Kinerja anjlok saat Rupiah terseok, pengusaha salahkan pemerintah
Merdeka.com - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyalahkan Pemerintah sehingga menyebabkan Rupiah terdepresiasi. Pasalnya, Aprindo menilai Pemerintah tidak konsisten dalam mengambil sejumlah kebijakan ekonomi.
Wakil Ketua Umum Aprindo Tutum Rahanta mengatakan, paket kebijakan pemerintah diterbitkan Presiden Jokowi untuk mengatasi pelemahan Rupiah juga bukan merupakan hal yang baru.
"Ini kesalahan ketidak konsisten yang dilakukan pemerintah sendiri. 2008 Permendag 70 kami debat, kami ingin jual 100 persen barang kita, ada tidak, daging saja kita impor. Saya ingatkan pihak pemerintah, kenapa kita tidak bisa produksi sendiri, ada sesuatu yang salah. Paket ini bukan barang baru, laksanakan yang sudah ada," ujar Tutum saat acara Kongkow Bisnis PASFM 92,4 di Jakarta, Rabu (18/3).
-
Kenapa rupiah Indonesia hiperinflasi pada tahun 1963-1965? Di awal kemerdekaan Indonesia, sistem nilai tukar rupiah yang diterapkan yaitu kurs tetap. Artinya, sebuah negara harus ada cadangan devisa yang terkontrol. Akan tetapi sebagai negara baru Indonesia hanya punya sedikit cadangan devisa. Ekonomi Indonesia kemudian diperburuk saat bergulirnya agresi militer Belanda II.
-
Apa Redenominasi Rupiah itu? Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan.
-
Apa dampak pelemahan Rupiah terhadap harga kedelai? Harga kedelai impor kembali mengalami kenaikan dan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi ini tentunya sangat memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
-
Apa itu Redenominasi Rupiah? Redenominasi adalah proses penyederhanaan mata uang. Redenominasi menghapuskan angka nol (0) dari nominal mata uang yang ada.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah diusulkan? Redenominasi bertujuan untuk menyederhanakan jumlah digit pada pecahan rupiah tanpa mengurangi daya beli, harga atau nilai rupiah terhadap harga barang dan/atau jasa.
-
Kenapa Redenominasi Rupiah belum diterapkan? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
Lemahnya Rupiah, lanjut Tutum, berbanding lurus dengan kenaikan harga jual sejumlah produk. Di mana yang paling terasa yakni produk berbahan baku impor.
"Harga pasti akan naik, industri aja sudah tidak kuat, ya kami naik karena kami kepanjangan tangan dari industri. Produk kami ada dua yaitu produk dalam negeri dan impor seperti elektronik," tegasnya.
Lantaran hal itu, tambahnya, kinerja ritel juga tidak memenuhi target yang ada. "Biasa pertumbuhan di atas 10 persen, ini drop jadi 7-8 persen. Kemudian Rupiah kena, jatuhlah kita. Ekonomi kita terlalu rentan. Pemerintah tidak konsisten membuat kebijakan," tandasnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Andika berbicara keras mengkritik pemerintah terkait kondisi perekonomian yang sulit diprediksi.
Baca SelengkapnyaSebab inflasi rendah tidak bisa diartikan sebagai terkendalinya harga kebutuhan pokok rakyat.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani dipanggil Kepala Negara di tengah kursi Rupiah yang anjlok hingga menyentuh level Rp16.420 per USD.
Baca SelengkapnyaDPR mencermati dinamika dan dampak dari konflik geopolitik
Baca SelengkapnyaKusfiardi menekankan perlunya kebijakan fiskal yang hati-hati dan proaktif, termasuk dalam pengelolaan investasi infrastruktur yang strategis.
Baca SelengkapnyaNilai tukar rupiah terus menguat dalam dua hari terakhir
Baca SelengkapnyaPasar telah mengalami minggu yang kacau, sebagian besar dipicu oleh angka penggajian Amerika.
Baca SelengkapnyaMenko Airlangga membeberkan biang kerok Rupiah anjlok beberapa waktu lalu.
Baca SelengkapnyaKadin Indonesia telah menyiapkan white paper untuk pemerintah selanjutnya.
Baca SelengkapnyaIndonesia mulai memasuki pesta demokrasi yang dapat memengaruhi risk appetite investor dan pelaku usaha.
Baca SelengkapnyaRupiah diprediksi akan terus melemah hingga beberapa bulan ke depan
Baca SelengkapnyaDikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya pengangguran karena para pengusaha mengurangi pekerjanya, karena menurunnya pendapatan perusahaan.
Baca Selengkapnya