Kepanikan saat rupiah menyentuh Rp 14.700 per USD
Merdeka.com - Nilai tukar Rupiah makin terpuruk terhadap Dolar Amerika Serikat. Perdagangan kemarin, Rupiah sempat menyentuh level terendah yaitu Rp 14.711 per USD.
Pemerintah beralasan perlambatan ekonomi global menjadi penyebab utama terpuruknya Rupiah. Selain itu, anjloknya Rupiah juga disebabkan kebijakan pemerintah China yang sengaja melakukan devaluasi terhadap mata uang Yuan.
Hal ini membuat seluruh mata uang di dunia bergerak negatif terutama di wilayah Asia Tenggara. Malaysia menjadi negara dengan pelemahan terparah mencapai 21 persen. Sementara, Indonesia baru mencapai 12,9 persen hingga Agustus 2015.
-
Apa dampak pelemahan Rupiah terhadap harga kedelai? Harga kedelai impor kembali mengalami kenaikan dan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi ini tentunya sangat memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
-
Kenapa rupiah Indonesia hiperinflasi pada tahun 1963-1965? Di awal kemerdekaan Indonesia, sistem nilai tukar rupiah yang diterapkan yaitu kurs tetap. Artinya, sebuah negara harus ada cadangan devisa yang terkontrol. Akan tetapi sebagai negara baru Indonesia hanya punya sedikit cadangan devisa. Ekonomi Indonesia kemudian diperburuk saat bergulirnya agresi militer Belanda II.
-
Kapan rupiah mengalami devaluasi pertama? Pada 7 Maret 1946, pemerintah mendevaluasi nilai tukar rupiah sebesar 29,12 persen, dari Rp1,88 per USD1 menjadi Rp2,65 per USD1.
-
Kenapa mata uang Indonesia disebut Rupiah? Nama Rupiah dipilih sebagai nama mata uang Indonesia karena, kuatnya pengaruh budaya India selama masa kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara, yang berlangsung selama ratusan tahun.
-
Kenapa minat investor asing menurun di sektor keuangan Indonesia? Menurunnya minat investor asing terhadap sektor keuangan Indonesia disebabkan oleh sentimen peningkatan yield surat utang di Amerika Serikat dan tren suku bunga tinggi di sejumlah bank sentral negara maju. Akibatnya, kebutuhan likuiditas pemerintah dan pelaku usaha akan menjadi sangat kompetitif dan berbiaya mahal,' ucap Said.
-
Apa Redenominasi Rupiah itu? Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan.
Kendati demikian, pemerintah tetap mengklaim ekonomi Indonesia tetap stabil. Bahkan, Bank Indonesia (BI) pernah melakukan stress test terhadap pelemahan mata uang Rupiah. Dari tes tersebut, BI menyimpulkan Indonesia masih stabil walaupun nilai tukar Rp 15.000 per Dolar AS.
"Mohon tetap tenang, kita harap ekonomi kita mengarah ke yang lebih baik dan perlu waspada, karena tiga tahun terakhir penuh ketidakpastian. BI akan selalu ada di pasar jaga stabilitas dan respons dalam bentuk bauran kebijakan makroprudential agar penyaluran kredit lebih lancar," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo.
Pemerintah, Bank Sentral dan pengusaha mulai serius menanggapi pelemahan Rupiah. Merdeka.com mencatat kepanikan dan respon saat Rupiah menyentuh Rp 14.700 per Dolar AS:
Pengusaha siap naikkan harga
Dunia usaha, utamanya yang masih menggunakan bahan baku impor, tertekan oleh kondisi nilai tukar Rupiah yang saat ini sudah menyentuh angka Rp 14.700 per USD. Tak terkecuali usaha di sektor makanan dan minuman (mamin).
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) Adhi S Lukman mengatakan, sektor industri mamin sudah mulai kewalahan menghadapi keperkasaan USD terhadap Rupiah.
Bahkan, untuk bisa tetap berproduksi tanpa menaikkan harga produk, sektor permodalan perusahaan-perusahaan mamin mulai tergerus.
Menurut Adhi, pelaku usaha sudah mulai berhitung dan menganalisis hingga sejauh mana mereka bisa bertahan. "Kita melihat ini masing-masing perusahaan masih simulasi tahan sampai berapa," kata Adhi di Kantor BKPM, Jakarta, Jumat (25/9).
Adhi menilai, jika angka rupiah terhadap USD menyentuh level lebih dari Rp 15.000, pelaku industri mamin tak akan bertahan tanpa menaikkan harga produk. "Toleransinya Rp 15.000 maksimum. Jangan lebih dari itu, kalau lebih, akan naikkan harga," tutur Adhi.
BI siapkan strategi baru
Bank Indonesia (BI) bakal mengeluarkan paket kebijakan baru. Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juda Agung mengatakan paket kebijakan tersebut salah satunya adalah memberikan insentif kepada pelaku usaha yang menyimpan dana hasil ekspornya di dalam negeri.
"Dalam waktu dekat BI akan menyampaikan kembali paket kebijakan yang bisa mengatasi stabilisasi nilai tukar," ujarnya di Gedung BI, Jakarta, Jumat (25/9).
Menurut Juda, paket kebijakan ini juga untuk meningkatkan ketersediaan dolar di Tanah Air yang akhirnya dapat menguatkan Rupiah ke depan.
"Paket itu misalnya DHE (Devisa Hasil Ekspor), kami sedang berkoordinasi dengan pemerintah detailnya, termasuk soal kemungkinan pajak dan sebagainya," jelas dia.
Pemerintah percepat keluarkan kebijakan baru
Terus berlanjutnya pelemahan Rupiah, di mana hari ini mencapai Rp 14.700 per USD, membuat pemerintah segera bergerak cepat. Pemerintah berencana segera mengeluarkan kebijakan ekonomi lanjutan pekan depan.
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pihaknya tengah memantapkan paket kebijakan yang akan dirilis dalam waktu dekat. Pasalnya, perlu ada pembicaraan lanjutan bersama Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Nanti lagi koordinasi. Pokoknya kita sedang koordinasi. Mudah-mudahan minggu depan ada. Sebetulnya komunikasinya sudah, tapi kan harus mantap juga," ujarnya di Kantornya, Jakarta, Jumat (25/9).
Batasi impor barang mewah
Pemerintah tengah menyiapkan aturan untuk membatasi impor barang mewah. Aturan ini disiapkan untuk memperbaiki perekonomian yang melambat.
"Salah satu langkah perbaiki ekonomi yang lesu adalah menjaga daya beli masyarakat agar jangan turun. Selain itu, kita harus mengurangi pembiayaan impor. Makanya kita nanti akan batasi impor barang mewah," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla di sela kunjungannya ke New York seperti dilansir antara, Jumat (25/9).
Kurangi jam kerja
Industri makanan dan minuman (mamin) mulai teriak menghadapi kondisi nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) yang sudah menyentuh level Rp 14.700 per USD. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI), Adhi S Lukman mengatakan, sisi permodalan dari pelaku industri mamin sudah mulai terusik dan tergerus.
Pengusaha mamin kesulitan karena mahalnya bahan baku impor sebagai dampak melemahnya Rupiah. Sementara harga jual produk tidak bisa dinaikkan lantaran daya beli masyarakat yang kini sedang rendah.
"Jadi perusahaan mengefisienkan diri juga memanage margin. Kita melihat beberapa perusahaan sudah teriak karena bottom line sudah mulai tergerus. Ini yang harus hati-hati," kata Adhi di Kantor BKPM, Jakarta, Jumat (25/9).
Meski belum ada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara nyata, namun perusahaan-perusahaan mamin sudah mulai mengurangi jam kerja karyawan.
"Saya belum dengar (PHK), tapi pengurangan jam kerja sudah mulai terjadi. Sebagian pengurangan jam kerja, jam lembur dikurangi bergilir shift. Pendapatan dari karyawan berkurang. Kalai di PHK belum ada, tapi kalau kecil-kecilan sudah terjadi," ungkap Adhi.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hal ini membuat nilai tukar mata uang dolar AS semakin menguat dibandingkan mata uang negara maju maupun berkembang, termasuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaAda dua pertimbangan yang membuat rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaDari sisi eksternal, penguatan mata uang dolar AS di dekat level tertinggi selama satu bulan terakhir dipicu oleh kebijakan The Fed selaku Bank Sentral AS.
Baca SelengkapnyaMelemahnya Rupiah bisa berdampak pada kenaikan harga-harga bahan kebutuhan pokok hingga elektronik berikut ini.
Baca SelengkapnyaTernyata ini biang kerok nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika Serikat anjlok ke level Rp16.026 di hari ketiga lebaran Idulfitri.
Baca SelengkapnyaPada Jumat (8/9), nilai tukar rupiah berada di level Rp 15.327 per USD.
Baca SelengkapnyaRupiah kembali melemah hingga ke level Rp16.000 terhadap mata uang dolar AS seperti yang pernah dialami Indonesia saat krisis moneter 1998.
Baca SelengkapnyaPada Selasa (14/5), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan di Jakarta ditutup melemah di tengah pasar menantikan data inflasi Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaKetidakpastian ekonomi global membuat masyarakat melakukan langkah masif yang makin memperburuk keadaan.
Baca SelengkapnyaAirlangga meminta masyarakat agar tetap tenang dan tidak panik dengan penguatan dolar Negeri Paman Sam itu.
Baca SelengkapnyaRupiah anjlok 38 poin setelah sebelumnya menyentuh level Rp16.375 per dolar AS pada Selasa (25/6).
Baca SelengkapnyaIndonesia mulai memasuki pesta demokrasi yang dapat memengaruhi risk appetite investor dan pelaku usaha.
Baca Selengkapnya