Kisah di balik tutupnya toko online senilai Rp 785 miliar
Merdeka.com - Membuat sebuah perusahaan e-commerce atau online tidaklah semudah membalik telapak tangan. Banyak kendala dan tantangan harus dilalui, bahkan hingga akhirnya harus tutup.
Seperti yang dialami Dot & Bo yang tiba tiba tutup akhir pekan lalu. Padahal, nilai perusahaan toko mebel online ini sudah tembus USD 60 juta atau sekitar Rp 785 miliar.
Perusahaan mengumumkan pada situsnya bahwa mereka gagal menemukan investor baru untuk mendukung bisnisnya. Mereka sebelumnya akan diakuisisi oleh perusahaan besar, namun pembicaraan tidak pernah bulat.
-
Bagaimana bisnis online mendapatkan pelanggan? Karakteristik utama yang membedakan bisnis online dengan bisnis tradisional adalah semua transaksi, mulai dari mendapatkan pelanggan, promosi, hingga penjualannya dilakukan secara online.
-
Dimana reseller menjual produknya? Pekerjaan ini bisa dihandle dari rumah, hanya dengan memasarkan dan menjualkan produk melalui media sosial, seperti TikTok, Instagram, dan lain sebagainya.
-
Dimana bisa beli produk di online shop ini? Nikmati menu eksklusif dan spesial dari kami hanya melalui aplikasi.
-
Bagaimana cara mencari target konsumen bisnis online? Kita bisa menganalisa dan perhitungkan jenis pasar seperti apa yang cocok dengan produk kita. Selain itu coba buat target konsumen secara spesifik.Beberapa aspek yang bisa dipertimbangkan adalah gender, tingkat ekonomi, usia, wilayah tempat tinggal, dan sebagainya.
-
Di mana produk-produk itu dijual? Sebuah studi baru mengungkapkan adanya ratusan produk kosmetik yang mengandung bahan terlarang. Pada hari Rabu, European Chemicals Agency (ECHA) merilis temuannya setelah menyelidiki hampir 4.500 produk kosmetik di 13 negara Eropa.
-
Mengapa PT ERELA mengembangkan penjualan online? Saat ini, PT ERELA telah fokus pada penjualan online melalui berbagai platform e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak, Lazada, JD.ID, dan BliBli dengan toko online bernama Erelastore.
"Kami sebelumnya sudah melakukan diskusi mendalam dengan perusahaan publik terkemuka. Kami sudah memiliki pelanggan setia pembeli perabot rumah tangga, tapi pada akhirnya kami tidak dapat menemukan pendukung visi-misi kami," kata CEO Dot & BO, Anthony Soohoo seperti dilansir dari Business Insider, Senin (26/9).
Dot & BO didirikan oleh Anthony mengincar generasi milenial yang membutuhkan mebel dan perabot rumah tangga. Belum lama ini, perusahaan memperluas bisnisnya dengan menawarkan jasa konsultasi furniture dan menaikkan nilai perusahaannya dari awalnya USD 20 juta menjadi USD 60 juta.
Kegagalan Dot & Bo menggarisbawahi bahwa tak mudah membuat perusahaan e-commerce. Saingan perusahaan besar selalu menghantui seperti Amazon. Namun demikian, ada juga yang berhasil seperti Jet.com dan Dollar Shave Club.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dulu kotak makan Tupperware jadi favorit ibu-ibu untuk bekal anak, tapi kini Tupperware terancam bangkrut karena gagal melunasi hutang.
Baca SelengkapnyaTupperware berencana untuk mengajukan perlindungan pengadilan setelah melanggar persyaratan pembayaran utangnya.
Baca SelengkapnyaSepinya pengunjung Pasar Tanah Abang membuat omzet para pedagang terus ambruk.
Baca SelengkapnyaSepinya pembeli di Pasar Tanah Abang sudah mulai terasa usai Lebaran 2023, dan terus mengalami penurunan pengunjung hingga saat ini.
Baca SelengkapnyaMulti level marketing jadi tumpuan Tupperware menjual produknya. Namun skema ini justru menjadi bumerang.
Baca SelengkapnyaDireksi Sepatu Bata Temui Pejabat Kemenperin, Ungkap Alasan di Balik Tutupnya Pabrik Berusia 20 Tahun
Baca SelengkapnyaSebelum adanya TiktokShop ini, pendapatan yang didapat dari penjualan baju gamis ini mendapatkan Rp20 juta per hari.
Baca SelengkapnyaTupperware didirikan pada 1946 oleh seorang pria, Earl Tupper.
Baca SelengkapnyaDennies Soesanto mengatakan penutupan TikTok Shop sangat berdampak pada pendapatan hariannya.
Baca SelengkapnyaPerusahaan melakukan inisiatif tersebut untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang terus berkembang melalui pemasok lokal dan mitra lainnya.
Baca SelengkapnyaSuka duka mewarnai pedagang pakaian bekas melalui e-commerce.
Baca SelengkapnyaPengajuan ini didasari menurunnya permintaan atas wadah penyimpanan makanan yang ikonik.
Baca Selengkapnya