Komisi VI Pertanyakan Rakortas Impor Beras: Mendag, Bulog dan Mentan Belum Satu Kata
Merdeka.com - Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI akan mengundang Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi untuk menjelaskan rencana impor 1 juta ton beras. Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Aria Bima menyayangkan, terus berlangsungnya polemik impor beras. Apalagi ada perbedaan data antar Mendag, Bulog dan Menteri Pertanian (Mentan).
"Kemarin itu kita dengar, antara Menteri Perdagangan, Bulog dan Menteri Pertanian belum satu kata. Jadi yang saya tanyakan apakah keputusan impor beras itu hasil Rakortas (rapat koordinasi terbatas) atau tidak," ujar Aria Bima di sela peresmian new normal Pasar Kadipolo Solo, Jumat (26/3).
Menurutnya, keputusan untuk impor dan ekspor bahan komoditas pangan adalah keputusan pemerintah melalui Rakortas. Rapat koordinasi tersebut, lanjut dia, dipimpin oleh Menko Perekonomian, diikuti Mentan di tingkat hulu serta Mendag untuk di tingkat hilir dan Bulog di tingkat distributor.
-
Bagaimana DPR ingin membantu mengatasi mahalnya beras? 'Untuk itu, kami ingin mendorong pemerintah supaya terus melakukan upaya-upaya untuk menjaga stabilitas harga beras,' ungkap Puteri.
-
Siapa aja yang pernah Kemendag selidiki terkait impor? Sementara negara yang pernah indonesia selidiki dan kenakan BMAD maupun BMP antara lain India, Republik Korea, China, Jepang, Amerika Serikat, Uni Eropa, Rusia, Kazhakstan, Australia, Malaysia, Vietnam, Thailand, Hongkong, Turki, Pakistan, Persatuan Emirat Arab, Singapura, Taiwan, Bangladesh, dan Mesir.
-
Siapa yang menugaskan BULOG impor beras? 'Di tengah situasi yang sangat sulit mendapatkan beras impor, BULOG sudah berhasil mendapatkan kontrak sebesar 1 juta ton dari kuota tambahan penugasan importasi beras dari pemerintah di akhir tahun 2023 sebanyak 1,5 juta ton', ujar Tomi.
-
Kenapa Bulog impor beras? Selanjutnya menyikapi bahaya El Nino yang berdampak pada kelangkaan pasokan, Bulog juga ditugaskan menambah pasokan dari importasi.
-
Apa yang dibicarakan Menteri Basuki di DPR? Video tersebut saat anggota Komisi V DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Irine Yusiana Roba Putri mempertanyakan terkait Tapera, berikut transkrip pertanyaannya: 'Terus kadang kala ada beberapa dari pemerintah yang mengatakan ya untuk yang mampu itu untuk subsidi untuk yang tidak mampu. Mohon maaf pak, subsidi itu kewajibannya negara bukan sesama warga negara memberi subsidi. Kalau sesama warga negara itu namanya gotong royong dan alangkah malunya negara yang tidak mampu hadir untuk menjawab tantangan yang masyarakat hadapi,' tanya Irine.
-
Kenapa pertemuan ini penting bagi Kemendag? “Saya harap kita dapat berkolaborasi, mengutamakan semangat kebersamaan, serta memberikan arahan yang jelas melalui pembahasan solusi nyata dan konkret untuk mendorong beberapa inisiatif dan kerja sama yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi di kedua kawasan,“
"Selain itu juga diikuti beberapa stakeholder seperti menteri perindustriam dan menteri kemaritiman," katanya.
Bima menjelaskan, dalam Undang-Undang perdagangan juga ditegaskan, dalam hal memutuskan untuk ekspor dan impor kebutuhan bahan komoditas termasuk pangan, pemerintah dapat melakukan ekspor atau impor dengan memperhatikan harga di tingkat konsumen dan produsen. Sedangkan mekanismenya memakai Rakortas.
"Keputusan impor beras itu tanggungjawab pemerintah. Jadi bukan hanya tanggungjawab mendag ataupun mentan saja. Kami meminta mendag untuk memahami hal ini. Karena kalau ada apa-apa, pemerintah yang akan disalahkan," katanya.
Sehingga dirinya sebagai pimpinan komisi VI dan kader PDIP, tidak mau jika pengambilan keputusan itu tanpa penghitungan pasti.
"Kalau pemerintah dinilai buruk, maka PDIP sebagai partai pengusung juga akan mendapatkan citra buruk. Untuk itu saya akan berusaha untuk mengkomunikasikan rencana tersebut dengan Mendag," jelasnya.
"Dan kemarin Mendag juga sudah bilang, minimal dia berjanji tidak akan ada impor beras dalam masa panen," katanya lagi.
Aria Bima menyebut dalam pemanggilan tersebut nantinya tidak hanya akan dibahas terkait rencana impor beras. Namun juga membahas persiapan kebutuhan bahan pokok terkait dengan situasi Ramadan.
Mendag Lutfi Pasang Badan di Polemik Impor Beras: Salahkan Saja Saya
Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi pasang badan terkait polemik impor beras. Menurutnya, jika ada pihak yang harus disalahkan, itu adalah dirinya.
"Saya tidak melihat perbedaan antara Kemendag, Kementan, Bulog, atau Kemenko Perekonomian. Saya minta kalau salah, salahkan saja saya," ujarnya seperti dikutip dari akun Youtube Kementerian Perdagangan, ditulis Sabtu (20/3).
Selain itu, dia juga memastikan akan selalu berkoordinasi dengan komisi IV sebagai mitra kerja di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). "Saya terima kasih komisi IV yang memberikan pandangan politiknya. Pasti kita perhatikan," tuturnya.
Mendag Lutfi menegaskan bahwa rencana impor beras ini adalah langkah antisipasi. Di mana sudah menjadi tugasnya lah untuk mempersiapkan yang terburuk.
Dia turut menjamin impor beras akan dilakukan tanpa menghancurkan harga beras lokal. "Saya jamin tidak ada impor beras untuk menghancurkan harga beras rakyat. Pasti. Ini komitmen," tegasnya.
"Tapi memang tugas saya sebagai mendag, memikirkan yang tak terpikirkan, memikirkan yang terburuk sesuai tugas dan tanggung jawab saya," tutupnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dugaan mark up impor beras ini ditaksir menyebabkan kerugian negara hingga Rp8,5 triliun.
Baca SelengkapnyaAnggota Komisi VI DPR RI, Mufti Anam kecewa dengan harga beras yang melambung tinggi
Baca SelengkapnyaAnggota Komisi VI DPR RI, Mufti Anam mengatakan, kondisi beras yang mahal dan langka
Baca SelengkapnyaHal itu untuk memastikan pengelolaan pangan berpihak kepada rakyat
Baca SelengkapnyaDPR didesak untuk membuat pansus untuk menyelesaikan skandal impor beras bulog
Baca SelengkapnyaKondisi ini diyakini karena kebijakan antar instansi perihal pengimporan beras tidak sinkron.
Baca SelengkapnyaAnggota Komisi VI DPR Rieke Diah Pitaloka bicara keras saat rapat dengan Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan dan Bulog.
Baca SelengkapnyaUchok meyakini ketersedian stok beras di dalam negeri cukup tanpa harus melakukan impor.
Baca SelengkapnyaPembentukan Pansus, kata Andi Akmal, diperlukan untuk mengetahui kebenaran soal skandal mark up impor beras.
Baca SelengkapnyaSebanyak 490.000 ton beras impor tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak
Baca SelengkapnyaAdib tak menampik sejak lama persoalan impor beras di tanah air tak pernah usai.
Baca SelengkapnyaArief Prasetyo menjelaskan, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan keterlambatan bongkar muat.
Baca Selengkapnya