Ketua Kadin: Naiknya Harga Pangan karena Lemahnya Koordinasi Antar Kementerian
Merdeka.com - Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan Roeslani menyebut bahwa kenaikan harga sejumlah bahan pangan seperti bawang putih, bawang bombai, gula dan lainnya disebabkan oleh kurangnya koordinasi antar berbagai kementerian terkait. Akibatnya ini berdampak pada birokrasi administrasi surat izin impor pangan menjadi terganggu.
"Koordinasi untuk administrasi antar kementerian. Birokrasi ini berhubungan dengan kementerian pertanian, kementerian perdagangan, dan kementerian perindustrian. Tiga ini saja diperbaiki, soalnya kalau di salah satu agak lambat pasti eksekusinya akan lambat juga," tegas Rosan di Kawasan Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Kamis (12/3).
Selain itu, pihaknya juga meminta pemerintah untuk lebih berhati-hati dalam menyampaikan informasi harga pangan karena sangat sensitif dan berpeluang menimbulkan kepanikan pada masyarakat.
-
Mengapa masyarakat diminta waspada? BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga yang ditetapkan sejak November 2020.
-
Kenapa masyarakat diimbau agar tidak panic buying? 'Kami mengimbau kepada masyarakat untuk tidak melakukan panic buying BBM dan gas menjelang Pemilu 2024. Stok BBM dan gas di Inhu aman,' kata Kapolres Inhu AKBP Dody Wirawijaya.
-
Kenapa BMKG minta warga waspada? Akibat prediksi itu masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaannya.
-
Kenapa BSI mengimbau masyarakat untuk waspada? 'WASPADA HOAX!Hati-hati dengan segala bentuk informasi palsu yang beredar dari akun media sosial tidak resmi.
-
Kenapa BMKG meminta nelayan waspada? BMKG lantas meminta para nelayan yang mencari ikan agar waspada karena gelombang tinggi ini berpotensi menimbulkan kecelakaan laut.
-
Siapa yang meminta masyarakat hati-hati? Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta masyarakat untuk tidak memberikan foto diri beserta KTP secara sembarangan.
Untuk mencegah kembali terjadinya kenaikan harga pangan dikemudian hari, dia meminta pemerintah untuk meningkatkan koordinasi antar kementerian terkait agar proses administrasi birokrasi terkait izin pengajuan impor tidak terganggu.
Sebab, dengan adanya lonjakkan harga sejumlah bahan pangan seperti yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Bos Kadin menyebut rakyat atau pembeli menjadi pihak yang dirugikan.
"Masalah itu (kenaikan harga pangan), jangan sampai menimbulkan kerugian di masyarakat," pungkas Rosan.
Harga Bawang Bombai
Merebaknya virus corona jenis baru (COVID-19) di sejumlah negara termasuk Indonesia membuat harga jahe di Jakarta melejit hingga mencapai Rp90.000/kg dari sebelumnya hanya Rp30.000 pada saat kondisi normal.
Pantauan Antara di Pasar Tebet Barat dan Pasar Kebayoran Lama di Jakarta Selatan menunjukkan, harga jenis jahe biasa Rp60.000/kg, sedangkan jahe merah bahkan mencapai Rp90.000 per kg.
"Sekarang jahe lagi mahal harganya Rp60.000 per kg, padahal sebelumnya hanya Rp20.000. Akhir-akhir ini naik karena virus corona di Indonesia itu," kata pedagang sayur mayur Aceng di Pasar Tebet Barat Jakarta Selatan dikutip dari Antara.
Menurutnya, jahe merah dan putih sedang banyak permintaan di pasar, dalam sehari bisa terjual hingga tiga kilogram. Aceng juga mengaku bingung dengan kenaikan harga rempah-rempah yang terjadi saat ini.
"Saya juga bingung kenapa naik banget, mungkin sedang ada wabah virus corona kata orang-orang bisa menjadi penangkal virus," ujarnya.
Sementara itu, pedagang lain di Pasar Kebayoran lama Ani mengaku harga jahe juga naik dan banyak dicari orang sejak beredar isu dapat mencegah COVId-19.
"Harga jahe biasa sekarang Rp50.000 dari sebelumya Rp30.000 per kg, jahe merah yang tinggi dan diburu sampai Rp90.000 per kg sekarang, biasanya hanya Rp35.000," kata Anita.
Dia mengaku pasokan empon-empon dari distributor di Pasar Maja Tanggerang juga sedang langka dan harganya naik sejak isu COVID-19.
"Alhamdulillah jahe putih yang saya sediakan 20 kilogram per hari habis sekarang, ya paling kalau sisa dua kilogram saja. Bahkan jahe merah saya tidak pasok karena tinggi banget harganya, kalau ada pesanan saja baru saya ambil,"ujarnya.
Selain jahe, tambahnya, empon-empon lainnya seperti kunyit, temulawak dan daun serai sedang banyak permintaan.
"Harga temulawak sekarang Rp30.000 per kg dan banyak dicari. Kunyit naik Rp12.000 sebelumnya Rp10.000 per kg. Sereh harganya normal Rp10.000 per kg," katanya.
Sementara itu pedagang susu jahe merah Sri Ningsih mengaku membeli jahe merah di Pasar Kebayoran Lama Jakarta Selatan yang biasanya Rp30.000/kg sekarang sudah mencapai Rp80.000/kg.
"Saat ini jahe merah sedang sulit dicari karena banyak yang beli. Kalau pun ada, harganya melonjak tinggi seperti sekarang ini," ujarnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pasalnya, beberapa komoditas pokok penting masih dijual di atas HET yang ditetapkan pemerintah, seperti terjadi pada minyak goreng.
Baca SelengkapnyaGuna mengendalikan harga komoditas, perlunya langkah preventif dari pemerintah pusat dan Pemda.
Baca SelengkapnyaBeberapa komoditas yang menjadi perhatian khusus dalam rapat tersebut yaitu minyak goreng dan bawang merah, yang terus mengalami kenaikan harga.
Baca SelengkapnyaCak Imin mengingatkan agar pemerintah berhati-hati menangani kelangkaan beras.
Baca SelengkapnyaBeberapa bahan pangan yang mengalami kenaikan harga adalah beras, daging, gula dan garam dapur.
Baca SelengkapnyaMenteri Dalam Negeri, Tito Karnavian mengingatkan, tingkat kenaikan harga atau inflasi menjelang hari besar keagamaan Ramadan.
Baca SelengkapnyaMendagri Tito meminta Pemda mewaspadai suasana memanas saat Ramadan dan Idul Fitri 2024.
Baca SelengkapnyaBapanas mencatat harga pangan nasional mulai stabil pada September.
Baca SelengkapnyaGerakan tanam ini diharapkan bisa mengendalikan inflasi dan menjaga ketahanan pangan.
Baca SelengkapnyaBudi Gunawan menyebut UMP yang naik tinggi bisa berdampak buruk pada ekonomi nasional.
Baca SelengkapnyaHarga sejumlah bahan pangan mengalami kenaikan jelang akhir tahun 2023.
Baca SelengkapnyaHal itu sebagai upaya melancarkan alur pendistribusiannya tepat sasaran ke masyarakat.
Baca Selengkapnya