Kisah pilu pekerja minyak, dulu tajir kini jual seragam buat makan
Merdeka.com - Beberapa dekade terakhir, bekerja di perusahaan minyak milik pemerintah Venezuela yaitu Petroleos de Venezuela (PDVSA) sangat didambakan masyarakat setempat. Bagaimana tidak, perusahaan menawarkan gaji di atas rata-rata, bonus berlimpah serta diberi fasilitas kredit murah untuk kepemilikan rumah. Bagi pekerja di PDVSA, melancong atau berlibur keluar negeri sudah menjadi hal yang biasa.
Keadaan kini terbalik. Perekonomian Venezuela dihantam krisis, dan angka inflasi tembus tiga digit. Karyawan PDVSA harus berjuang ekstra keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mulai dari makanan, ongkos hingga biaya sekolah anak.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, banyak karyawan PDVSA menggadaikan barang, kerja sampingan, dan bahkan sampai menjual baju seragam PDVSA hanya untuk membeli makanan. Demikian hasil wawancara reuters dengan dua lusin pekerja PDVSA termasuk keluarga dan pimpinan serikat pekerja seperti ditulis CNBC, Kamis (6/10).
-
Dimana dia berjualan? Saat ini ia rutin mangkal di Jalan Bulak Rantai, Kampung Tengah, Kecamatan Kramat jati, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
-
Siapa yang berbelanja di pasar? Pada Sabtu (3/8), Ussy Sulistiawaty memposting foto-fotonya saat berbelanja ke pasar di akun Instagramnya.
-
Di mana pekerja memperlihatkan kedelai impor pesanan pembeli? Pekerja memperlihatkan kedelai impor pesanan pembeli di toko kedelai di Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Kamis (23/11/2023).
-
Apa yang dilakukan pemilik toko di Vietnam? Pemilik toko makanan di Vietnam ini terlihat begitu marah. Ia bahkan mengusir satu keluarga dari tokonya. Pemilik toko ini tidak gentar mengusir paksa keluarga Israel tersebut.
-
Siapa yang biasanya menjadi pedagang kelontong? Pedagang kelontong kebanyakan dilakukan orang-orang keturunan China.
-
Siapa yang jualan di Pasar Puhpelem? Salah seorang ibu-ibu itu berkata, pukul 3 pagi, Pasar Puhpelem sudah ramai pedagang.
"Setiap hari, ada saja seorang pekerja PDVSA datang untuk menjual seragamnya," kata seorang pedagang di kota minyak Maracaibo, Elmer. Sebagai pembeli, Elmer mengakui harga beras dan tepung sangat mahal karena diimpor dari Kolombia.
"Mereka menjual sepatu, celana, sarung tangan dan masker."
Sekitar 150.000 pekerja PDVSA kini hanya bisa mengantongi USD 35 sampai USD 150 per bulan yang kemudian ditambah kupon makan senilai USD 90. Namun, uang yang didapat ini masih kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena harga serba mahal. Demikian penuturan karyawan yang diwawancara.
"Terkadang, kita biarkan anak-anak tidur sampai siang untuk menghemat sarapan," kata seorang pekerja di tepi Danau Maracaibo. Daerah ini adalah penghasil minyak yang berbatasan dengan Kolombia. Pekerja ini juga mengaku semakin kurus dan kehilangan berat badan 5 Kg karena berhemat makanan.
Krisis yang melanda Venezuela cukup menyedihkan. Pekerja PDVSA semakin kecewa karena perusahaan juga melakukan efisiensi dan sistem absen baru. "Sebagian besar dari kita tidak seproduktif dulu karena kita lebih fokus bagaimana untuk bertahan secara ekonomi."
Masalah di Venezuela tidak berakhir di situ. (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Asyik berjoged sembari melayani para pembeli. Dia adalah sosok pria yang akrab disapa Mas Di.
Baca SelengkapnyaMendag juga mengunjungi pakaian anak dan membeli sebanyak 12 baju anak dan dibagikan kepada warga.
Baca SelengkapnyaLama tak terlihat, begini potret jadul para pedagang pada tahun 80an. Simak selengkapnya.
Baca SelengkapnyaJika biasanya tukang bakso cukup berkaos dan celana panjang, namun hal tersebut berbeda dengan penjual yang satu ini.
Baca SelengkapnyaTukang bakso keliling ini terlihat begitu necis dengan kemeja, dasi dan sepatu pantofel bak pegawai kantoran.
Baca SelengkapnyaPengguna jasa permak pakaian meningkat 2-3 kali lipat dibanding hari biasa.
Baca SelengkapnyaPasar tekstil di Jakarta, seperti Pasar Cipulir dan Pasar Tanah Abang, mulai diserbu para reseller.
Baca Selengkapnya