Kehadiran Dexlite diklaim bikin industri mobil diesel berkembang
Merdeka.com - Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) jenis solar berpotensi meningkat seiring rencana PT Pertamina (Persero) menurunkan harga Dexlite. Apalagi, dengan cetane number 51, Dexlite sudah masuk dalam standar Euro II.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro mengatakan, animo masyarakat terhadap Dexlite sangat tinggi, apalagi dengan rencana penurunan harga yang ditetapkan saat ini sebesar Rp 6.750 per liter.
"Jika nanti kita sukses menurunkan harga dari hasil negosiasi FAME, pasti harga akan turun lagi dan konsumsi masyarakat makin bertambah. Jadi yang ingin dilakukan Pertamina tidak hanya untuk mencari untung, tapi harus bisa memenuhi kebutuhan industri," kata Wianda, Minggu (1/5).
-
Apa yang Pertamina turunkan harganya? Pertamina Patra Niaga kembali melakukan penyesuaian turun harga untuk Pertamax Series dan Dex Series.
-
Mengapa Pertamina turunkan harga BBM? 'Harga BBM nonsubsidi setiap bulannya per tanggal 1 mengalami penyesuaian harga pasar, namun dapat kita sampaikan bahwa harga BBM Pertamina paling kompetitif untuk menjaga daya beli masyarakat,' ucap VP Corporate Communication PT Pertamina Fadjar Djoko Santoso.
-
Kenapa Pertamina turunkan harga BBM? Adapun harga BBM non subsidi bersifat fluktuatif, sehingga Pertamina melakukan evaluasi secara berkala mengikuti tren dan mekanisme pasar.
-
Kapan Pertamina turunkan harga BBM? Pada periode 1 November 2023, Pertamina Patra Niaga kembali melakukan penyesuaian turun harga untuk Pertamax Series dan Dex Series.
-
Kapan harga BBM Pertamina diubah? PT Pertamina (Persero) kembali menyesuaikan harga BBM nonsubsidi per 1 November 2023.
-
Apa yang menjadi pertimbangan untuk menaikkan harga Pertamax? Faktor lainnya yang bisa menjadi pertimbangan untuk menaikkan harga Pertamax Series yaitu anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang sudah tembus di level Rp16.000. 'Kurs sudah bergerak sekitar 5 persen makanya Pertamina layak menaikkan harga BBM non subsidi. Yang penting kenaikan tersebut tidak memberatkan masyarakat,' kata Tauhid dilansir dari Antara, Minggu (28/7).
Menurut Wianda, saat ini masyarakat banyak yang mau menggunakan mobil diesel, seperti di negara-negara Eropa. Mesin diesel dengan bahan bakar solar lebih hemat dan ramah lingkungan. Di Indonesia, mesin diesel tidak berkembang karena ketiadaan bahan bakar yang sesuai.
"Kita sebelumnya punya Pertamina Dex tapi harganya terlalu tinggi. Bio solar, cetane number-nya masih rendah yakni 48. Karena itu kita luncurkan Dexlite dengan cetane number 51," kata dia.
Peluncuran Dexlite juga memberikan kesempatan kepada industri kendaraan bermotor nasional untuk memproduksi mobil diesel. "Dengan begitu masyarakat yang ingin menggunakan kendaraan bermesin diesel tidak perlu ragu-ragu lagi sekarang," tegaa dia.
Pembina III Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Sudirman Maman Rusdi, mengakui tidak tersedianya bahan bakar diesel berstandard Euro II ke atas menjadi penyebab tidak berkembangnya produk-produk bermesin diesel di Indonesia.
"Mesin-mesin kendaraan diesel di dunia sekarang rata-rata sudah diatas Euro II, bahkan Euro IV, V dan VI," kata Sudirman.
Saat ini, lanjut dia, mobil-mobil bermesin diesel hanya sekitar 20 persen dari total pasar di Indonesia, dan di dominasi oleh bus-bus dan truk.
"Seperti halnya bensin, ada Premium, Pertalite, Pertamax, untuk mesin diesel juga harus tetap ada Biosolar B20, Dexlite, Pertamina Dex," tandas Sudirman.
Dexlite, yang mulai dipasarkan Pertamina pada 15 April lalu memiliki angka cetane 51 dengan kandungan sulfur maksimal 1.200 ppm atau lebih tinggi dibandingkan dengan solar dengan angka cetane number 48 dan kandungan sulfur maksimal 3.500 ppm. Adapun, Pertamina Dex yang dikenal sebagai produk bahan bakar diesel terbaik di Indonesia saat ini, memiliki angka cetane number 53 dengan kandungan sulfur maksimal 500 ppm.
Saat ini Pertamina memasarkan Dexlite di 33 SPBU yang tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) setelah sebelumnya telah melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada personel SPBU mengenai produk Dexlite. Pada tahap awal, Pertamina menyediakan Dexlite sebanyak 10 KL – 15 KL per hari di masing-masing SPBU.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beberapa BBM non subsidi yang mengalami kenaikan antara lain, Pertamax Turbo, Dexlite dan Pertamina Dex.
Baca SelengkapnyaPertamina telah menaikkan harga Pertamax per 1 Oktober 2023 menjadi Rp14.000 per liter.
Baca SelengkapnyaKemudian, Pertamax Turbo sebelumnya Rp15.500 per liter kini menjadi Rp15.350 per liter.
Baca SelengkapnyaDi awal tahun baru ini semua BBM Pertamina non subsidi terpantau mengalami penurunan.
Baca SelengkapnyaJenis bahan bakar solar non subsidi juga mengalami penurunan
Baca SelengkapnyaPer 1 September 2023 semua BBM non subsidi mengalami kenaikan.
Baca SelengkapnyaPertamina menaikkan harga BBM per 1 Oktober 2023, ini rinciannya.
Baca SelengkapnyaHarga minyak mentah dunia saat ini tengah melambung akibat ketegangan geopolitik dunia
Baca SelengkapnyaPenyesuaian harga BBM non subsidi, dilakukan setiap awal bulan.
Baca SelengkapnyaHarga BBM Non-subsidi akan terus disesuaikan mengikuti tren harga rata-rata publikasi minyak yakni Mean of Platts Singapore (MOPS) atau Argus.
Baca SelengkapnyaPenyesuaian ini mengikuti tren fluktuasi harga rata-rata publikasi minyak dunia.
Baca SelengkapnyaPertamina ikut melakukan penyesuaian harga pada BBM non subsidi yang terdiri dari BBM gasoline, Pertamax Turbo dan Pertamax Green 95.
Baca Selengkapnya