USD 4,77 miliar atau sekitar Rp 72,7 triliun (asumsi kurs Rp 15.255 per USD).
-
Bagaimana Pertamina menurunkan emisi karbon? Langkah tersebut menurut Nicke, sudah sesuai dari aspek lingkungan karena dapat menurunkan karbon emisi dan juga dapat menurunkan impor gasoline.
-
Bagaimana Pertamina mengurangi emisi gas rumah kaca? Inovasi dan program transisi energi tersebut membawa Pertamina berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca 31 persen sejak tahun 2010 hingga 2022.
-
Mengapa penyerapan karbon menurun? Penelitian ini menyimpulkan bahwa hutan dan tanah hampir tidak mampu menyerap karbon, disebabkan oleh jumlah karbon yang dihasilkan jauh lebih tinggi dibandingkan kemampuan alam untuk menyerapnya.
-
Bagaimana BPH Migas tingkatkan konsumsi gas bumi? BPH Migas terus mendorong peningkatan konsumsi gas dalam negeri serta memberikan dukungan penyediaan energi bersih lewat penetapan harga gas bumi melalui pipa.
-
Bagaimana Pertamina Hulu Energi meningkatkan produksi minyak? Perlu dilakukan upaya-upaya khusus untuk peningkatan produksi minyak dengan berbagai macam recovery plan yang sudah disiapkan serta inisiatif baru.
"Kalau kita perhatikan ini seakan-akan kebutuhan gas dan minyak akan turun. Namun coba perhatikan kebutuhan 2050 itu 1.000 MTOE, persentase turun tapi kebutuhan naik. Apakah kita akan berhenti eksplor? Saya kira tidak," ujar Muharram saat media gathering di Jakarta, Jumat (18/11).
Muharram menyebutkan, 15 sumur yang telah selesai dieksplor yaitu di sumur Manpatu-1X di Mahakam Kalimantan, Sungai Gelam Timur-1 di Jambi, Wilela-001 di Onshore Sumatera Selatan, Bajakah-001 di Onshore Jawa Barat, R-2 di Blok North Sumatera Offshore (NSO), Sungai Rotan-1X di Jambi, Markisa-001 di Papua, GQX-1 di Offshore Utara Pulau Jawa, Kolibri-001 di onshore Jawa Timur dan yang terbaru pada sumur S-2 di Blok North Sumatera Offshore (NSO).
Ada pula, pengeboran eksplorasi yang sedang berjalan, antara lain Kenanga-001, NSO S-2, Helios D-1, Kembo-001 dan FB3N. Dan temuan sumber daya yang telah divalidasi hingga saat ini adalah sebesar 283 million barrels of oil equivalent per day (MMBOE) atau 127,5 persen dari target 222 mmboe pada 2022.
Kebutuhan Gas dan Minyak Naik
Muharram menyampaikan, kebutuhan gas dan minyak naik karena pertumbuhan manusia. Hal ini pula yang menurutnya eksplorasi sumur untuk merupakan tantangan sekaligus peluang bagi PHE. Sebab, hasil dari pengeboran tidak selalu menjadi cadangan bagi negara. Perlu beberapa proses dari sebuah sumber daya yang ditemukan hingga diputuskan menjadi sebuah cadangan.
Proses mengubah sumber daya menjadi cadangan yaitu ketika PHE telah melakukan pengeboran untuk eksplor, akan ada penentuan status eksplorasi untuk ditentukan ada atau tidak ada pemboran pada sumur lainnya.
Kemudian, dari status tersebut, ada Plan of Development, atau keputusan yang menyatakan bahwa status eksplorasi tersebut sudah dipastikan sebagai cadangan.
Sementara pihak yang menentukan jumlah cadangan, yaitu Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas)
"Jadi cadangan itu ketika sudah divalidasi. Cadangan sesuatu yang sudah terbukti, proven," sebutnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Erika menambahkan, konsumsi Pertalite 2023 sebenarnya lebih tinggi dari 2022.
Baca SelengkapnyaTingkat produksi itu dicapai atas keberhasilan sumur pengembangan ST-217 yang berkontribusi sebesar 269 BOPD.
Baca SelengkapnyaBahlil mengatakan bahwa penurunan ini didorong oleh rencana efisiensi penyaluran BBM bersubsidi tahun 2025 agar lebih tepat sasaran.
Baca SelengkapnyaAngka capaian ini juga mencatatkan peningkatan produksi minyak sebesar 27,22 persen dari 2021 atau 10,12 persen dari 2022.
Baca SelengkapnyaJumlah pengguna LPG 3 kg sebagai barang public service obligation (PSO) naik hingga 5 persen.
Baca SelengkapnyaSeiring kenaikan produksi, Wiko menyatakan bahwa PHE telah berkontribusi terhadap penerimaan negara dari pajak senilai USD 3 miliar.
Baca SelengkapnyaPemerintah mendorong pengembangan migas non konvensional (MNK).
Baca Selengkapnyakenaikan anggaran perlinsos tahun ini utamanya disumbang lebih besar oleh kenaikan anggaran subsidi energi dan pergerakan nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaArifin tak menapikkan jika kenaikan harga minyak mentah dunia bakal semakin membebani pemerintah memberikan subsidi untuk sejumlah produk BBM.
Baca SelengkapnyaDibandingkan tahun 2022, realisasi lifting minyak 2023 turun 1 persen.
Baca SelengkapnyaSelain transportasi minyak, Pertagas juga mencatat kenaikan kinerja transportasi gas sepanjang 2023 menjadi 526.461 MMscf atau 108,37 persen.
Baca SelengkapnyaSKK Migas memprediksi, penerimaan negara dari sektor hulu migas tahun ini akan berada di bawah target yang ditetapkan dalam APBN 2023.
Baca Selengkapnya