Kesalahan yang Kerap Dilakukan Milenial dalam Mengatur Uang
Merdeka.com - Bukan sesuatu yang mustahil untuk para milenial berada di tahap kemandirian finansial jika sudah mendapatkan pengetahuan dan mau berkomitmen dalam membuat keputusan finansial yang cermat, meski harus dilalui dengan jalan panjang.
Perencana finansial Amerika Serikat (AS), Bryan M. Kuderna sudah berkonsultasi serta bekerja dengan lebih dari 400 milenial. Dia melihat sebuah pola yang serupa terkait pengaturan keuangan Generasi Milenial ini.
Dia menyimpulkan bahwa kebanyakan dari mereka jatuh di perangkap yang sama, yaitu menunggu waktu yang tepat untuk menabung. Masalahnya adalah, waktu yang tepat tidak selalu datang sedini mungkin.
-
Bagaimana cara milenial mengatasi keuangan yang sulit? Langkah pertama untuk menghadapi masalah keuangan adalah dengan berani menghadapinya. Anda bisa memulainya dengan tindakan sederhana, seperti menyusun daftar pengeluaran, menilai pendapatan, dan membuat anggaran bulanan. Apabila merasa kesulitan dalam proses ini, tidak ada salahnya untuk mencari bantuan dari konsultan keuangan. Alternatif lainnya, Anda juga dapat memanfaatkan aplikasi keuangan yang dapat membantu dalam melacak pengeluaran. Dengan cara ini, diharapkan Anda dapat mencapai kestabilan finansial yang lebih baik.
-
Bagaimana milenial dapat mencapai kebahagiaan finansial? Lebih dari enam dari 10 responden dalam survei tersebut mengatakan bahwa mendapatkan nasihat keuangan yang baik sangatlah penting untuk mencapai kebahagiaan finansial.
-
Apa saja kebiasaan keuangan yang membuat milenial sulit? Berikut ini adalah empat kebiasaan yang sering membuat milenial mengalami kesulitan finansial, seperti yang dilansir oleh Merdeka.com dari laman yourtango.com pada Kamis (28/11/2024). 1. Kebiasaan untuk Menghindari Masalah Keuangan Menghindari masalah keuangan merupakan kebiasaan yang umum di kalangan milenial.
-
Kenapa milenial sulit mengatur keuangan? Salah satu faktor utama yang membuat milenial sering menghadapi masalah keuangan adalah perubahan prioritas yang disebabkan oleh perkembangan zaman. Mereka lebih memprioritaskan pengalaman hidup, seperti berlibur, bersantai di kafe, atau membeli barang-barang untuk menunjang penampilan di media sosial, sehingga mengabaikan pentingnya menabung atau berinvestasi.
-
Bagaimana cara merencanakan keuangan? Langkah pertama dalam merencanakan keuangan adalah menetapkan tujuan keuangan yang jelas. Selain itu, penting untuk memahami berbagai risiko yang mungkin dihadapi serta memilih produk investasi yang tepat, seperti reksa dana atau saham, agar dapat mencapai tujuan tersebut dengan efektif.
-
Bagaimana cara kelola keuangan kelas menengah? Perusahaan konsultan audit dan pajak Grant Thornton Indonesia menyarankan langkah-langkah seperti diversifikasi pendapatan, pengelolaan utang yang bijak, dan peningkatan literasi keuangan agar tetap mampu bertahan bahkan tetap tumbuh di tengah tekanan ekonomi.
Sehingga, jika ada yang belum sempat untuk menabung, sekarang merupakan waktunya untuk memperbaiki hal tersebut. Berikut 6 kesalahan yang sering dilakukan milenial dalam mengatur keuangan, menurut Bryan M. Kuderna, dilansir CNBC.
Utang Kartu Kredit Menumpuk
Menggunakan kartu kredit secara teratur dan bertanggung jawab merupakan salah satu cara paling efektif untuk membentuk catatan kredit pribadi. Dengan skor kredit yang baik, maka hal tersebut bisa menentukan apakah Anda dapat diizinkan untuk meminjam uang dari bank, mendapatkan hipotek dan hal lainnya.
Tapi sayangnya, mayoritas dari generasi milenial yang ditemui oleh Kuderna, ternyata kesulitan untuk membayar utang kartu kreditnya. Berdasarkan dari data CreditCards.com, setidaknya satu dari empat (23 persen) milenial, mengatakan bahwa mereka mengandalkan keuangan mereka dengan kartu kredit setidaknya dalam kurun waktu setahun.
Ada dua hal penting yang perlu diketahui dalam menggunakan kartu kredit: Jangan mengutamakan kartu kredit sebagai prioritas neraca pembayaran kebutuhan sehari-hari dan jangan berlebihan dalam membelanjakan sesuatu yang tidak terlalu diperlukan.
Kuderna menyatakan bahwa jika Anda adalah seorang fresh graduate yang baru masuk dunia kerja, cobalah untuk menabung sebanyak mungkin selama 6 bulan pertama mulai bekerja. Hal tersebut pun nantinya bisa menjadi sebuah bekal untuk tabungan kamu, jadi akan bisa untuk membayar utang kartu kredit setiap bulannya.
Tak Sedia Payung Sebelum Hujan
Setiap Kuderna memberikan pembicaraan di sebuah workshop finansial bagi para sarjana, satu hal yang ingin dicapai oleh mereka setelah lulus dari kampus adalah, mempunyai hunian pribadi. Tapi tidak banyak dari mereka yang mempunyai strategi untuk menyiapkan tabungan dana darurat.
Kuderna banyak melihat banyak orang hanya mempunyai hanya satu jenis simpanan. Sebagai hasilnya, orang-orang tersebut harus mengalami konsekuensi mengutang atau terpaksa mengambil uang dari tabungan utama mereka. Kuderna mengingatkan ada dua tabungan dana darurat yang bisa dibuat oleh masing masing orang, yaitu tabungan emergency dan tabungan rainy day.
Tabungan emergency diutamakan untuk kondisi-kondisi darurat seperti kehilangan pekerjaan, sakit, atau kecelakaan fatal. Sedangkan tabungan rainy day (hari hujan), adalah dana khusus untuk pengeluaran yang bisa diprediksikan, seperti kunjungan bengkel, kebutuhan ledeng dan lain-lain.
Pendapatan Tidak Sebanding dengan Pengeluaran
Jika Anda masih muda, menikmati dan senang senang untuk sekarang-sekarang ini memang terdengar jauh lebih menarik daripada memikirkan sebuah rencana hidup jangka panjang kamu. Tapi, Kuderna mengingatkan bahwa kebebasan finansial tidak akan pernah tercapai jika pengeluaran Anda jauh lebih besar dari apa yang didapatkan.
Misalnya jangan langsung melakukan upgrade tempat tinggal, entah itu apartemen atau kos-kosan hanya karena Anda mendapatkan kenaikan gaji dari tempat kerja. Atau jangan langsung merencanakan rencana liburan mahal hanya karena Anda mendapatkan bonus.
Fokus kepada rencana yang lebih besar, seperti membayar utang-utang ataupun justru lebih baik ditabung untuk kebutuhan lebih penting lain. Dengan begitu, nantinya pun Anda akan mempunyai cukup tabungan untuk merencanakan pembelian hunian pribadi, pensiun muda ataupun merencanakan sebuah pernikahan idaman.
Tidak Merencanakan Investasi
Berdasarkan data Galup 2018, hanya ada 37 persen orang muda Amerika (Umur di bawah 35 tahun), yang mengatakan bahwa mereka mempunyai sebuah investasi saham di antara tahun 2017 dan 2018. Sedangkan sebanyak 61 persen orang yang berumur di atas 35 tahun memiliki sebuah investasi saham.
Memang banyak risiko yang terlibat dalam melakukan sebuah investasi, dimulai dari tidak bisa mengontrol pasar saham hingga tidak bisa mengukur tingkat pendapatan dari investasi tersebut. Tapi apa yang bisa dikontrol adalah, berapa banyak yang ditabung, seberapa persentase tabungan yang digunakan untuk berinvestasi dan bagaimana cara investasinya.
Berinvestasi saham merupakan salah satu cara paling cepat untuk terus menumbuhkan kekayaan masing-masing orang. Jika Anda tertarik, tapi tidak mengetahui apa-apa soal investasi, jangan ragu untuk meminta bantuan orang lain atau jasa penasihat finansial.
Tidak Menabung Untuk Masa Pensiun
Menunggu terlalu lama untuk menabung untuk masa pensiun, dinilai oleh Kuderna sebuah kesalahan besar yang nantinya bisa menjadi sebuah masalah di masa depan. Berdasarkan data 2018 dari E-Trade, lebih dari sepertiga generasi millenial Amerika Serikat mengeluarkan begitu banyak dana untuk pengeluaran liburan dan kebutuhan-kebutuhan personal.
Di mana aturan secara umumnya, adalah untuk menyisakan dana untuk ditabung setidaknya 15 persen dari penghasilan Anda setiap tahunnya. Satu alasan yang sering didengar oleh Kuderna dari milenial adalah bahwa kebanyakan masih belum mempunyai uang yang cukup untuk menerapkan strategi tersebut.
Kuderna menyarankan, jika memang begitu situasinya, maka ubah dan sesuaikan gaya hidup hingga Anda bisa mengeluarkan lebih sedikit dari apa yang didapatkan. Walaupun hanya menyisihkan sedikit uang, tapi hal itu bisa memberikan cukup banyak perubahan.
Reporter: Yoga Senjaya Putra
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kebiasaan buruk mengelola keuangan akan berdampak kurang sehat terhadap keuangan di masa depan.
Baca SelengkapnyaGenerasi muda di Indonesia memiliki tingkat literasi dan inklusi keuangan yang rendah.
Baca SelengkapnyaPelajari kebiasaan yang dapat merugikan kondisi keuangan dan menghambat kekayaan. Temukan strategi untuk mengelola keuangan secara bijak!
Baca SelengkapnyaAda beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat khususnya anak muda terjebak pinjol, salah satunya karena kemudahan akses teknologi dan internet.
Baca SelengkapnyaDengan membuat tabungan otomatis, secara otomatis rekening Anda mengatur sistem transfer otomatis ke dalam rekening tabungan Anda.
Baca SelengkapnyaSebanyak 12 persen generasi muda mengaku pengeluaran sering melebihi pemasukan.
Baca SelengkapnyaGenerasi Z memiliki banyak akses ke beberapa sumber atau platform, seperti berinvestasi, yang memudahkan gen Z untuk merencanakan keuangan.
Baca SelengkapnyaBanyak yang percaya uang tidak bisa membeli kebahagiaan, tapi tidak dengan milenial dan Gen Z.
Baca SelengkapnyaSalah satu cara mengelola keuangan adalah mengantisipasi adanya kebutuhan mendesak dan memanfaatkan paylater.
Baca SelengkapnyaTak hanya itu, Anda juga harus berhati-hati dengan tawaran investasi-investasi bodong yang hingga saat ini marak terjadi dan terus memakan korban.
Baca SelengkapnyaEra ekonomi digitalisasi membuat generasi Z semakin mudah dalam bertransaksi.
Baca SelengkapnyaUmumnya mereka yang tergabung sebagai generasi sandwich kerap merasa kesulitan dalam mengelola keuangan hingga mempersiapkan dana pensiun.
Baca Selengkapnya