Kisah Sulistianingsih, mantan TKI yang kini sukses usaha keripik
Merdeka.com - Seorang mantan tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Sulistianingsih bisa menjadi salah satu contoh dalam mengembangkan usaha. Terbukti, dia saat ini telah memberdayakan keluarga dengan membuat usaha keripik dari buah pepaya yang ternyata cukup laku di pasaran.
"Saya membuat usaha ini sudah cukup lama, sekitar 2013. Awalnya, karena di rumah banyak pepaya dan harganya murah, akhirnya berusaha mencari solusi bagaimana nilai dari buah ini bisa naik, dan jatuh pada membuat keripik," katanya dikutip dari Antara Blitar.
Dia mengatakan, membuat keripik pepaya ini juga harus telaten. Awalnya, buah pepaya dipilih yang sudah mengkal, lalu dikupas dengan ukuran tipis-tipis. Setelah itu, dibumbui dengan tepung yang sudah dicampur dengan aneka rempah-rempah.
-
Siapa yang membuat keripik pedas itu? Dilansir BBC, Rabu (17/7), perusahaan yang memproduksi camilan itu, Isoyama Corp, kemudian mengeluarkan pernyataan berisi permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang dialami konsumennya.
-
Bagaimana cara membuat keripik singkong renyah? Cara membuat keripik singkong renyah tidak keras ini bisa memanfaatkan kapur sirih. Biasanya bahan kapur sirih digunakan untuk merendam singkong agar lebih empuk dan renyah saat digoreng.
-
Kenapa Ratmi memulai usaha keripik bayam? Setelah gempa, kami benar-benar kehilangan segalanya. Suami saya diberhentikan dari pekerjaannya, dan saya bingung harus berbuat apa,' kenang Ratmi dalam tayangan YouTube Lempar Dadu, dikutip Selasa (19/11). Di tengah keterbatasan, Ratmi bangkit dan memulai usaha keripik bayam di Jetis, Bantul, Yogyakarta.
-
Bagaimana mereka merintis usaha? Ketika itu ia hanya memiliki sisa uang Rp500 ribu, yang kemudian digunakan untuk modal usaha kue di rumah. Kondisi ini dirasakan berbeda, ketika dirinya bekerja di bank tersebut.
-
Bagaimana pisang Agung Semeru diolah menjadi keripik? Selain dijual dalam bentuk buah, masyarakat Lumajang juga inisiatif mengolah pisang menjadi keripik. Keripik pisang Agung Semeru jadi produk andalan yang banyak peminatnya.
-
Kenapa Sofi pilih usaha keripik pisang? 'Inilah yang membuat saya semakin semangat di sektor keripik pisang karena saya tidak akan pernah khawatir kekurangan bahan baku. Apalagi pisang ini mengandung kalium dan vitamin yang tidak dimiliki buah lainnya,' kata Sofi.
"Awalnya, saat digoreng banyak mengandung minyak goreng, akhirnya saya mencoba mencari informasi dan terus belajar, dan kini sudah lebih baik. Keripiknya banyak diminati," kata perempuan warga Desa Dayu, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar ini.
Dia bercerita, setiap kali membuat keripik ini bisa sekitar 1,5 kuintal bisa dibuat. Keripik itu dikemas dengan berbagai macam ukuran dan dikirim ke berbagai pelanggan, baik di Jatim hingga luar daerah. Beberapa deerah di Jatim misalnya Kabupaten Ngawi, Kediri, Tulungagung, dan berbagai daerah lainnya. Sementara yang luar daaerah misalnya Bali hingga Makassar.
Untuk membuat usaha ini, dia dibantu sekitar empat orang yang merupakan tetangganya. Omzet tersebut juga akan naik drastis hingga berkali-kali lipat menjelang perayaan keagamaan, salah satunya Idul Fitri. Dengan peningkatan omzet itu, jumlah tetangga yang dilibatkan juga bisa bertambah.
Mantan TKI ini juga mengaku membuat sebuah usaha tidak mudah, tapi dia tetap berupaya. Bahkan, saat ini usahanya juga terus dikembangkan, dengan membuat keripik pisang, rempeyek, hingga industri gula merah.
Ketua Perkumpulan TKI Purna dan Keluarga (Perbakina) Kabupaten Blitar, ini juga tidak menyesal memilih untuk tinggal di rumah setelah bekerja lima tahun di Hong Kong. Dia awalnya nekat demi keluarga mencari rezeki menjadi TKI pada 2001.
Dia bekerja selama lima tahun dengan pindah majikan. Awalnya, dua tahun dengan majikan pertama tidak terlalu baik, hingga memutuskan pindah ke majikan lain dan akhirnya dia justru diperlakukan lebih baik. Dia diizinkan mengikuti berbagai macam kegiatan sosial, termasuk diberi hak yang penuh serta gaji yang besar.
Namun, saat itu akhirnya memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan merintis usaha keluarga. Selain membuat keripik, usaha keluarga ada yang juga pertanian serta peternakan. Saat ini, usaha itu juga berkembang dengan baik.
Dia juga mendorong mantan TKI serta keluarganya yang tergabung dalam Perbakina Kabupaten Blitar, ikut serta memberdayakan ekonomi keluarga dengan membuat aneka ragam usaha, sehingga roda perekonomian mereka terus berputar. Perbakina dibentuk sebagai jembatan dari berbagai masalah dari mantan TKI serta keluarga.
Hal ini dilakukan, salah satunya sebagai jalan keluar. Para TKI saat bekerja di luar negeri mempunyai uang yang banyak dan langsung membelanjakan uangnya, namun hanya sekitar beberapa bulan akhirnya kembali bekerja ke luar negeri karena uangnya habis.
"Jadi, perkumpulan ini awalnya diikuti hanya TKI purna saja, tapi setelah berjalannya waktu yang berperan serta mengelola remitansi itu adalah keluarga. Kami berkumpul dan akhirnya berupaya membuat ketahanan ekonomi memulai usaha," katanya.
Perkumpulan ini awalnya dibentuk pada 2007 bernama Srikandi, di Dusun Termas, Desa Kebonduren, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar. Nama tersebut akhirnya diubah pada 2016 menjadi Perbakina Kabupaten Blitar. Saat ini, jumlah anggotanya kurang lebih 270 orang.
Adanya perbakina ini juga disambut baik oleh mantan TKI serta keluarga TKI di berbagai daerah. Beberapa daerah sudah dalam proses membuat perkumpulan ini, yang programnya bergerak di bidang ekonomi serta pemberdayaan keluarga.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sukamdi menceritakan awal mula dia merintis usaha keripik.
Baca SelengkapnyaDari situ dia akhirnya memilih untuk mencoba membuat keripik pisang yang diberi nama Nadasuka.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan seorang perempuan yang memutuskan untuk resign dari kantor dan merintis usaha dari nol di kampung halaman.
Baca SelengkapnyaTak hanya di dalam negeri, ia sering juga diundang ke luar negeri untuk memasarkan produknya
Baca SelengkapnyaBerawal dari modal yang sangat kecil, kini ia memperoleh omzet hingga jutaan rupiah per minggunya.
Baca SelengkapnyaDia memutuskan keluar dari pekerjaannya sebagai supervisor di sebuah perusahaan BUMN dan memilih untuk merintis usaha keripik kentang.
Baca SelengkapnyaKisah pengusaha kerupuk kulit yang memulai bisnis dengan berjualan di pinggir jalan hingga dapat omzet ratusan juta.
Baca SelengkapnyaKusnadi pernah terpuruk hingga tak percaya diri. Tak lama, ia berhasil bangkit dan memilih mengembangkan usaha bersama agar tidak bergantung ke orang lain.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan pengusaha kerupuk asal Cianjur yang merupakan mantan TKI Arab Saudi.
Baca SelengkapnyaKeluarga Yongki mendukung usahanya dengan memberikan bantuan modal sekitar Rp10 juta. Modal tersebut digunakan Yongki untuk membuat gerobak.
Baca SelengkapnyaDi tengah asanya membuat rumah, tabungan usaha miliknya direlakan jadi pelunas utang sang ibunda.
Baca SelengkapnyaBerkat kerja kerasnya membangun usaha di masa pandemi Covid-19, omzetnya kini mencapai Rp150 juta dan terjual sampai Dubai.
Baca Selengkapnya