Kisah Haru Haji Naim, dari Tukang Sol Sepatu Hingga Jadi Juragan Oleh-Oleh di Malang
Merdeka.com - Muhammad Naim atau disapa dengan Haji Naim tidak pernah menyangka dapat hidup sukses bahkan menjadi juragan oleh-oleh di Kota Malang, Jawa Timur. Padalah prinsip hidupnya, sepanjang dia memiliki uang untuk makan, sudah cukup baginya.
Naim lahir di Banyuwangi. Keluarganya bukan dari ekonomi mapan. Meski memiliki sumber pendapatan dari bekerja sebagai petani, hal itu tidak mencukupi kebutuhan keluarga Naim.
Kemudian, dia berinisiatif berkeliling menjual es saat masih duduk di bangku SD. Agar tidak lagi meminta orang tua ketika ingin membeli sesuatu. Dia juga harus menjual jasanya sebagai sol sepatu dan sandal. Hasil kerja seperti itu kemudian menghasilkan uang yang cukup bagi Naim.
-
Kenapa petani di DIY miskin? Salah satu golongan masyarakat yang terdampak itu adalah para buruh tani. Mereka menjadi penyumbang angka penduduk miskin di DIY dengan angka pendapatan berkisar Rp600 ribu setiap bulannya.
-
Apa yang sukses dari keluarga petani itu? Dalam unggahan tersebut disebutkan orang tua Leo adalah seorang petani yang hidup sederhana. Video itu sudah ditonton hingga lebih dari 2 juta kali dan mendapatkan banyak respons positif dari warganet.'Yang hebat bukan anaknya tapi ortunya,' tulis akun tiktok @_delxxx dalam kolom komentar.'Keren orang tuanya… ,' tulis akun @nuning_callista.
-
Siapa yang biasanya disebut pejuang nafkah keluarga? Sungguh mulia orang yang tidak pernah mengeluh ketika berjuang mencari nafkah untuk keluarganya.
-
Bagaimana Banyuwangi menangani kemiskinan? Salah satu upayanya tersebut adalah dengan melakukan intervensi kepada warga miskin yang masuk di database UGD Kemiskinan Banyuwangi. Dari data tersebut, warga pra sejahtera yang masih produktif, akan dilibatkan dalam program padat karya yang dicanangkan Pemkab Banyuwangi.
-
Siapa yang menginspirasi petani muda ini? Dyra mengatakan, mereka berjualan petai karena terinspirasi dari orang tua.
-
Siapa pemulung di Palembang yang punya saudara kaya? Seorang pemulung asal Palembang harus hidup di jalan padahal memiliki keluarga yang kaya raya.
Memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) sang ibu menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) demi menghidupai keluarga. Naim pun merantau ke Malang saat Sekolah Menengah Atas (SMA).
Di masa SMA, Naim harus ngekos dengan biaya yang dikirim dari sang ibu yang bekerja sebagai TKI. Namun uang kiriman dari ibunya tidak rutin setiap bulan. Akhirnya dia suka telat membayar uang kos-kosan.
Penjaga kos kemudian sempat mendatangi Naim dan melihat isi kamar kos Naim dan membebaskan Naim dari biaya kos. Naim tidak mau memanfaatkan kebaikan hati pemilik kos. Setiap pagi dia paling sering bersih-bersih kos.
Masuk Kulilah
Naim kemudian ingin masuk kuliah di Malang. Namun hanya sampai 4 bulan, dia tidak meneruskan pendidikannya karena kehabisan biaya. Dia pun memilih untuk bangkit dengan mencari pekerjaan.
Karir pertamanya saat itu sebagai sales balsem. Empat bulan dia menjadi sales balsem, Naim kemudian menjajal menjadi sales asuransi akibat iming-iming dari seorang manajer yang pernah membeli balsemnya.
Naim kemudian menjadi sales asuransi. Kesan pertama yang dia rasakan yaitu sangat sulit mendapatkan nasabah. Dia hampir menyerah, namun semangatnya terpacu usai mendapat hinaan dari saudaranya karena bekerja sebagai sales asuransi.
Meski berat, Naim berhasil mendapatkan banyak nasabah dengan gaji dan bonus hingga puluhan juta rupiah per bulan. Naim cukup peka melihat peluang. Selama menjadi sales asuransi, dia juga menjadi sales perangkat (sistem IT) untuk sekolah.
Nasib Mulai Berubah
Nasib kemudian membawanya menjadi sales perangkat sistem IT untuk sekolah. Omset Naim terus melesat setiap kali dapat proyek. Dari hasil itu dia mengelola hartanya dengan membangun usaha rumah makan, hotel, hingga oleh-oleh.
Di tahun 2019, ujian datang, Naim kena tipu dari rekannya. Jumlahnya sangat besar Rp1,3 miliar. Dia menangis hadapi situasi itu. Beruntung, dia memiliki dukungan penuh dari keluarga. Dia mencoba menjual asetnya untuk membayar utangnya. Meski sulit namun semua masalah Naim perlahan mulai terselesaikan.
Naim mengaku, mustahil jika tanpa pertolongan Tuhan, utangnya tidak akan terlunasi bahkan asetnya tidak akan berputar. (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Nanang tersadar, mengakhiri hidup bukanlah solusi terbaik menghadapi masalah yang saat ini sedang mendera.
Baca SelengkapnyaPerjalanan Najamuddin menjadi pengusaha konstruksi tidak lah mudah.
Baca SelengkapnyaTabungan orang tua Ilham bahkan ludes untuk menyuntikan modal usahanya.
Baca SelengkapnyaUntuk mengobati rasa lapar, setiap hari sang kakek makan nasi dengan dicampur air.
Baca SelengkapnyaWalaupun warga asli Sukomakmur, namun Lihun merasakan betul bagaimana sulitnya merintis pekerjaan sebagai petani.
Baca SelengkapnyaSeorang pemulung asal Palembang harus hidup di jalan padahal memiliki keluarga yang kaya raya.
Baca SelengkapnyaPria asal Depok itu bercerita beberapa kali mencoba melamar ke beberapa Komando Resor Militer (Korem) di bawah naungan Kodam Jaya.
Baca SelengkapnyaHaji Bolot, sosok yang kini begitu sukses, tak pernah luput dari lika-liku kehidupan yang penuh tantangan
Baca SelengkapnyaWanita ini menjelaskan dirinya dan suami sama-sama enggan menjadi PNS setelah lulus kuliah.
Baca SelengkapnyaPerjuangan keras harus ditempuh pria bernama Hadi di usianya yang masih belia.
Baca SelengkapnyaCerita perjalanan kehidupan Haji Mansyur sebelum mendapat gelar crazy rich. Ternyata pernah menjadi seorang tukang becak.
Baca Selengkapnya