Kisah Ferdian, Pengusaha 31 Tahun Banting Setir Bikin Tas Kulit di Tengah Pandemi
Merdeka.com - Pandemi Covid-19 memaksa pelaku usaha untuk banting setir agar bisnis tetap berjalan. Termasuk salah satunya adalah Ferdian Ardiwirawan (31), asal Tangerang yang semula berjualan sepatu kulit. Kini, usaha Ferdian banting setir ke sektor manufaktur tas dan barang kerajinan dari material kulit dengan merek lifetimegoods.id.
"Sebelumnya usahanya itu sepatu keamanan dari kulit, semenjak pandemi kalau industri itu memang lagi lesu banget, dan akhirnya memutuskan untuk pindah ke manufaktur barang-barang yang lebih bisa ke individu atau ritel tapi bahannya tetap kulit," kata Ferdian kepada Liputan6.com.
Ferdian bercerita, modal untuk beralih usaha ini tidak begitu banyak, sebab dalam produksi lifetimegoods.id menggandeng pengrajin lokal yang telah berpengalaman di bidangnya untuk menjadikan produk lokal yang berdaya saing dengan kualitas yang mumpuni.
-
Apa manfaat produk lokal bagi budaya Indonesia? Meningkatnya kecintaan masyarakat terhadap produk lokal, tidak hanya sekadar mencerminkan perubahan pola konsumsi, tetapi juga menjadi bukti nyata, semakin kuatnya komitmen dalam melestarikan dan menghargai warisan budaya Indonesia.
-
Bagaimana cara memilih produk lokal? Megel juga menyebutkan sederet brand lokal yang memiliki kualitas sangat baik. Misalnya saja Le Minerale dari kategori air mineral. Ia pun menegaskan agar masyarakat lebih teliti dalam memilih produk tersebut. Terlebih banyak produk asing yang brandingnya menampilkan seolah-olah mereka adalah produk lokal.
-
Bagaimana mereka merintis usaha? Ketika itu ia hanya memiliki sisa uang Rp500 ribu, yang kemudian digunakan untuk modal usaha kue di rumah. Kondisi ini dirasakan berbeda, ketika dirinya bekerja di bank tersebut.
-
Bagaimana wirausahawan mencapai hasil? Wirausahawan yang berhasil tidak hanya terpaku pada proses, tetapi juga sangat memperhatikan hasil akhir dari setiap usaha yang dilakukan.
-
Apa yang menjadi modal awal Faisal saat memulai usaha keripik? Bermodal nekat, ia membelanjakan uang Rp50 ribu untuk modal awal membuat keripik ubi.'Kalau dulu, modal awalnya Rp50 ribu. Itu nyoba-nyoba ya karena keripik singkong atau pisang kan udah banyak, akhirnya dipilih ubi dan laku,' katanya dalam program Berani Berubah di kanal YouTube Fokus Indosiar.
-
Bagaimana produsen tahu di Purwakarta menghemat biaya produksi? Agar tidak merugi saat tidak menaikkan harga, Nana lebih memilih memperkecil ukuran tahu buatannya.'Supaya tak merugi sekaligus menghemat biaya produksi, terpaksa kami memperkecil ukurannya,' kata dia, Kamis (23/11), mengutip Liputan6.
"Produk yang kami hasilkan antara lain clutch, tas sepeda, binder, document folder, tas belanja, id card wallet, dan passport holder," ujarnya.
Untuk harga produk yang dihasilan Ferdian dibanderol mulai dari Rp125.000 hingga Rp300.000. Kenapa harganya terbilang cukup mahal? Karena memang segmentasinya ditujukan untuk kalangan menengah atas. Selain itu produk yang dihasilkan dapat dipakai baik pria maupun wanita (unisex).
"Kelebihan produk yang kami hasilkan adalah bersifat custom artinya dapat diberikan inisial nama sehingga cocok untuk dipakai sendiri maupun diberikan sebagai hadiah atau souvenir. Nilai tambah bagi kita ketika konsumen ingin memberikan kado atau hadiah bisa pesan ke kita secara eksklusif," jelasnya.
Sementara itu untuk omzet sendiri bervariasi tidak menentu, sebab lifetimegoods.id merupakan usaha baru yang dirintis di pertengahan pandemi covid-19 yakni Juli 2020. Kendati begitu, Ferdian mengatakan omzetnya mencapai Rp3 juta hingga Rp5 juta per bulan, itu pun tergantung pesanan.
"Kalau omzet tidak tentu karena kita menjual secara ritel dan grosir, tapi kalau ada pesanan grosir kadang-kadang kita dalam sebulan itu dapat Rp3 juta-Rp5 juta, misalnya kita dapat orderan yang grosir pesannya banyak yang untuk corporate," ungkapnya.
Adapun untuk pengerjaan dari hulu ke hilir masih dikerjakan sendiri oleh Ferdian, mulai dari membeli bahan baku, desain, pemasaran, kecuali penjahitan dilakukan oleh pengrajin lokal yang memang diajak Kerjasama olehnya. "Kita benar-benar dari pencarian bahan baku dari kita sendiri tim internal yang memutuskan dari riset dan development yang bikin untuk modelnya," katanya.
Sejauh ini produk lifetimegoods.id bisa dipesan melalui website lifetimegoods.id, Instagram atau di e-commerce seperti Tokopedia. Untuk memperluas jangkauannya lifetimegoods.id giat melakukan berbagai promosi dengan memasang iklan di Tokopedia dan Instagram agar produknya dikenal publik.
Promo yang ditawarkan yakni di lifetimegoods.id pelanggan bisa memesan secara custom sehingga produk lebih ekslusif dibanding produk lainnya. Selain itu lifetimegoods.id juga memberikan voucher pembelian rutin di momen-momen tertentu, dan potongan harga.
Toko Offline
Meskipun saat ini lifetimegoods.id masih dijual secara online, Lelaki yang berdomisili di Tangerang ini mengatakan belum ada keinginan untuk membuka toko offline. Sebab modal yang dibutuhkan cukup besar, sehingga dirinya lebih memilih jualan online saja.
"Kita belum berencana, costnya sangat besar dan sekarang tuh lagi era globalisasi penjualan online itu lebih tinggi dan saya rasa setelah pandemi ini usai, penjualan secara online masih masif semua lebih gampang mencari barang itu lewat gadget," imbuhnya.
Dia berpesan kepada generasi cuan agar terus berinovasi mengembangkan produk-produk yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat. Selain itu juga harus bisa membuat produk yang mampu menarik minat pembeli.
"Harus bisa berinovasi istilahnya sekarang pasar itu kan semakin berkembang dan era semakin berganti jadi kita harus menyesuaikan dengan masa kini itu seperti apa, dan yang di mau oleh customer itu seperti apa dan menurut saya eranya harus bisa membuat produk yang tidak umum lagi," pungkasnya.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang pemuda tepian Rawa Pening memberdayakan masyarakat dalam mengolah eceng gondok menjadi kerajinan yang punya nilai jual.
Baca SelengkapnyaUsaha ini sudah dimulai sejak masa Pandemi Covid-19 dengan modal yang minim.
Baca SelengkapnyaUntuk tetap mempertahankan bisnisnya, Rifan melakukan berbagai inovasi produk makanan hingga bisnis oleh-oleh.
Baca SelengkapnyaProduksi abon miliknya saat ini mencapai 2 ton per hari.
Baca SelengkapnyaIa memilih berbisnis dari rumah agar bisa membersamai tumbuh kembang anak-anaknya
Baca SelengkapnyaUsaha dulang batok ini sempat meraup omset hingga 35 juta perbulan.
Baca SelengkapnyaBermodalkan Rp100.000 hasil pinjam keluarga, Fadel memberanikan diri membeli kaos polos dan membuat desain kaosnya sendiri.
Baca SelengkapnyaBantul merupakan wilayah kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang kaya potensi di sektor industri kerajinan tangan.
Baca SelengkapnyaWinarsih mengatakan, dampak Pandemi Covid-19 belum sepenuhnya mengembalikan daya beli masyarakat.
Baca SelengkapnyaDari pengakuannya, pria ini berhasil membangun bisnis makanan ringan dengan modal Rp50 ribu saja.
Baca SelengkapnyaWin's Rajut berhasil membuktikan kreativitasnya dengan mengolah gulma menjadi produk estetik.
Baca SelengkapnyaBelum banyak orang yang menggeluti kerajinan karung goni bekas.
Baca Selengkapnya