Kendala pemerintah bikin suku bunga bank single digit
Merdeka.com - Pemerintah optimis suku bunga kredit perbankan bisa menyentuh angka tunggal atau single digit pada akhir tahun ini. Namun, ambisi pemerintah tersebut dinilai mustahil. Sebab, struktur perbankan nasional saat ini belum memungkinkan untuk terealisasinya suku bunga kredit single digit tahun ini.
"Ini tidak masuk akal, karena itu struktur industri perbankannya memang tidak memungkinkan. Mustahil," ujar Pengamat Ekonomi, Tony Prasetiantono di Kompleks Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (28/4).
Tony menjelaskan rumitnya struktur perbankan nasional. Hal ini dilihat dari sisi jumlah bank yang mencapai 119 unit, namun hanya sekitar 20 unit saja yang masuk kategori bank besar.
-
Siapa saja yang termasuk Bank Pemerintah di Indonesia? Daftar bank BUMN di Indonesia antara lain adalah BRI, BNI, Bank Mandiri, dan BTN.
-
Dimana Gedung Bank Indonesia Sumut berada? Gedung ini berlokasi di Jalan Balai Kota No. 4, Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan.
-
Kenapa kebutuhan uang Bank Indonesia meningkat? 'Jumlah tersebut meningkat 12,5 persen, jika dibandingkan dengan kebutuhan uang dalam periode yang sama menjelang nataru di akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,4 triliun rupiah,' kata Erwin, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/12).
-
Siapa yang membangun gedung Bank Indonesia Sumut? Gedung ini dibangun pada tahun 1908 oleh seorang arsitek Belanda yang cukup tersohor bernama Eduard Cuypers bersama dua orang lainnya, Hulswit dan Fermos
-
Siapa saja bank yang terlibat? Bank Rakyat Indonesia, Bank Katimtara, Bank Perkreditan Rakyat merupakan perbankan yang turut berpartisipasi dalam acara Sosialisasi Penguatan Modal tersebut.
-
Apa nama mata uang Indonesia? Rupiah merupakan nama mata uang Indonesia yang digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di seluruh wilayah Indonesia.
"Bank besar kita itu hanya sekitar 20. Jadi sisanya itu kecil-kecil, yang modalnya Rp 1 triliun, maksimal Rp 2 triliun," kata dia.
Jumlah bank yang terbilang sangat banyak menyebabkan kompetisi semakin ketat, utamanya dalam hal mencari dana pihak ketiga (DPK). Kondisi ini mendorong bank-bank kecil menawarkan suku bunga simpanan yang tinggi untuk menarik nasabah.
Di sisi lain, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank-bank kecil, masih minim. Masyarakat lebih memilih menyimpan uangnya di bank-bank besar dengan tingkat kepercayaan tinggi.
"Ketika bank kecil bunga tinggi, bank besar ikut juga. Bukan karena tak efisien tapi karena menikmati kue (pangsa pasar)," jelas Tony.
Jumlah bank yang mencapai angka lebih dari 100 ini sudah sejak lama menjadi sorotan. Tony mengatakan, sejak sektor perbankan masih di bawah pengawasan Bank Indonesia, sudah tercetus pembahasan mengenai konsolidasi perbankan dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Namun, wacana konsolidasi perbankan itu masih sulit diterapkan di Indonesia.
Dengan jumlah bank yang semakin sedikit, lanjut Tony, maka sisi persaingan akan berkurang. Hal ini akan mendorong bank semakin efisien dan berujung pada turunnya tingkat suku bunga.
"Menurunkan suku bunga menurut saya paling efektif ya mengurangi jumlah bank. Dengan jumlah sedikit jadi efisien," jelas dia.
Tony juga melihat upaya mendorong efisiensi perbankan ini masih terus dilakukan di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). OJK memberi insentif bagi bank yang semakin efisien dengan Net Interest Margin (NIM) yang menurun sebagai parameter.
Tony menilai langkah tersebut sudah tepat, namun belum ampuh untuk menurunkan suku bunga kredit ke single digit akhir tahun ini.
"Jadi menurunkan suku bunga itu tak seperti yang dibayangkan, pemerintah minta menurunkan akhir tahun nggakseperti itu. Jadi menggeneralisasi semua bank single digit itu salah karena setiap bank memiliki karakteristik dan struktur yang berbeda," papar Tony.
Tony menambahkan pemangkasan jumlah bank sebagai langkah paling efektif menurunkan suku bunga. Apabila pemerintah serta otoritas perbankan mampu memangkas jumlah bank hingga setidaknya setengah dari jumlah saat ini, maka suku bunga single digit berpotensi terealisasi dalam jangka waktu 2 hingga 3 tahun mendatang. Kendati demikian, langkah tersebut membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
"Memang tidak akan sebentar. Butuh waktu," pungkas Tony. (mdk/sau)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kenaikan suku bunga dinilai upaya Bank Indonesia untuk mengendalikan inflasi.
Baca SelengkapnyaSelain daya beli masyarakat, masih ada tiga tantangan yang akan dihadapi usai kenaikan suku bunga acuan.
Baca SelengkapnyaMenaikkan suku bunga tinggi pun tidak cukup membantu pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAdapun total kredit di tahun 2023 mencapai Rp65,68 triliun, turun dibandingkan tahun 2022 yang sebesar Rp69,7 triliun.
Baca SelengkapnyaSalah satu pendorong pertumbuhan kredit pada September 2023 adalah kredit investasi yang tumbuh 11 persen yoy.
Baca SelengkapnyaBunga deposito yang ditawarkan oleh Bank BCA sebesar 3,50 persen untuk tenor 1 bulan; 3,75 persen untuk tenor 3 bulan; 2,50 persen untuk tenor 6 bulan; dan 2,00
Baca SelengkapnyaDalam periode yang sama di tahun lalu, penarikan utang sebesar Rp480,4 triliun.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan menjadi 6 persen.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga ini dilakukan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah.
Baca SelengkapnyaMayoritas utang pemerintah per Juni 2024 didominasi oleh SBN sebesar 87,85 persen, sedangkan sisanya adalah pinjaman sebesar 12,15 persen.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25 persen demi menjaga stabilitas Rupiah.
Baca SelengkapnyaSecara akumulatif kredit BRI yang direstrukturisasi karena pandemi tertinggi mencapai 30% dari total portofolio.
Baca Selengkapnya