Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kementan Perkuat Pendidikan Vokasi untuk Hadirkan Petani Milenial

Kementan Perkuat Pendidikan Vokasi untuk Hadirkan Petani Milenial Webinar Kementan. ©2020 Merdeka.com

Merdeka.com - Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), menilai pentingnya pendidikan vokasi pertanian untuk menghadirkan banyak petani milenial sekaligus regenerasi petani untuk pertanian Indonesia semakin maju mandiri dan modern.

Hal tersebut disampaikan dalam Webinar Penguatan Proses Pembelajaran Pendidikan Vokasi, Kamis (16/7). Kegiatan ini menghadirkan Ketua KTNA Pusat Winarno Tohir, dan Anggota Komisi IV DPR RI Mindo Sianipar, serta Kepala BPPSDMP Kementan Dedi Nursyamsi.

Menurut Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi, jumlah petani Indonesia saat ini sekitar 33 juta. Dari jumlah itu, hanya sekitar 29% petani yang usianya kurang dari 40 tahun atau disebut sebagai petani milenial.

"Sekitar lebih dari 70% dari jumlah petani kita masuk kategori kolonial yaitu umurnya di atas 40 tahun. Diperkirakan 5 hingga 10 tahun mendatang, banyak petani kita yang bisa disebut masuk pada fase tidak produktif atau berusia di atas 55 tahun. Makanya regenerasi mutlak dilakukan mulai saat ini juga," katanya.

Ditambahkannya, berdasarkan tingkat pendidikan, 74% petani Indonesia merupakan lulusan SD, tidak SD, bahkan tidak sekolah.

"Sangat sedikit sekali yang lulus SMP, apalagi SMA dan perguruan tinggi. Sedangkan untuk pembangunan pertanian perlu didukung SDM pertanian yang maju mandiri dan modern, tentunya ini bisa didapatkan di bangku pendidikan vokasi," terangnya.

Oleh karena itu, Dedi menilai pengembangan pendidikan vokasi menjadi kunci. Sebab lewat pendidikan vokasi ini bisa banyak lahir petani milenial.

Dijelaskan oleh Dedi, faktor pengungkit produktivitas adalah inovasi teknologi dan sarana prasarana pertanian, serta kebijakan peraturan perundangan termasuk local wisdom, yang masing-masing kontribusinya sekitar 25%. Sedangkan yang paling besar adalah SDM yang kontribusinya mencapai 50% dalam produktivitas.

"Pembangunan pertanian belum cukup kalau hanya bicara inovasi, sarana dan prasarana, termasuk kebijakan peraturan perundangan. Yang utama adalah bagaimana kita meningkatkan SDM, sehingga mampu mengimplementasikan inovasi, sarana dan prasarana dengan baik dan benar, serta mampu mengusulkan kebijakan peraturan perundangan yang mendukung pertanian," jelasnya.

Dedi mengatakan, output dari pendidikan vokasi adalah qualified job creator dan job seeker. Qualified job creator artinya petani yang mandiri, bahkan mampu membuka peluang kerja buat rekan-rekannya. Petani ini yang paling diharapkan dari pendidikan vokasi.

"Sementara qualified job seeker adalah petani milenial yang terampil dan menguasai pekerjaannya yang bisa ditempatkan diseluruh sektor dunia usaha dan industri pertanian," terangnya.

Dedi mengatakan, petani milenial produk vokasi harus mampu masuk dunia usaha dan industri. Makanya, sistem vokasi harus selaras dengan dunia usaha dan industri, termasuk dalam kurikulum, proses belajar mengajar.

"Vokasi harus mengetahui apa yang dibutuhkan dunia usaha dan industri. Dalam pendidikan vokasi 30% di kelas, 70% di teaching factory dan magang di dunia industri. Mereka melakukan praktek langsung di lapangan. Harus mengenal baik dunia industri dan usaha sebelum terjun ke dunia itu," katanya.

Anggota Komisi IV DPR RI Mindo Sianipar memperkuat pernyataan Kepala BPPSDMP Kementan.

"Pertanian kita sangat tergantung kemajuannya dari lulusan vokasi, seperti Polbangtan. Saat ini petani Indonesia didominasi petani yang latar belakangnya lulusan SD atau bahkan tidak sekolah, Makanya dibutuhkan sarjana di tengah-tengah mereka," katanya.

Menurutnya, untuk meningkatkan kesejahteraan petani dibutuhkan teknologi, perawatan dan lainnya.

"Dan untuk mengolah hal itu, dibutuhkan SDM yang berkualitas. Dan harus ada wadah tempat mereka bertemu untuk konsolidasi untuk tujuan bersama, baik konsolidasi petani maupun lahan," tambahnya.

Sementara Ketua KTNA Pusat Winarno Tohir mengatakan salah satu kelemahan petani di Tanah Air adalah lemah dalam mengamati.

"Model pelatihan pertanian di Jepang sangat baik, dari kurikulum teknologi, dosen dan lainnya. Di Jepang petani selalu mengamat. Petani kita sangat jarang sekali mengamat, bahkan cenderung males," katanya. (mdk/hrs)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
BPS Ungkap Mayoritas Petani di Indonesia Cuma Lulus SD
BPS Ungkap Mayoritas Petani di Indonesia Cuma Lulus SD

Kondisi ini menjadi salah satu faktor rendahnya produktivitas pertanian di Tanah Air.

Baca Selengkapnya
Miris Pendapatan Petani di Indonesia Masih di Bawah UMP, Rata-Rata Rp1 Juta
Miris Pendapatan Petani di Indonesia Masih di Bawah UMP, Rata-Rata Rp1 Juta

Jumlah petani di Indonesia juga terus mengalami penurunan dalam 10 tahun terakhir.

Baca Selengkapnya
Cara Daftar Petani Milenial 2024, Siapkan Berkas-Berkas Penting Ini agar Diterima
Cara Daftar Petani Milenial 2024, Siapkan Berkas-Berkas Penting Ini agar Diterima

Ingin bergabung dalam program Petani Milenial 2024? Cari tahu cara mendaftar, syarat lengkap, dan berkas yang harus disiapkan agar sukses dalam program ini.

Baca Selengkapnya
Generasi Muda Enggan Jadi Petani, Program Swasembada Pangan Prabowo Terancam Gagal?
Generasi Muda Enggan Jadi Petani, Program Swasembada Pangan Prabowo Terancam Gagal?

Padahal, generasi milenial memiliki potensi besar dalam mewujudkan program ketahanan pangan melalui pemanfaatan teknologi digital.

Baca Selengkapnya
Ini Link, Syarat & Cara Daftar Petani Milenial, Bisa Dapat Gaji Rp10 Juta per Bulan
Ini Link, Syarat & Cara Daftar Petani Milenial, Bisa Dapat Gaji Rp10 Juta per Bulan

Tujuan dari Program Petani Milenial untuk mengoptimalkan potensi sektor pertanian di tanah air.

Baca Selengkapnya
Pendapatan Petani Milenial Dijanjikan Pemerintah Capai Rp10 Juta per Bulan
Pendapatan Petani Milenial Dijanjikan Pemerintah Capai Rp10 Juta per Bulan

Pendapatan tersebut merupakan proyeksi hasil panen yang didapat para petani milenial, serta menegaskan bukan gaji yang diberikan oleh pemerintah.

Baca Selengkapnya
Jumlah Petani Terus Berkurang, Pemkab Banyuwangi Janji Modal Usaha Pertanian ke Anak Muda
Jumlah Petani Terus Berkurang, Pemkab Banyuwangi Janji Modal Usaha Pertanian ke Anak Muda

Miris, jumlah petani di Banyuwangi terus berkurang. Pemkab Banyuwangi janji beri modal bisnis pertanian anak muda.

Baca Selengkapnya
Ganjar Dorong Petani Milenial Manfaatkan Teknologi Tingkatkan Produksi Pertanian
Ganjar Dorong Petani Milenial Manfaatkan Teknologi Tingkatkan Produksi Pertanian

Ganjar meyakini, petani milenial akan banyak yang lahir jika dibarengi dengan keseriusan pemerintah dalam memberikan mendampingi.

Baca Selengkapnya
Hitung-Hitungan Kementan, Pendapatan Petani Milenial Bisa Tembus Rp10 juta Per Bulan
Hitung-Hitungan Kementan, Pendapatan Petani Milenial Bisa Tembus Rp10 juta Per Bulan

Nilai ini bisa tercapai jika mengelola sawah dengan sistem modern.

Baca Selengkapnya
Mentan Amran Minta Kelembagaan Petani Millenial Diperkuat di Merauke
Mentan Amran Minta Kelembagaan Petani Millenial Diperkuat di Merauke

Mentan Amran menyatakan, kaum millenial memiliki potensi besar untuk membawa inovasi dalam pertanian.

Baca Selengkapnya
Amran Rangkul 3 Ribu Milenial untuk Jadi Petani dan Beri Alat Gratis, Targetkan 50 Ribu
Amran Rangkul 3 Ribu Milenial untuk Jadi Petani dan Beri Alat Gratis, Targetkan 50 Ribu

Mentan mengajak para petani termasuk generasi muda, untuk mensukseskan tranformasi pertanian dari tradisional menjadi modern.

Baca Selengkapnya
Kementan Dorong Petani Muda Sebagai Garda Terdepan Pembangunan Pertanian
Kementan Dorong Petani Muda Sebagai Garda Terdepan Pembangunan Pertanian

Kementan menyebut, pemerintah berkomitmen mengawal regenerasi petani.

Baca Selengkapnya