Kemenkeu klaim utang RI capai Rp 5.107,14 triliun masih aman
Merdeka.com - Pemerintah mencatat, pada akhir Januari 2018 utang Luar Negeri (ULN) Indonesia sekitar USD 357,5 miliar atau Rp 5.107,14 triliun. Direktur Strategi dan Portfolio Pembiayaan Kementerian Keuangan, Scheneider mengatakan, utang pemerintah masih aman dibandingkan dengan negara lain.
"Dibanding negara lain, posisi kita masih relatif lebih aman. Vietnam itu 63,4 persen, Thailand 41,8 persen, Malaysia 52,7 persen, dan Brazil 81,2 persen," katanya di Gedung BI, Jakarta, Kamis (15/3).
Dia menjelaskan, utang pemerintah sekitar USD183,4 miliar terdiri dari pinjaman kreditur asing sebesar USD 55,7 miliar dan Surat Berharga Negara (SBN), SUN dan Sukuk Negara, rupiah dan valas yang dipegang non residence USD 124,5 miliar.
-
Bagaimana cadangan devisa Indonesia mendukung perekonomian? 'Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,' ucap Erwin.
-
Dimana negara dengan utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Siapa yang menyatakan bahwa cadangan devisa cukup untuk kebutuhan Indonesia? 'Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,' ucap Erwin.
-
Apa total utang Amerika Serikat? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Siapa yang menilai sektor keuangan stabil? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial, seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Siapa yang memiliki utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
"Utang ini sebetulnya efek dari kegiatan yang memerlukan pembiayaan, kegiatan itu semuanya diharapkan untuk kegiatan produktif. Terutama untuk investasi dan infrastruktur, yang sesuai dengan program pemerintah, pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial," ujarnya.
Scheneider menyampaikan, bahwa utang yang ada ini dikelola dengan hati-hati dan secara terukur, terutama untuk bisa mengelola risiko yang ditimbulkan oleh fluktuasinya dari utang yang dimiliki. "Kalau dilihat sektor pinjaman luar negerinya, ada sektor pertanian, pertambangan penggalian dan sebagainya. Untuk SBN itu sektornya keuangan perseroan dan jasa perusahaan," ungkapnya.
Saat ini, katanya, biaya ULN pemerintah sudah semakin efisien karena meningkatnya kepercayaan investor terhadap Indonesia. Hal itu akibat membaiknya fundamental perekonomian dan membaiknya peringkat kredit rating Indonesia.
"Semua pembayaran biaya dan cicilan ULN pemerintah itu dianggarkan dalam APBN, dan sudah mendapat persetujuan wakil rakyat. Kita kelola supaya pemerintah tidak pernah default," tandas Scheneider.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Utang Indonesia saat ini justru mengalami perbaikan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Baca SelengkapnyaJika dibandingkan dengan posisi akhir bulan Mei 2023, mengalami kenaikan Rp17,68 triliun.
Baca SelengkapnyaPosisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2024 mencapai USD145,1 miliar atau Rp2.275 triliun
Baca SelengkapnyaRealisasi tersebut setara dengan 33,1 persen dari target APBN 2024 sebesar Rp648,1 triliun.
Baca SelengkapnyaMayoritas utang pemerintah per Juni 2024 didominasi oleh SBN sebesar 87,85 persen, sedangkan sisanya adalah pinjaman sebesar 12,15 persen.
Baca SelengkapnyaPerkembangan ULN tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan aliran masuk modal asing pada SBN.
Baca SelengkapnyaBatas maksimal rasio utang pemerintah terhadap PDB ditetapkan sebesar 60 persen.
Baca SelengkapnyaDalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN.
Baca SelengkapnyaKemenkeu mencatat, utang jatuh tempo tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) Rp705,5 triliun dan pinjaman senilai Rp94,83 triliun.
Baca SelengkapnyaIni penjelasan Kementerian Keuangan mengenai utang baru Rp600 triliun.
Baca SelengkapnyaMenurut Luhut, pemerintah juga menargetkan pertumbuhan ekonomi bisa dicapai tanpa perlu mengorbankan keberlanjutan fiskal.
Baca SelengkapnyaRealisasi penerbitan utang Juli 2023 yang terkontraksi 17,8 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Baca Selengkapnya