Kepala BPS: Penetapan harga gula bisa tekan inflasi
Merdeka.com - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Kecuk Suhariyanto menilai penetapan harga eceran tertinggi gula sebesar Rp 12.500 per Kg bermanfaat untuk menekan laju inflasi nasional, terutama dari kelompok bahan makanan.
"Kebijakan ini bagus supaya harga gula tidak bergerak liar, sehingga bisa terjangkau oleh konsumen," kata Suhariyanto di Jakarta, Senin (30/1).
Suhariyanto menjelaskan, dari inflasi nasional pada 2016 sebesar 3,02 persen, sekitar 40 persen-nya atau sebanyak 1,21 persen, merupakan kontribusi dari bahan makanan. Untuk itu, kata dia, kebijakan penetapan harga gula ini bisa menciptakan stabilisasi, apalagi kalau diikuti dengan pemangkasan jalur distribusi dari produsen ke konsumen.
-
Kenapa harga gula naik? Kenaikan harga gula cukup tinggi hingga mencapai Rp4.000 per kilogram. Gula pasir eceran yang biasanya dihargai Rp12.000 per kilogram kini menjadi Rp17.000 per kilogram. Begitu juga dengan gula premium yang semula harganya Rp14.000 per kilogram kini menjadi Rp18.000 per kilogram.
-
Bagaimana cukai mempengaruhi konsumsi gula? Menurut WHO, cukai ini dapat menjadi langkah efektif untuk menurunkan konsumsi gula. Data mereka menunjukkan bahwa kenaikan harga minuman berpemanis hingga 20 persen dapat menurunkan konsumsi hingga 20 persen, sehingga membantu mencegah obesitas dan diabetes.
-
Harga bahan pangan apa yang naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Dimana harga bahan pangan naik? Tak hanya beras, harga sejumlah bahan pangan di Jakarta terpantau merangkak naik.
-
Bagaimana cara Gubernur Sumatra mengatasi inflasi? Gubernur Sumatra saat itu, Mr. Teuku Muhammad Hasan telah memberlakukan ORI sebagai alat tukar dengan kurs satu rupiah dengan seratus rupiah uang Jepang.
-
Makanan apa yang bantu stabilkan gula darah? Alpukat kaya akan lemak sehat serta serat yang berperan penting dalam menstabilkan kadar gula darah.
Menurut Suhariyanto, bisa saja penetapan harga gula ini diikuti dengan komoditas pangan lainnya agar tingkat inflasi makin terjaga, meski usulan ini memerlukan kajian lebih mendalam.
Sebelumnya, produsen maupun distributor gula menyepakati komitmen untuk menjaga harga gula eceran tertinggi untuk gula kristal putih atau gula konsumsi pada kisaran Rp12.500 per Kg yang berlaku hingga Desember 2017.
Jika ada gejolak dan harga gula kembali meningkat tajam, pemerintah akan melakukan evaluasi atas kebijakan ini melalui koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Untuk mendukung program stabilisasi harga, Kementerian Perdagangan ikut melakukan pemangkasan jalur distribusi dari produsen ke konsumen dengan meningkatkan peran BUMN dan BUMD serta sektor swasta dalam pendistribusian gula.
Pemangkasan juga dilakukan terkait prosedur impor gula, karena Kementerian Perdagangan mengizinkan beberapa pabrik untuk mengimpor langsung gula mentah untuk diolah menjadi gula kristal putih atau gula konsumsi.
Dalam kesempatan terpisah, anggota Komisi IV dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Cucun Ahmad Syamsurijal menilai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah ini sudah sesuai dengan program Nawacita dan bisa memperbaiki tata niaga Indonesia.
"Kita dukung pemerintah untuk memberantas lingkaran yang membuat jatuhnya harga ke konsumen menjadi mahal. Kalau ada kebijakan, harus berpihak kepada rakyat. Jangan sampai ada harga melonjak lagi," kata Cucun.
Cucun memastikan Fraksi PKB akan mendukung kebijakan pemerintah bila memihak kepada rakyat dan tidak membebankan biaya terlalu tinggi kepada konsumen. "Jika dirasakan bisa menstabilkan harga kita dukung. Kalau menjadi celah untuk orang mendapatkan impor, kita akan evaluasi," tuturnya.
Cucun menambahkan langkah untuk menghitung kebutuhan maupun mengatur siklus gula ini tidak hanya berdampak pada harga gula, namun juga menahan laju inflasi pangan secara makro.
"Kalau misalkan dihitung positif menahan laju inflasi dan mengatur tata niaga sehingga tidak ada permainan, sangat bagus," ujarnya.
Anggota Komisi IV dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Fadly Nurzal juga menyambut baik keputusan pemerintah, namun aturan-aturan dalam dunia usaha harus diperhatikan agar tidak menimbulkan persoalan baru. Fadly mengharapkan kebijakan ini tidak akan membuat harga gula melambung tinggi dan secara tidak langsung bisa memberikan kestabilan harga di sektor pangan lainnya.
"Gula sering masuk dalam situasi atau keadaan yang menimbulkan berbagai spekulasi, kalau pemerintah tidak mengambil langkah cepat ini para spekulan akan memainkannya," katanya.
Selain itu, Fadly menilai konsep ini juga bisa menjadi acuan bagi sektor pangan lainnya, karena pemerintah memiliki kewajiban untuk menjangkau masyarakat dengan harga murah, meski harus memperhitungkan masalah sirkulasi pasar. "Karena kalau pasar tidak menyambut, hal ini akan mengkhawatirkan pertumbuhan ekonomi kita," ujarnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Acuan harga mempertimbangkan harga gula di produsen atau harga internasional, biaya kemasan, biaya distribusi, dan sebagainya.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani menjelaskan, inflasi yang rendah sangat penting untuk mendukung daya beli masyarakat, terutama di kalangan kelompok menengah bawah.
Baca SelengkapnyaPergerakan inflasi pangan dapat memberi tekanan besar terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.
Baca SelengkapnyaHarga gula dunia terus mengalami peningkatan yang disebabkan beberapa faktor.
Baca SelengkapnyaKementerian Perdagangan turut andil dalam penurunan laju inflasi di tahun 2023.
Baca SelengkapnyaKemendag bekerjasama dengan Badan Urusan Logistik (Bulog) dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk menahan inflasi.
Baca SelengkapnyaInflasi naik di bulan Febuari terutama harga beberapa komoditas.
Baca SelengkapnyaSalah satunya karena berhasil menahan tingkat inflasi di kisaran 2,6 persen.
Baca SelengkapnyaBerbagai bahan pangan dijual dengan harga yang terjangkau masyarakat dalam kegiatan tersebut.
Baca SelengkapnyaBeras menjadi komoditas yang menyumbang inflasi terbesar pada Agustus 2023.
Baca SelengkapnyaSejauh ini impor beras di Indonesia yang sudah direalisasikan baru mencapai 4,1 persen dari total kebutuhan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaInflasi Indonesia juga lebih rendah dibandingkan Eropa, yakni sebesar 5,3 persen.
Baca Selengkapnya