KEIN sebut utang asing bisa wujudkan cita-cita ekonomi Pancasila
Merdeka.com - Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta mengingatkan pemerintah untuk tidak membebankan jangka panjang untuk rakyat Indonesia akibat penerbitan utang. Untuk itu, pemerintah perlu memperhatikan imbal hasil dan suku bunga dalam penerbitan utang.
"Kalau imbal hasilnya tinggi dan jangka waktunya pendek, berpotensi menjadi beban bagi anggaran belanja pemerintah," ujar Arif dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (23/7).
Dia berharap, agar pemerintah mampu mengonversi utang menjadi aset yang produktif, sehingga mampu memberikan kesejahteraan bagi warga negara Indonesia. Data Kementerian Keuangan menyebutkan, utang pemerintah per Mei 2017 mencapai Rp 3.672 triliun.
-
Bagaimana utang produktif menguntungkan orang kaya? Utang produktif dapat ditujukan untuk aspek-aspek yang berkontribusi langsung pada peningkatan penghasilan perusahaan. Misalnya utang untuk ekspansi bisnis, beli lahan untuk membangun pabrik baru, membeli mesin produksi, dan lain-lain.
-
Mengapa hutang perlu dilunasi? Penting untuk disadari adalah, hutang merupakan beban yang wajib dibayar. Sebab perkara hutang akan terus berlanjut bahkan hingga sampai di akhirat apabila belum terlunaskan.
-
Kenapa fungsi turunan uang penting untuk pembayaran utang? Artinya uang tak hanya digunakan untuk membeli barang atau jasa yang dibutuhkan. Melainkan, uang juga berfungsi untuk melakukan dan menentukan pembayaran kewajiban atau digunakan untuk standar pembayaran utang.
-
Mengapa memberi hutang memiliki keutamaan? Barangsiapa meringankan sebuah kesusahan (kesedihan) seorang mukmin di dunia, Allah akan meringankan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan urusan seseorang yang dalam keadaan sulit, Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutup ‘aib seseorang, Allah pun akan menutupi ‘aibnya di dunia dan akhirat.
-
Dimana negara dengan utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Bagaimana cara melunasi utang secara efektif? Meskipun bisa memberikan kenyamanan dalam jangka pendek, utang semacam ini bisa menjadi beban finansial yang berat dalam jangka panjang. Untuk menghindari akumulasi utang yang berlebihan, segeralah melunasi utang yang ada dan jika memungkinkan, menghindari terperangkap dalam siklus utang yang berkelanjutan.
Walaupun utang ini besar, kata Arif, seharusnya tetap dapat dimanfaatkan sebagai aset yang produktif, sehingga mampu mendorong terciptanya kesejahteraan sosial. Jadi, utang jangan dilihat sebatas upaya untuk menutupi kekurangan likuiditas atau memberikan napas lebih lega bagi fiskal.
"Jika hal itu dilaksanakan, maka kondisi utang saat ini akan sangat mendukung upaya pemerintah dalam mewujudkan semangat Ekonomi Pancasila. Karena yang harus dilihat adalah pemanfaatannya," tegasnya.
Sepanjang pemanfaatannya memberikan kesejahteraan kepada warga, maka dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas nasional. Dengan demikian, lanjutnya, terjadi proses pembangunan secara berkesinambungan yang baik.
Yakni, utang terkonversi menjadi aset produktif, kemudian memberikan manfaat pada tingkat kesejahteraan warga, selanjutnya masyarakat Indonesia pun semakin produktif sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dan berkualitas.
Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2017 menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan telah turun menjadi 10,64 persen, lebih rendah dibandingkan September dan Maret 2016 yang masing-masing 10,70 persen dan 10,86 persen. Bahkan, ketimpangan juga mulai menyempit. Pada Maret 2017, indeks Gini yang menjadi indikator ketimpangan telah turun menjadi 0,393 dari 0,394 pada September 2016.
Sedangkan tingkat pengangguran, pada 2017, pemerintah mampu mengurangi tingkat pengangguran yang sangat drastis. Per Februari 2017, data BPS menyebutkan, tingkat pengangguran hanya 5,3 persen lebih rendah dibanding Februari dan Agustus tahun sebelumnya yang masing-masing: 5,5 dan 5,6 persen.
"Tingkat pengangguran tersebut merupakan yang terendah sejak 18 tahun terakhir atau sejak 1999," jelas Arif.
Untuk itulah, Politisi PDIP ini menekankan agar kementerian dan lembaga pemerintahan mendukung penuh cita-cita Presiden Joko Widodo untuk mewujudkan perekonomian yang berkeadilan sosial. Hal ini sejalan dengan semangat Ekonomi Pancasila.
Menurut Arif, Ekonomi Pancasila merupakan sistem pengaturan hubungan antara negara dan warga negara yang ditujukan untuk memajukan kemanusiaan dan peradaban, memperkuat persatuan nasional melalui proses usaha bersama dengan melakukan distribusi akses ekonomi yang adil bagi seluruh warga negara.
"Kebijakan perekonomian harus didorong untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, bukan separuh-separuh," tambahnya.
Dia menambahkan, setidaknya ada tiga pilar penting dalam Ekonomi Pancasila. Pertama, pembangunan ekonomi harus berorientasi keadilan. Kedua, ekonomi digagas untuk memberikan pemerataan pembangunan dan mempersatukan bangsa. Ketiga, semua warga negara Indonesia berhak mendapatkan kesempatan sama.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Setiap orang tak akan luput dari utang, termasuk orang kaya.
Baca SelengkapnyaRasio utang pada Agustus sendiri ini di bawah batas aman 60 persen PDB sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Keuangan Negara.
Baca SelengkapnyaUntuk menghadirkan investasi ke Indonesia yang penting adalah mengenai kepastian hukum yang akan menjadi cikal bakal kebangkitan atau keberlanjutan.
Baca SelengkapnyaSaat ini sistem ekonomi yang dibangun masih absen mengakar pada falsafah pendirian bangsa itu.
Baca SelengkapnyaKemenkeu mencatat, utang jatuh tempo tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) Rp705,5 triliun dan pinjaman senilai Rp94,83 triliun.
Baca SelengkapnyaMenurut Luhut, pemerintah juga menargetkan pertumbuhan ekonomi bisa dicapai tanpa perlu mengorbankan keberlanjutan fiskal.
Baca Selengkapnya"Utang itu tidak berarti kita kemudian ugal-ugalan, oleh karena itu kita harus hati-hati sekali," kata Sri Mulyani.
Baca SelengkapnyaBatas maksimal rasio utang pemerintah terhadap PDB ditetapkan sebesar 60 persen.
Baca SelengkapnyaSebenarnya, orang-orang kaya memanfaatkan utang agar mereka bisa menambah kekayaan.
Baca SelengkapnyaKadin Indonesia telah menyiapkan white paper untuk pemerintah selanjutnya.
Baca SelengkapnyaRealisasi tersebut setara dengan 33,1 persen dari target APBN 2024 sebesar Rp648,1 triliun.
Baca SelengkapnyaBesaran penjaminan akan disesuaikan dengan kemampuan keuangan PT PII.
Baca Selengkapnya