Kementan tambah luas lahan cabai sentra produksi terbesar nasional
Merdeka.com - Kementerian Pertanian (Kementan) RI akan membantu perluasan areal tanaman cabai di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Langkah ini sebagai bagian dari upaya menstabilkan harga kebutuhan dapur itu di pasaran yang akhir-akhir ini melonjak naik.
"Banyuwangi ini salah satu sentra cabai terbesar nasional. Kami akan terus dorong potensinya. Salah satunya, kami akan berikan bantuan untuk perluasan area tanam agar pasokan cabai di Banyuwangi sebagai penyangga pasokan nasional tetap terjaga," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Hortikultura Kementan Spudnik Sujono seperti dikutip dari Antara saat berkunjung di Banyuwangi, Jumat (10/2).
Sujono mengatakan, fenomena lonjakan harga cabai dalam kurun dua bulan terakhir ini cukup meresahkan masyarakat. Pihaknya terus berupaya untuk mencari solusi dan mengantisipasi agar lonjakan harga tersebut tidak terulang kembali.
-
Apa yang dilakukan Kemendag untuk mengatasi harga cabai? 'Memang kita Desember harga cabai melejit, itu musiman. Musim hujan, panen gagal. Saya tadi pagi ke pasar sudah turun,' kata Mendag dalam konferensi pers Capaian Kinerja 2023 dan Outlook Perdagangan 2024, di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (4/1/).
-
Bagaimana Kemendag memantau harga cabai? Mendag mengaku pagi ini telah melakukan kunjungan ke Pasar Palmerah Jakarta Pusat untuk memantau stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan pokok.
-
Dimana Kemendag memantau harga cabai? Mendag mengaku pagi ini telah melakukan kunjungan ke Pasar Palmerah Jakarta Pusat untuk memantau stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan pokok.
-
Dimana harga bahan pangan naik? Tak hanya beras, harga sejumlah bahan pangan di Jakarta terpantau merangkak naik.
-
Dimana harga kedelai naik? Di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat misalnya, melambungnya harga kedelai tersebut turut memengaruhi pola produksi para produsen tahu, salah satunya Nana Suryana di Kelurahan Nagri Kidul.
-
Harga bahan pangan apa yang naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
"Saya sudah keliling ke berbagai daerah, terutama di Banyuwangi. Ternyata barangnya (cabai) ada, pasokannya cukup. Tapi mengapa lonjakan harga ini masih tetap berlangsung?" katanya.
Karena itu, menurut Sujono, salah satu solusinya adalah dengan mengontrol rantai pasokan cabai. Saat ini, Kementan bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan, Kementerian BUMN, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), dan kelompok tani di kawasan khusus.
"Selain itu, saya juga meminta daerah turut aktif mengendalikan harga di daerahnya. Misalnya, lewat skema kemitraan antara pemda dan petani. Pemda memberikan bantuan, saat panen petani bisa menjualnya langsung kepada Bulog. Ini perlu diatur hal semacam ini, jangan hanya pemain pasar yang menentukan harga, kita juga harus aktif. Apalagi ada TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah)," ujar Sujono.
Sementara, Kepala Dinas Pertanian Pemkab Banyuwangi Arief Setiawan mengatakan pasokan cabai rawit di Banyuwangi hingga saat ini masih aman. Pada 2016, dari luas panen 3.596 hektare, produksi cabai rawit di Banyuwangi sebanyak 25.863 ton. Untuk pasokan cabai saat ini, produksi akhir terdapat 1.022 hektare lahan, dengan cabai siap panen 1226 ton cabai.
"Untuk pasokan cabai Banyuwangi sendiri sudah cukup," kata Arief.
Untuk perluasan area tanam cabai rawit, Banyuwangi akan menambah lahan seluas 150 hektare yang tersebar di 10 kecamatan, seperti Pesanggaran, Srono, Songgon, Bangorejo, Siliragung, Muncar, Rogojampi, Cluring, Tegal Dlimo dan Purwoharjo.
Selain itu, Kementan juga akan membantu untuk perluasan lahan cabai merah besar seluas 50 hektare. "Jadi nanti lahannya milik petani, namun akan kami bantu penuh segala kebutuhan petani. Mulai dari bibit, pestisida, hingga alat-alat pertanian yang mereka perlukan. Sebisa mungkin, akan kami penuhi," kata Arief.
Sebagai kontribusinya, para petani diminta untuk menjual hasil panennya pada pemerintah dengan harga yang telah disepakati bersama. Kesepakatan harga tersebut tertuang dalam 'memorandum of understanding' (MoU) yang telah ditandatangai kedua belah pihak sebelum masa tanam dimulai.
"Tentunya harga yang kami tawarkan tidak akan merugikan petani. Karena harga 'break event point' (BEP) mereka di kisaran Rp 15.000, kami bisa membeli dengan harga Rp 35.000. Petani tetap untung, harga pasar juga tetap bisa dikendalikan," kata Arief.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kepala BPN menyebut produksi cabai rawit merah menurun.
Baca SelengkapnyaBanyak pedagang mengeluh kepada Mendag Zulkifli Hasan mengenai tingginya harga cabai.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga cabai di tingkat petani sudah terjadi sejak pekan lalu.
Baca SelengkapnyaPenjabat Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin melakukan peninjauan harga kebutuhan pokok di Pasar Tradisional Batangase.
Baca SelengkapnyaAjakan ini merespon kenaikan harga cabai rawit hingga Rp100.000/kg.
Baca SelengkapnyaMendag Zulkifli tersentak saat mendengar harga cabai sekarang sudah Rp100.000 per kilogram.
Baca SelengkapnyaBadan Pusat Statistik (BPS) buka-bukaan mengungkap penyebab kenaikan harga cabai yang kian mencekik konsumen.
Baca SelengkapnyaNormalnya, harga cabai rawit di tingkat petani berkisar antara Rp10.000 hingga Rp15.000 per kilogram.
Baca SelengkapnyaHarga cabai naik karena produksi menurun akibat el nino.
Baca SelengkapnyaHarga cabai merah turun seiring hasil panen yang melimpah di Boyolali.
Baca SelengkapnyaPara petani cabai di Jember tak bisa menikmati hasil panen seutuhnya
Baca SelengkapnyaKemudian untuk bawang putih dari harga normal Rp30.000 kini naik menjadi Rp50.000 per kilogram.
Baca Selengkapnya