Kenapa barang buatan China dianggap murahan?
Merdeka.com - Ekonomi China tengah berada di puncak kejayaan. Setelah berhasil bertahan dari guncangan krisis ekonomi dunia pada 2008 lalu, ekonomi China terus tumbuh pesat. Bahkan menjadi yang terkuat di dunia.
Tidak dipungkiri, ekonomi China mulai menguasai dunia. Barang-barang atau produk made in China mendominasi pasar internasional. Produk buatan China membidik pasar yang besar. Salah satunya Indonesia. Jangan heran jika sangat mudah menemukan produk buatan China di sekeliling kita.
Produk buatan China sangat mudah diterima masyarakat Indonesia. Salah satunya karena faktor harganya yang murah dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah.
-
Kenapa impor tekstil dari China meningkat? Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan menyebut perang dagang antara kedua negara itu menyebabkan over kapasitas dan over supply di China, yang justru malah membanjiri Indonesia.
-
Gimana cara Mentan mengurangi impor? 'Apresiasi juga kepada Pak Amran yang dengan semangat untuk mengurangi impor hasil-hasil pertanian seperti beras, gula, jagung, dan seterusnya. Saya percaya kalau seluruh potensi bangsa ini didorong untuk memenuhi kebutuhan itu, pasti impor kita dapat dikurangi dan kita kembali bergantung pada hasil dalam negeri,' katanya.
-
Kenapa polisi China mengusur pedagang? Dia diberi imbauan agar tak berjualan di lokasi. Sebab, hal tersebut diungkap sang polisi dapat memicu kecelakaan bagi diri sendiri dan pengguna jalan raya lainnya. 'Anda tidak bisa berjualan semangka di sini. Ini bisa mengganggu lalu lintas,' terangnya.
-
Apa yang mendorong peningkatan produksi? Peningkatan permintaan baru menjadi salah satu faktor utama yang mendorong aktivitas produksi.
-
Bagaimana polisi China membantu pedagang? Meski berniat menggusur, namun sang polisi turut memberi solusi. Dia menyebut telah menyediakan tempat yang lebih aman bagi si penjual untuk menjajakan dagangan. 'Bapak, saya dapat tempat yang lebih aman. Di sana. Bapak juga bisa parkir kendaraan di sana,' lanjutnya.
-
Bagaimana cara meningkatkan efisiensi produksi? Dengan meningkatkan efisiensi produksi, biaya produksi dapat ditekan, yang pada gilirannya dapat mengurangi tekanan inflasi. Pemerintah bisa memberikan insentif kepada perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dengan memberikan bantuan dalam bentuk pelatihan karyawan, investasi di bidang teknologi dan infrastruktur, atau mengurangi beban regulasi yang menghambat produktivitas.
Khususnya untuk produk-produk elektronik mulai dari televisi, telepon genggam, laptop, dan lainnya. Namun, yang tidak bisa dikesampingkan sebagian besar masyarakat menganggap produk buatan China hanya menang di harga yang murah, dari sisi kualitas masih di bawah produk Jepang atau negara lainnya.
Arian dwi Cahyo, 23, salah satu yang punya pengalaman mengecewakan dengan produk buatan China. "Waktu itu saya beli Handphone, tapi enggak bertahan lama. Gampang rusak," kata Ari kepada merdeka.com di Jakarta, Kamis (30/5) malam.
Menurutnya, kualitas barang buatan China tidak terjamin. Terlebih untuk barang-barang yang dijual dengan harga murah. "Jarang ada barang buatan China yang awet (tahan lama). Rata-rata karena murah jadi murahan," katanya.
Namun, anggapan tersebut langsung dipatahkan oleh Ketua Persatuan Pengusaha Tionghoa Indonesia Richard Tan. Dia menampik bahwa produk buatan China adalah murahan. Dia mengakui jika produk-produk China berharga murah. Namun, soal kualitas yang rendah, kata dia, itu hanya pandangan masyarakat lantaran belum terbiasa.
Dia membandingkannya dengan nasib produk Jepang di Tanah Air pada era 1970-an yang juga dipandang sebelah mata oleh konsumen. "Dulu 30 tahun lalu kita lihat barang Jepang juga dianggap murahan, tapi sekarang kita lihat teknologinya. Produk China itu murah karena kita sesuaikan teknologinya, mau motor harga Rp 20 juta bisa, minta yang Rp 10 juta juga bisa. Jadi murah dengan murahan itu berbeda," ujarnya di JIExpo, Kemayoran, Kamis (30/5).
Richard membeberkan rahasia kenapa produk China saat ini diekspor ke seluruh dunia. Dia menilai, pengusaha di negara itu bisa memenuhi permintaan pasar dengan rentang harga bervariasi. Ongkos produksi ditekan karena memakai sistem perusahaan rumahan alias usaha kecil menengah.
"Perusahaan China itu menyesuaikan yang mengorder, jadi mengikuti tren pasar, dia pun dituntut pasar domestik yang tinggi, satu miliar penduduk. Itu sebabnya dari China ada berbagai variasi handphone, kenapa semua konsumen diharuskan membeli yang harga Rp 10 juta sedangkan butuhnya di spesifikasi yang sama ada Rp 700.000," paparnya.
Dengan penjelasan tersebut, cukupkah membuat masyarakat yakin akan kualitas produk buatan China? (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Biaya tenaga kerja di China jauh lebih rendah, sehingga produk mereka dapat dijual dengan harga yang jauh lebih murah.
Baca SelengkapnyaSelain murah, barang buatan asal China juga dikenal karena kualitasnya yang bersaing
Baca SelengkapnyaProduk dalam negeri memiliki kualitas yang bagus dibandingkan produk impor dari China.
Baca SelengkapnyaDampak masuknya barang murah China membuat industri di sejumlah negara terancam kolaps.
Baca SelengkapnyaPemerintah China memiliki dukungan yang penuh kepada para pelaku usahanya.
Baca SelengkapnyaPredatory pricing merupakan praktik penetapan harga di bawah biaya produksi.
Baca SelengkapnyaAda arus barang impor yang masuk ke Indonesia dengan harga yang sangat murah dan produk lokal tak bisa bersaing secara harga.
Baca SelengkapnyaSelama ini, izin platform TikTok di Indonesia hanya aplikasi media sosial, bukan e-commerce
Baca SelengkapnyaProduk ubin keramik dari China sendiri diberikan insentif tax refund sebesar 14 persen oleh pemerintahnya.
Baca SelengkapnyaBanyak usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang bangkrut karena tak bisa bersaing dengan produk impor, salah satunya dengan yang dijual di TikTok Shop.
Baca SelengkapnyaPengusasaan platform asing terutama dari China cepat atau lambat bakal mengancam usaha kecil-menengah.
Baca SelengkapnyaTikTok Shop dianggap mengancam keberlangsungan UMKM lokal karena harga produk yang dijual terlampau murah.
Baca Selengkapnya