Kimia Farma akan bangun pabrik di Arab Saudi, nilai investasi tembus Rp 1 triliun
Merdeka.com - PT Kimia Farma (Persero) Tbk melalui anak usahanya Kimia Farma Dawaa, akan membangun pabrik farmasi dan produk kesehatan di Arab Saudi dengan nilai investasi sekitar Rp 1 triliun. Langkah ini diambil dalam rangka ekspansi bisnis perusahaan ke kawasan Timur Tengah dan Afrika.
"Kajian bisnis pengembangan pabrik di Arab Saudi dalam proses penyelesaian. Mulai dibangun pada tahun 2020 dan ditargetkan beroperasi pada tahun 2022," kata Deputi GM Kimia Farma Dawaa, Ida Rasita seperti ditulis Antara di Jakarta, Senin (5/3).
Menurut Rasita, pembangunan pabrik farmasi yang direncanakan di Kota Jedah, Arab Saudi itu merupakan rencana strategis Kimia Farma untuk melebarkan bisnis di luar negeri.
-
Dimana pabrik itu akan dibangun? Arkeolog di Jepang menemukan timbunan sekitar 100.000 koin di Kota Maebashi, sekitar 100 kilometer barat laut Tokyo.
-
Dimana proyek kilang baru Pertamina berada? Pertamina saat ini sedang fokus menyelesaikan Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, dimana proyek tersebut memasuki milestone baru yaitu program Turn Around (TA) Revamp yang ditargetkan selesai di awal Mei 2024.
-
Kapan proyek ini dimulai? Proses penghidupan kembali quagga ini dilakukan melalui The Quagga Project, yang dimulai pada 1987.
-
Kapan proyek ini akan berlangsung? Proyek tersebut bertujuan untuk menyempurnakan dan memperkuat sistem dan kebijakan K3 di Indonesia dalam bentuk technical assistance atau bantuan teknis dari pihak KOSHA, dan akan berlangsung selama 3 tahun, yakni dari tahun 2024 sampai tahun 2026.
-
Apa yang sedang dikaji Pertamina saat ini? 'Program tersebut merupakan hasil kajian internal Pertamina, belum ada keputusan apapun dari pemerintah. Tentu ini akan kami usulkan dan akan kami bahas lebih lanjut,' kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati saat menghadiri Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Rabu, (30/8).
-
Apa yang sedang difokuskan oleh Pertamina? Pertamina saat ini sedang fokus menyelesaikan Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, dimana proyek tersebut memasuki milestone baru yaitu program Turn Around (TA) Revamp yang ditargetkan selesai di awal Mei 2024.
Dia menjelaskan, Kimia Farma dan Marei Bin Mahfouz (MBM) Group yang berbasis di Arab Saudi, baru saja membentuk perusahaan patungan, Kimia Farma Dawaa. Pada perusahaan itu Kimia Farma menjadi pemegang saham mayoritas, setelah mengakuisisi sebesar 60 persen saham Dawaa Medical Limited Company (Dawaa) anak usaha MBM.
Penyertaan modal Kimia Farma di Dawaa mencapai 38 juta real Arab Saudi atau setara sekitar Rp 133 miliar, yang digunakan untuk pengembangan bisnis perusahaan.
Aksi korporasi ini sekaligus menandai mulai beroperasinya Kimia Farma Dawaa yang secara efektif pada Maret 2018.
Rasita menjelaskan, Kimia Farma Dawaa tahap awal akan fokus ke distribusi dan ritel apotek termasuk membuka gerai di dekat Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah, serta mendukung layanan kesehatan bagi jamaah haji dan umrah.
Namun dalam jangka panjang Kimia Farma Dawaa dibuka kesempatan untuk membangun pabrik farmasi di Arab Saudi. "Pabrik kemungkinan dibangun di Jedah, selain untuk memasok produk farmasi ke negara-negara Timur Tengah, juga ditargetkan untuk ekspor ke negara-negara Afrika," ujarnya.
Dia menjelaskan, industri farmasi di sektor hulu di Arab Saudi agak terlambat berkembang, sehingga negara itu membuka dan mempermudah izin penanaman modal untuk investasi. "Alasan Arab Saudi membuka peluang investasi Kimi Farma di negara itu adalah jaminan halal, seiring dengan Indonesia yang merupakan salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia," ujar Rasita.
Dengan begitu, sertifikasi halal dari negara-negara importir bisa lebih mudah dikeluarkan seperti bagi negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI). "Negara-negara Teluk, OKI belanja untuk perawatan tubuh dan komestik termasuk jaminan kesehatan sudah sangat bagus. Pasar yang besar ini menjadi target ekspansi Kimia Farma," tegasnya.
Saat ini disebutkan, hanya tujuh perusahaan manufaktur farmasi yang berdiri di Arab Saudi. Dengan membangun pabrik farmasi di Arab Saudi, Kimia Farma Dawaa juga bisa memperluas pasar produksi ke negara-negara di kawasan Timur Tengah, termasuk ekspor ke negara-negara Afrika.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pabrik petrokimia ditargetkan mampu menghasilkan pendapatan sebanyak Rp30,8 triliun per tahun.
Baca SelengkapnyaPT Pupuk Kalimantan Timur akan melakukan pembangunan pabrik pupuk di Fakfak, Papua Barat yang akan ditargetkan beroperasi pada 2027 mendatang.
Baca SelengkapnyaJokowi meminta jajaran menteri segera menindaklanjuti agar komitmen investasi dari China dapat terealisasi.
Baca SelengkapnyaProyek PT LCI mencakup pembangunan fasilitas petrokimia untuk memproduksi polypropylene serta produk hilir lainnya seperti butadiene, dan BTX.
Baca SelengkapnyaTujuannya untuk mendukung target swasembada gula di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaKetika pembangunan PT LCI ini selesai ditargetkan bisa menyerap 1.300 tenaga kerja.
Baca SelengkapnyaUntuk menjadi perusahaan global, Kimia Farma Apotek harus lebih transparan melalui IPO.
Baca SelengkapnyaPT Nippon Shokubai Indonesia menjadi salah satu contoh sukses bagaimana perusahaan Jepang terus memperkuat kehadirannya di Indonesia melalui investasi.
Baca Selengkapnya30 persen produk hasil pabrik Lotte Chemical Indonesia ditujukan untuk ekspor.
Baca SelengkapnyaSejak 2019, Korea telah berinvestasi hingga USD14 miliar, atau setara Rp200 triliun lebih.
Baca SelengkapnyaHingga triwulan kedua di 2024, realisasi investasi di Kota Tarakan telah tembus diangka Rp 8,4 triliun
Baca SelengkapnyaHal itu disampaikan oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati saat kunjungan ke proyek RDMP Balikpapan.
Baca Selengkapnya