Kisah haru Eni, ditinggal mati suami & kini sukses usaha abon ikan
Merdeka.com - Berawal dari kepepet setelah ditinggal mati suami tercinta, Nuraeni (49) berhasil keluar dari tekanan ekonomi demi membesarkan tiga anaknya yang masih kecil-kecil dari usaha pengolahan ikan.
Ibu tiga anak, warga sekaligus ketua RT 3, RW 3, Kelurahan Pattingaloang, Kecamatan Ujung Tanah, Makassar ini sempat jatuh bangun mengembangkan usaha pembuatan abon ikan dan beberapa jenis olahan ikan lainnya. Namun, kini bukan hanya mampu hidupi diri dan anak-anaknya, tapi juga orang lain seperti keluarga nelayan yang ada di sekitar kediamannya yang selama ini hidup pas-pasan dan tercekik tengkulak.
"Karena kepepetlah, ada power, muncul kekuatan untuk bangkit. Siapa yang mau hidupi saya dan anak-anak kalau bukan saya sendiri. Di sisi lain, nasib istri-istri nelayan di sekitar saya tidak jauh beda. Sudah dililit utang, anak-anak ada yang putus sekolah, jadi korban kekerasan suami pula. Dari situ saya berpikir untuk mengajak mereka bangkit bersama-sama," tutur Nuraeni yang ditemui di kediamannya beberapa waktu lalu.
-
Bagaimana Andi membantu emak-emak mendapatkan modal usaha? Setelah mendengar jawaban dari perempuan tersebut, Andi pun bertanya perihal modal yang dibutuhkan untuk membangun usaha impiannya. “Mau ya? Kira-kira kamu butuh modal berapa?,“ tanya Andi.“Dari bapak saja, pak,“ jawabnya.“Saya kasih kamu modal sementara kamu Rp5 juta,“ ucap Andi yang disambut dengan tepuk tangan meriah.
-
Mengapa Nuraini memulai usaha kue rumahan? Situasi yang cukup sulit ini, memaksa Nuraini mencari cara untuk memutar penghasilan. Dengan sisa tenaga yang ada, Ia memberanikan diri untuk kembali memulai usaha kue rumahan melalui brand 'Dapur Sus and Cake'.
-
Kenapa Andi memberi modal usaha ke emak-emak? Ia mengaku usahanya membuat kue dadar sedang macet karena berbagai macam hal. Andi sebagai sosok yang berpengaruh meminta kepada emak-emak tersebut untuk melanjutkan usahanya.
-
Bagaimana Nuraini meningkatkan usahanya? Kemudian, dia juga mencari peluang dengan menawarkan produknya dan melakukan inovasi lebih dari satu kue. Alhasil, usahanya perlahan berkembang hingga memiliki 25 orang karyawan.
-
Bagaimana pengusaha ini merintis bisnisnya? Ketika itu, dirinya masih mengerjakan semuanya seorang diri mulai dari menggarap desain, mengerjakan pakaian sampai menjadi model iklan.
-
Kenapa pengusaha ini memilih merintis usaha? “Saat saya memulai usaha, saya tidak mau meniru orang tua. Saya ingin jadi generasi perintis bukan pewaris.
Dulu, kata alumni Fakultas Sospol Universitas Hasanuddin (Unhas) yang akrab disapa Ibu Eni ini, dia hidup enak karena ada suami beri uang tiap bulan yang kala itu bekerja di salah satu perusahaan BUMN. Berada di dalam pusaran zona nyaman membuatnya sama sekali tidak pernah berpikir untuk menggali potensi diri. Tapi setelah ditinggal mati suami, semua kondisi berbalik. Mau tidak mau harus berpikir bagaimana cara melanjutkan hidup.
"Anak bungsu kala itu masih usia satu tahun. Yang sulung enam tahun. Suami meninggal dunia, bingung mau bagaimana. Meskipun kita sarjana tapi kalau baru mau cari kerja, usia sudah terlanjur lewat. Mau memulai, ada anak masih kecil-kecil," Ibu Eni berkisah.
Menurutnya, semua yang dialami di tahun-tahun sulit di 2007 lalu adalah sebuah pembelajaran yang luar biasa. Sebab tekanan kondisi, membuatnya harus berpikir cepat, berpikir kreatif. Dan mulailah saat itu muncul ide untuk mengembangkan usaha olahan ikan karena kebetulan kediamannya dekat dengan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Paotere.
Ibu Eni kemudian menggalang istri-istri nelayan yang hidupnya juga jauh lebih nestapa. Awalnya mereka hanya berlima masing-masing urunan uang Rp 500 ribu, terkumpul Rp 1,5 juta dijadikan modal awal. Produk pertama yang diproduksi adalah abon ikan tuna. Kelompok ibu-ibu ini diberi nama Usaha Kelompok Fatima Az Zahra.
Sengaja memilih usaha olahan ikan karena bahan bakunya mudah diperoleh dari lokasi tempat tinggal. Juga sengaja memilih produk abon ikan tuna karena bisa tahan lama untuk menghindari risiko kerugian yang besar. Abon ikan tuna bisa tahan hingga 6 bulan asalkan tingkat kekeringannya bagus dan tidak terpapar matahari langsung.
Kini, produksi abon mencapai satu ton. Silakan klik selanjutnya. (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cerita pria dulunya pengemis dan suka mabuk kini berhasil mengubah hidupnya menjadi pribadi lebih baik.
Baca SelengkapnyaSaat pertama kali berkenalan, keduanya sama-sama memiliki latar belakang ekonomi yang sulit.
Baca SelengkapnyaMenyambut datangnya bulan suci Ramadan 1445 Hijriyah, Mayjen Kunto dan Istri melakukan ziarah ke makam orangtua dan putra sulungnya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dengan proses dan perjuangan panjang, kini pasangan suami istri ini sudah dikaruniai sosok buah hati yang lucu.
Baca SelengkapnyaUsai kepergian kedua orang tuanya, pria ini memiliki tanggung jawab merawat dan menyekolahkan adik-adiknya.
Baca SelengkapnyaSempat kerja di Bandara Soekarno-Hatta selama dua tahun, Opi memutuskan buat banting setir berjualan bakso ikan dengan gerobak.
Baca SelengkapnyaKehidupan Novatama dan Erna berubah setelah keduanya menikah. Saat masih lajang, Nova telah mencoba berbagai jenis bisnis, tapi semuanya gagal.
Baca SelengkapnyaBayu mengawali bisnisnya bersama sang istri. Dia sempat 5 kali berganti jenis usaha sampai ke usaha percetakan.
Baca SelengkapnyaAnies menilai usulan itu menjadikan sebuah keluarga bahagia. Ketika ada istri baru melahirkan maka suami bisa menemani mengurus bayinya di awal kelahiran.
Baca Selengkapnya