Ketidakpastian global masih pengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia
Merdeka.com - Ketidakpastian global akibat ditundanya kenaikan suku bunga Amerika, perlambatan ekonomi Tiongkok dan penurunan harga komoditas masih menjadi perhatian utama bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan. Faktor eksternal ini membuat Bank Indonesia tak akan melakukan pelonggaran kebijakan moneter.
"Inflasi mulai menurun dan memberikan BI ruang untuk mendorong pertumbuhan, namun volatilitas pada pasar keuangan dapat menahan langkah BI tersebut," ujar Senior Rates Strategist Asia ANZ, Kumar Rachapudi di Jakarta, Kamis (5/11).
Dalam paparan ekonomi ANZ, Tiongkok sebagai motor pertumbuhan bagi Asia, termasuk Indonesia. Pelemahan ekonomi Tiongkok masih akan berpengaruh kuat dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.
-
Kenapa minat investor asing menurun di sektor keuangan Indonesia? Menurunnya minat investor asing terhadap sektor keuangan Indonesia disebabkan oleh sentimen peningkatan yield surat utang di Amerika Serikat dan tren suku bunga tinggi di sejumlah bank sentral negara maju. Akibatnya, kebutuhan likuiditas pemerintah dan pelaku usaha akan menjadi sangat kompetitif dan berbiaya mahal,' ucap Said.
-
Kenapa BRI menilai kenaikan BI Rate tidak berdampak signifikan? Dirut BRI menilai kenaikan BI Rate dinilai tidak akan berdampak signifikan terhadap likuiditas BRI secara umum.
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
-
Bagaimana IKN mendorong pertumbuhan ekonomi? UU Nomor 21 Tahun 2023 mengamanatkan pertumbuhan ekonomi inklusif dan merata, mencapai pertumbuhan ekonomi Indonesia-sentris dan pembangunan IKN melalui penguatan peran Otorita IKN, didukung lintas sektor.
-
Siapa saja yang termasuk Bank Pemerintah di Indonesia? Daftar bank BUMN di Indonesia antara lain adalah BRI, BNI, Bank Mandiri, dan BTN.
Tahun ini Tiongkok diperkirakan hanya tumbuh 6,8 persen, tahun depan hanya berkisar 6,4 persen. Bahkan, untuk 2017 pertumbuhan ekonomi Tiongkok hanya mencapai enam persen.
"Meski melambat, angka kisaran enam persen masih lebih tinggi dibanding negara-negara lain," jelas dia.
Sementara itu, Global Head of Financial Markets Research ANZ Richard Yetsenga mengatakan kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga pada Desember. Kenaikan tersebut diperkirakan akan menyulitkan bagi negara ekonomi kecil dan negara berkembang.
Namun, tingkat suku bunga dan komoditas global akan tetap berada pada level rendah. Dia menegaskan nilai Renminbi Tiongkok yang lemah akan terus menjadi penggerakan volatilitas, sedangkan dolar Amerika Serikat akan tetap menguat.
"Siklus perdagangan global masih akan lemah dan Asia akan merasakan dampak dari kenaikan biaya modal yang berasal dari sumber eksternal. Tiongkok dan renminbi juga berasa dalam siklus pelemahan sehingga membuat pasar aset di Asia akan tetap melemah," ungkapnya.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi capai 5,1 persen tahun ini.
Baca SelengkapnyaHal itu didukung oleh kondisi dari APBN kebijakan fiskal, kebijakan moneter dari Bank Indonesia dan sektor keuangan yang stabil.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi tak mencapai target pemerintah karena dipengaruhi gejolak ekonomi global.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia tetap akan menjalankan bauran kebijakan untuk menjaga geliat ekonomi nasional di tengah situasi tak menentu saat ini.
Baca SelengkapnyaIndonesia mulai memasuki pesta demokrasi yang dapat memengaruhi risk appetite investor dan pelaku usaha.
Baca SelengkapnyaIndeks kinerja manufaktur atau Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia terkontraksi di level 49,3.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mengatakan beberapa persoalan dunia yang dapat mengancam perekonomian dan sistem keuangan Indonesia.
Baca SelengkapnyaPasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaDi lain pihak, pemerintah negara barat dan industri menghadapi stimulus fiskal yang sangat terbatas.
Baca SelengkapnyaTensi geopolitik global masih melanjutkan peningkatan seiring berlanjutnya konflik di Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia melihat inflasi di Amerika Serikat mendekati inflasi jangka menengah.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap positif meski perekonomian dunia melambat.
Baca Selengkapnya