Kelapa sawit RI dicekal Eropa, Mendag Enggar siap buka pasar ke Afrika & Timur Tengah
Merdeka.com - Kelapa Sawit Indonesia masih mendapat pencekalan di Uni Eropa (UE). Namun, pemerintah terus memutar akal untuk menciptakan pasar baru bagi emas hijau Indonesia tersebut.
Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita tengah membidik beberapa negara untuk menjadi tujuan ekspor sawit Indonesia.
"Kita buka pasar baru di Afrika, Timur Tengah," kata Mendag Enggar saat ditemui di kantornya, pada Kamis Malam (5/7).
-
Bagaimana kelapa sawit menjadi komoditas ekspor? Pada 1919, komoditas kelapa sawit telah diekspor melalui perkebunan yang berada di pesisir Timur Sumatra.
-
Kenapa kelapa sawit penting untuk perekonomian Indonesia? Kelapa sawit adalah salah satu komoditas yang penting untuk perekonomian Indonesia dan juga memiliki banyak kegunaan praktis dan kesehatan.
-
Apa yang dilakukan Belanda dengan kelapa sawit di Sumatra? Pada Masa kolonial Hindia Belanda, perkebunan kelapa sawit menjadi sebuah industri berskala besar dengan dibukanya perusahaan bernama Sungai Liput Cultuur Maatschappij oleh Adrien Hallet dan K. Schadt di Pantai Timur Sumatra, tepatnya di Deli pada 1911.
-
Kenapa petani sawit tidak siap dengan aturan ISPO? Gulat mengaku para petani tidak siap dengan ketentuan ISPO tersebut. Terlebih dalam proses penyusunannya ia menyebut ada campur tangan pihak asing.
-
Kenapa Dharma Satya Nusantara ekspansi ke kelapa sawit? Pada tahun 1996 secara resmi perusahaan ini memulai ekspansi bisnis kelapa sawit hingga saat ini lahan perkebunan yang dikelola seluas 112.900 hektar, dengan luas area dewasa sebesar 104.400 hektar.
-
Siapa yang membawa kelapa sawit ke Indonesia? Tanaman ini dibawa oleh orang-orang Belanda ke Nusantara.
Kendati demikian, diplomasi sawit dengan UE pun akan tetap berjalan. Sebab, jika UE terus menolak sawit Indonesia maka hal tersebut bisa menciptakan sebuah trade war (perang dagang).
"Dengan UE sendiri kita meyakinkan kepada mereka, sebab kalau sekarang anda (UE) tidak mau dengan perang dagang, anda menyampaikan anda tidak suka Amerika, tapi basically dengan apa yang you lakukan (mencekal sawit) you start the trade war, so what the difference?," ujarnya.
Adapun pasar baru sawit saat ini baru memasuki tahap promosi. Namun, Mendag Enggar menegaskan ekspor sawit ke negara lain harus disertai perjanjian perdagangan sejak awal. "Kalau enggak, kita kena tarif tinggi," ungkapnya.
Mendag Enggar mengungkapkan telah merayu beberapa negara untuk bisa menerima sawit Indonesia.
"Saya kemarin ke Tunisia dan Maroko. Tunisia mudah-mudahan tahun ini kita bisa finalised PTAnya. Begitu selesai PTA, ada trust di antara kita, kita start lakukan FTA, sebab kalau mulai dengan FTA itu gak akan selesai 1 tahun, bisa 2-3 tahun. Kemudian yang dengan Australia saya harap selesai tahun ini, akhir tahun ini selesai. Indonesia-Australia CEPA. Kemudian Mozambik barangkali bisa tahun ini. Maroko kita harapkan di awal tahun depan tp kita akan kejar tahun ini."
Nnegara-negara Afrika tersebut dipilih sebagai pasar baru sawit Indonesia sebab ada perjanjian zero tarif. "Selain Afrika itu growing, sekarang dari Tunisia ke Eropa, Maroko ke Eropa dilihat dari peta itu dekat sekali, dan mereka ada perjanjian zero tarif. Demikian juga ke dalam Afrika itu, demikian juga dengan Timur Tengah. Di maroko sudah ada indomie, saya senang sekali, karena 50 persen ekspor dari Indonesia." (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
"Ini juga menyangkut UMKM, karena mereka juga minta tekstil, kelapa sawit dan macam-macam untuk diekspor ke mereka," kata Luhut.
Baca SelengkapnyaEkspor komoditas sawit ke Uni Eropa menurun menjadi 4,9 ton di 2020. Kemudian penurunan ekspor sawit terus terjadi di tahun 2022 menjadi 4,1 juta ton.
Baca SelengkapnyaIndonesia akan kehilangan pasar Uni Eropa, dan pada saat yang sama, Uni Eropa diperkirakan akan mengalihkan kebutuhan minyak sawit mereka ke Malaysia.
Baca SelengkapnyaMendag meminta dukungan serta do'a masyarakat agar dilancarkan dan bisa menang dalam gugatan ini.
Baca SelengkapnyaKetidakpastian global memberikan pengaruh terhadap industri sawit di Indonesia.
Baca SelengkapnyaIndonesia mendorong Belanda dan Prancis dalam penyelesaian perjanjian IEU-CEPA
Baca SelengkapnyaTantangan kedua, yaitu tidak jelasnya kepastian hukum dan kepastian berusaha.
Baca SelengkapnyaMenteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan UU tersebut sangatlah diskriminatif dan merugikan bagi perdagangan komoditas di Indonesia.
Baca SelengkapnyaIndonesia berkomitmen untuk mengembangkan industri hilirisasi nikel di dalam negeri.
Baca SelengkapnyaPetani sawit merupakan pilar penting dalam industri sawit di Indonesia karena kontribusinya sekitar 41 persen.
Baca SelengkapnyaMendag Zulkifli Hasan menjelaskan, ekonomi Indonesia diproyeksi tumbuh 5,17 persen.
Baca Selengkapnya