Ketua Banggar DPR: Ekonomi Indonesia Masuki Fase Titik Balik Pemulihan
Merdeka.com - Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR, Said Abdullah menilai kondisi perekonomian Indonesia saat ini telah memasuki fase titik balik (turning point) dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19. Meski masih mengalami kontraksi, namun seluruh komponen pertumbuhan ekonomi mulai menunjukkan tren meningkat bahkan telah melewati fase kritisnya.
"Momentum perkembangan ekonomi pada triwulan III-2020 sudah menemukan turning point. Untuk kembali kepada track pertumbuhan ekonomi positif. Hal ini tercermin dari terjadinya perbaikan di berbagai sektor ekonomi nasional dari kondisi kontraksi yang dalam menuju ke arah zona positif pada triwulan III-2020," kata Said dikutip dari Antara, Selasa (24/11).
Perekonomian nasional pada triwulan III-2020 masih mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 3,49 persen secara tahunan (year on year/yoy). Tetapi, sudah mulai terjadi perbaikan dari triwulan sebelumnya sebesar minus 5,32 persen (yoy). Secara kuartalan juga sudah mengalami peningkatan sebesar 5,05 persen (qtq)
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2023? “Bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen,“ kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin.
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi Indonesia harus di atas 7%? 'Kalau kita mau menuju Indonesia emas, pertumbuhan ekonomi kita harus di atas 7 persen. Pendapatan per kapita kita harus di atas 10 ribu dolar AS. GDP kita harus 5-6 terbesar di dunia. Oleh karena itu dibutuhkan mesin pendongkrak ekonomi,' ujar Bahlil saat Kuliah Umum di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Jawa Barat, Kamis (17/7).
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi bisa dicapai? Pengembangan kuantitas produksi berikut umumnya disebabkan oleh semakin majunya teknologi, adanya inovasi bisnis yang efisien serta eskalasi minat konsumen pada tren tertentu.
-
Kenapa target pertumbuhan ekonomi penting? Sehubungan dengan itu, salah satu manfaat yang dirasakan pemerintah ketika terjadi pertumbuhan ekonomi adalah pembangunan dan pemerataan infrastruktur masyarakat dapat dilaksanakan secara cepat karena pendapatan per kapita sudah melonjak.
Said berharap titik balik perekonomian nasional pada kuartal III-2020 harus tetap dipertahankan hingga kuartal IV atau hingga akhir 2020. Karena itu, sisa waktu satu setengah bulan hingga akhir tahun 2020, harus bisa dioptimalkan oleh pemerintah. "Belanja perlindungan sosial harus dioptimalkan penyerapannya," katanya.
Said menuturkan salah satu kunci akselerasi pemulihan ekonomi nasional hingga akhir tahun adalah optimalisasi penggunaan dana penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2020.
Sampai saat ini, realisasi pemanfaatan dana penanganan Covid-19 dan PEN hingga 11 November 2020 baru mencapai Rp386,01 triliun atau setara 55,5 persen dari pagu anggaran Rp695,2 triliun.
"Karena itu, perlu upaya kerja keras, untuk bisa mewujudkan alokasi anggaran hingga mencapai 100 persen. Mengingat waktu tinggal 1,5 bulan lagi, jangan sampai PEN 2020 tidak bisa dioptimalkan," ujar Said.
Dia mengapresiasi realisasi Program Perlindungan Sosial (Perlinsos) yang sudah mencapai Rp182,54 triliun atau 77,9 persen dari pagu Rp234,33 triliun. Dana Perlinsos tersebut, telah dirasakan oleh lebih dari 40 persen masyarakat berpenghasilan terbawah.
Sejalan dengan itu, alokasi anggaran untuk UMKM sudah terserap hingga Rp95,62 triliun atau 93,3 persen dari pagu Rp114,81 triliun.
Menurut Said, program UMKM harus menjadi motor bergeraknya sisi penawaran (supply) dalam perekonomian, sehingga UMKM bisa menjadi faktor pendorong bangkitnya sektor riil. Hal itu penting mengingat banyak UMKM yang gulung tikar dan kehabisan modal selama pandemi. Padahal pulihnya UMKM bisa membantu membuka lapangan pekerjaan.
"Apalagi selama Covid-19, angka pengangguran dan kemiskinan meningkat tajam,” ujar Said.
Soroti Realisasi Masih Rendah
Kendati demikian, dia menyoroti beberapa program yang realisasinya masih rendah. Misalnya, realisasi anggaran untuk kesehatan hingga 11 November 2020 tercatat masih sebesar Rp34,39 triliun atau 35,3 persen dari pagu Rp97,26 triliun. Untuk itu, lanjutnya, harus mendapat perhatian tersendiri dari pemerintah.
"Jadi jangan sampai, kondisi ini berdampak terhadap kinerja tenaga kesehatan,” kata Said.
Selain anggaran kesehatan, realisasi dana dukungan sektoral kementerian/lembaga dan pemda, juga baru tercatat sebesar Rp39,92 triliun atau 19,9 persen dari pagu Rp65,97 triliun.
Adapun bantuan untuk realisasi stimulus bagi dunia usaha, termasuk insentif pajak, tercatat Rp38,64 triliun atau 32 persen dari pagu Rp120,6 triliun. Sementara realisasi pembiayaan korporasi baru Rp2 triliun atau 3,2 persen dari pagu Rp62,22 triliun.
Dia meminta pemerintah mencari terobosan untuk mengatasi rendahnya serapan anggaran dunia usaha dan korporasi. "Perlu ada kebijakan alternatif untuk membiayai program yang lebih strategis dan jangka panjang yang bersifat nasional, seperti membangun food estate, untuk memperkuat program ketahanan pangan nasional," ujar Said.
Lebih lanjut, Said mengatakan anggaran penanganan Covid-19 dan PEN 2020 harus dikawal agar bisa optimal dan efektif terhadap semua program yang sudah direncanakan. Untuk itu, pemerintah dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 serta seluruh pemangku kepentingan terkait, harus bahu-membahu agar serapan anggaran bisa optimal hingga akhir tahun ini.
"Dengan melihat perkembangan penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional, saya berkeyakinan kondisi perekonomian nasional sudah melewati fase terendahnya," katanya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Said berharap dapat mencanangkan target lebih tinggi lagi supaya pencapaianya lebih baik dari periode pemerintahan sebelumnya.
Baca SelengkapnyaKetua Badan Anggaran DPR RI, Said Abdullah, mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 10 tahun terakhir tidak beranjak dari angka 5 persenan.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi cukup impresif, yakni 5,11 persen di kuartal I-2024
Baca SelengkapnyaStrateginya menurut Said adalah konsumsi domestik harus dijaga dengan inflasi yang terjaga rendah.
Baca SelengkapnyaKetua Banggar, Said Abdullah, berharap pemerintah setuju target pertumbuhan tahun depan minimal 5,4 persen.
Baca SelengkapnyaSaid meminta agar Prabowo mampu melaksanakan kebijakan yang sudah dibentuk dan disusun saat ini.
Baca SelengkapnyaKondisi ini yang menjadi kunci utama stabilitas ekonomi menjelang pencairan THR
Baca SelengkapnyaRAPBN tahun 2024 merupakan tahun terakhir dari penerjemahan visi misi pemerintahan Presiden RI Joko Widodo dan Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin.
Baca SelengkapnyaKonsumsi rumah tangga sendiri merupakan penopang utama pertumbuhan ekonomi nasional.
Baca SelengkapnyaBahlil berharap pemilihan presiden (pilpres) kali ini hanya berlangsung satu putaran saja.
Baca SelengkapnyaPemerintah terus berupaya menggenjot pertumbuhan ekonomi dari sisi belanja APBN, yang secara tren bakal meroket di kuartal IV.
Baca SelengkapnyaSebagai contoh, Mendag menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini berada di atas rata-rata negara dunia, dengan terjaga di kisaran 5 persen.
Baca Selengkapnya