Kelapa Sawit, si Pohon Rakus
Merdeka.com - Memiliki ribuan hektar hutan kelapa sawit tak menjamin kelestarian alam Indonesia. Sejumlah riset dan jurnal menyampaikan bahwa penanaman hutan kelapa sawit secara masif akan membahayakan ekosistem.
Manajer Kampanye Hutan dan Perkebunan WALHI Nasional, Uli Artha Siagian menuturkan, bahwa merujuk riset yang pernah dipublikasi, jumlah air yang diserap melalui akar pohon kelapa sawit sangat besar. Hal ini dipahami mengingat bentuk pohon sawit yang besar.
"Beberapa riset menyebutkan bahwa untuk 1 batang pohon sawit dalam satu hari membutuhkan paling tidak 100 liter air," ujar Uli kepada merdeka.com, Minggu (9/10).
-
Kenapa penebangan hutan bahaya? Sebagaimana kita tahu, pohon atau tumbuhan berperan penting untuk meresap air yang jatuh ke tanah. Jika terjadi penebangan pohon besar-besaran, dapat berpotensi jadi penyebab terjadinya banjir dan tanah longsor.
-
Kenapa penebangan pohon secara besar-besaran membahayakan? Jika pohon-pohon ditebang secara tidak terkontrol, maka banyak satwa yang kehilangan habitat. Hal ini dapat memengaruhi populasi satwa tersebut dan juga mempengaruhi rantai makanan di hutan.
-
Dimana kelapa sawit pertama kali ditanam di Indonesia? Kelapa sawit pertama kali ditanam di Kebun Raya Bogor, pada tahun 1848 oleh orang Belanda yang datang ke Indonesia.
-
Kenapa penebangan hutan ilegal berbahaya? Selanjutnya, contoh permasalahan lingkungan hidup yang perlu diwaspadai adalah penebangan hutan ilegal. Praktik ini dilakukan oleh banyak manusia yang tidak bertanggung jawab. Mereka menebang hutan sembarangan sehingga berdampak buruk untuk lingkungan.
-
Apa dampak negatif dari merusak lingkungan? Dampak dari kerusakan alam juga mencakup pencemaran lingkungan, kebakaran hutan, dan pemanasan global.
-
Kenapa kerusakan hutan menjadi penyebab menurunnya keanekaragaman hayati? Dampak lanjutan dari kerusakan hutan tersebut bisa menjadi penyebab menurunnya keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia. Bahkan tak hanya itu saja, banyak sekali alat komunikasi zaman sekarang menjadi informasi pengambilan flora dan fauna ilegal yang dijadikan sebagai barang jual beli membuat hewan dan tumbuhan Indonesia menjadi berkurang bahkan punah.
Uli pun menyampaikan dengan jumlah air yang diserap sangat besar, akar serabut pohon kelapa sawit disebut sebagai pohon rakus. "Akar sawit lebih rakus, pada air dan oksigen" pungkasnya.
Dampak dari pembukaan lahan untuk kelapa sawit secara masif kemudian menimbulkan kerugian ekosistem. The Center for Science in the Public Interest (CSPI) bahkan pernah menerbitkan jurnal mengenai ancaman bahaya pembukaan lahan untuk kelapa sawit secara masif.
Kebanyakan hewan tidak dapat bertahan hidup di hutan kelapa sawit. Hal ini disebutkan dalam jurnal CSPI, bahwa hutan kelapa sawit seperti gurun biologis.
Begitu kelapa sawit ditanam, pohon-pohon tersebut secara otomatis menggantikan berbagai macam ratusan jenis pohon, sulur, perdu, lumut, dan tumbuhan lainnya yang ditemukan di setiap hektar hutan hujan dataran rendah.
Sebagai tanaman industri perkebunan, dalam jurnal juga disebutkan, kelapa sawit ditanam sebagai monokultur. Yang artinya, tanaman lain sulit tumbuh di sekitar pohon kelapa sawit.
"Karnivora seperti harimau juga tidak dapat bertahan hidup. Perkebunan menyediakan habitat hanya 20 persen atau kurang dari mamalia yang sebelumnya tinggal, reptil, dan burung," demikian penjelasan jurnal yang dikutip pada Minggu (9/10).
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam penyesuaian ke depan, yang didasari oleh alasan kesehatan masyarakat, perlu dilakukan secara hati-hati dan kalkulatif untuk menciptakan keseimbangan.
Baca SelengkapnyaPersawahan di Rorotan, Cilincing sepi aktivitas petani lantaran kering total.
Baca SelengkapnyaIndonesia akan kehilangan pasar Uni Eropa, dan pada saat yang sama, Uni Eropa diperkirakan akan mengalihkan kebutuhan minyak sawit mereka ke Malaysia.
Baca SelengkapnyaPenyelesaian masalah terhadap 537 perusahaan kelapa sawit yang tidak memiliki hak guna usaha (HGU) tuntas pada Desember.
Baca SelengkapnyaDampak besar dari Karhutla pernah dialami Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2022.
Baca SelengkapnyaKetidakpastian global memberikan pengaruh terhadap industri sawit di Indonesia.
Baca SelengkapnyaTembakau sebagai ekosistem yang memiliki jutaan nasib.
Baca SelengkapnyaKinerja industri kelapa sawit di Indonesia tak sebaik dari tahun kemarin.
Baca SelengkapnyaMusim kemarau panjang yang terjadi berpotensi menganggu panen sawit di perkebunan.
Baca SelengkapnyaPetani sawit merupakan pilar penting dalam industri sawit di Indonesia karena kontribusinya sekitar 41 persen.
Baca SelengkapnyaTantangan kedua, yaitu tidak jelasnya kepastian hukum dan kepastian berusaha.
Baca Selengkapnya