Kejar target setoran pajak, Fuad tak ragu tagih warteg
Merdeka.com - Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Fuad Rahmany membanggakan meningkatnya realisasi Pajak Penghasilan (PPh) final 1 persen yang diarahkan untuk pengusaha kecil.
Kebijakan akrab disebut Pajak UKM itu disebut-sebut menyumbang porsi penting atas jumlah setoran PPh non-migas yang mencapai Rp 109,1 triliun pada triwulan I tahun ini.
Dia mengatakan, kepatuhan pengusaha kecil, seperti bisnis warung tegal (warteg) sebetulnya tidak kalah dari perusahaan besar. Untuk itu Ditjen Pajak tak segan menagih pengusaha kecil seperti itu.
-
Apa itu UMKM? UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis usaha kecil yang dijalankan oleh individu atau kelompok dengan modal terbatas, tetapi memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara.
-
Bagaimana cara UMKM dikelola? UMKM umumnya memiliki karakteristik usaha yang berskala kecil atau menengah, baik dari segi jumlah tenaga kerja, pendapatan, maupun aset yang dimiliki.
-
Apa kontribusi besar UMKM terhadap ekonomi nasional? Jadi kalau melihat data ini UMKM kita ini sumbangsinya terhadap ekonomi nasional kita sangat besar. Bayangkan 97 persen tenaga kerja ini di-supply dari UMKM kita,' ucapnya.
-
Mengapa Kemendag fokus pada UMKM? “Pertemuan AEM-Plus Three menyoroti perkembangan implementasi Kerja Sama Ekonomi ASEAN Plus Three (APT) 2023--2024 dan laporan akhir Proyek Riset APT untuk menjembatani kesenjangan digital pada UMKM.
-
Kenapa UMKM di Bontang perlu memahami pajak? Permasalahan yang dihadapi oleh para pelaku UMKM ini yaitu terkait rendahnya pemahaman mengenai perpajakan.
-
Dimana UMKM beroperasi? UMKM meliputi berbagai sektor ekonomi, termasuk kuliner, fashion, otomotif, dan jasa lainnya.
"Tingkat kepatuhannya membaik, begitu disuruh bayar 1 persen dia bayar, tapi memang enggak triliunan angkanya," kata Fuad di Jakarta, Rabu (7/5).
Upaya menggenjot pajak UKM ini, kata Fuad, termasuk salah satu strategi ekstensifikasi otoritas pajak menghadapi kemungkinan melesetnya target penerimaan, akibat perlambatan ekonomi. Namun dia menilai, tidak ideal bila pengusaha kecil beromzet kurang dari Rp 4,8 miliar per tahun jadi tumpuan mengejar patokan setoran kas negara sesuai APBN 2014.
"Sektor itu kan memang enggak terlalu besar, tapi dari segi keadilan dia jadi adil bayar pajak. Pertumbuhannya sekitar 40 persen, termasuk UKM, tapi itu sudah kita pisahin. Dulu tumbuhnya 20 persen, sekarang ada kenaikan dari penerimaan PPh final kita," ungkap Dirjen Pajak.
Di luar itu, data BPS bahwa pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2014 yang cuma 5,21 persen membuat Fuad berharap ada ABPN Perubahan. Di dalamnya, harus ada upaya pemerintah untuk mengurangi target penerimaan yang saat ini dipatok Rp 1.110,190 triliun.
Tanpa penyesuaian, maka Ditjen Pajak akan terbebani. "Kalau asumsi pertumbuhan ekonomi turun, asumsi pajak harusnya lebih rendah. Karena kalau enggak, enggak imbang. Pengeluaran ditargetkan gede, tapi penerimaan enggak sampai," kata Fuad.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Warteg menjadi pilihan banyak orang lantaran harganya ramah kantung para pekerja di kota-kota besar.
Baca SelengkapnyaPria asal Sragen yang membagikan cerita inspiratifnya meraih kesukesan berjualan di pinggir jalan dengan penghasilan jutaan rupiah per hari.
Baca SelengkapnyaTepat di 3 tahun 2 bulan, Puguh memutuskan tidak melanjutkan kontrak kerja.
Baca SelengkapnyaFitri dan suami memulai usaha peyek belut pada tahun 2005. Saat itu mereka hanya memiliki modal awal sekitar Rp250.000.
Baca SelengkapnyaJiwa ulet orang Madura dalam berbisnis sudah tampak sejak zaman kolonial Belanda
Baca SelengkapnyaDengan modal awal hanya Rp50.000, pemilik Pandawa Snack telah membuktikan bahwa kegigihan dan inovasi dapat membawa bisnis kecil menuju kesuksesan besar.
Baca SelengkapnyaSebagai lulusan SD yang sebelumnya bekerja serabutan sebagai tukang bangunan dan pekerja mebel.
Baca SelengkapnyaBerkat bantuan KUR BRI, warung miliknya bisa naik kelas dan tetap menghadirkan menu legendaris sejak 1994
Baca SelengkapnyaUntuk mendapatkan omzet yang besar itu, Farida menjual sayurannya secara bertahap.
Baca SelengkapnyaPada abad ke-17, Sultan Agung memerintahkan masyarakat Tegal untuk membantu menyediakan makanan murah bagi prajurit Mataram.
Baca SelengkapnyaDari pengakuannya, pria ini berhasil membangun bisnis makanan ringan dengan modal Rp50 ribu saja.
Baca SelengkapnyaKisah inspiratif mantan buruh migran bisnis gatot dan tiwul hingga produknya laris di pasar Eropa
Baca Selengkapnya