Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kondisi Garuda Indonesia terkini, dari rugi Rp 3 triliun hingga pelayanan dikurangi

Kondisi Garuda Indonesia terkini, dari rugi Rp 3 triliun hingga pelayanan dikurangi Pramugari garuda. ©2012 Merdeka.com

Merdeka.com - Maskapai penerbangan Garuda Indonesia diperkirakan masih mengalami kerugian di sepanjang tahun 2017 lalu. Hingga kuartal III-2017, total pendapatan perusahaan tercatat hanya USD 3,2 juta. Jumlah ini belum memasukkan pendapatan kuartal IV-2017, yang belum selesai diaudit.

"Secara total, Garuda Indonesia masih mengalami kerugian," ucap Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia, Helmi Imam Satriyono di Jakarta, Selasa (23/1).

Hingga kuartal III-2017, Garuda Indonesia mencatatkan rugi USD 221,9 juta atau sekitar Rp 3 triliun. Angka ini naik 408,7 persen jika dibandingkan kerugian pada periode yang sama tahun 2016 sebesar USD 43,6 juta.

Orang lain juga bertanya?

Helmi menjelaskan, pada kuartal I-2017, Garuda Indonesia mencatat kerugian sebesar USD 99,1 juta. Beban finansial ini lantas dialihkan kepada manajemen baru dengan Pahala Mansury sebagai Direktur Utama yang baru.

"April ada manajemen baru, Pak Pahala (Direktur Utama Garuda Indonesia) masuk Dirut dan kemudian proses program kerja dicanangkan," kata dia.

Namun, kerugian terus membengkak di kuartal II tahun 2017 yaitu USD 184,7 juta. Dia mengatakan, pada periode ini, Garuda Indonesia harus menanggung non recurring expense yang dikomposisi dari pembayaran tax amnesty sebesar USD 137 juta.

Selain itu, perseroan juga harus membayar denda atas kasus persaingan bisnis kargo dengan Australia sebesar USD 8 juta.

"Kuartal kedua kami mengikuti Tax Amnesty dan denda legal di pengadilan Australia, di mana kita ada impact kerugian di tambah dengan putusan pengadilan Australia," jelas dia.

Helmi memaparkan, meskipun masih mencatatkan kerugian, namun, performa keuangan maskapai penerbangan plat merah ini makin membaik. Hal ini ditunjukkan dengan pada kuartal III tahun 2017, di mana Garuda Indonesia berhasil membukukan laba bersih USD 61,9 juta.

Namun demikian, kondisi Garuda Indonesia saat ini cukup memprihatinkan. Sebagai contoh, maskapai pelat merah ini tengah kekurangan pilot. Berikut uraian kondisi Garuda Indonesia dirangkum merdeka.com.

Kekurangan pilot

Direktur Operasional Garuda Indonesia, Triyanto, mengakui bahwa minimnya jam istirahat masih menjadi kendala yang kerap didiskusikan di internal maskapai penerbangan pelat merah tersebut. Penyebabnya, perseroan kekurangan tenaga penerbang (pilot).

"Masalah jam istirahat. Kita dalam aturan 8 hari sebulan. Memang karena kita kekurangan penerbang, kita negosiasi 'boleh saya kurangi satu hari dulu' (jam istirahat)," ungkapnya di Jakarta, Selasa (23/1).

Meskipun demikian, penambahan jam kerja tersebut, akan dilakukan jika pilot yang bersangkutan bersedia untuk ditambah jam terbangnya. Selain itu, penambahan jam kerja juga diikuti kompensasi.

"Tentunya dengan kompensasi baik itu berupa waktu istirahat maupun berupa financial," tambahnya.

Dia menjelaskan, saat ini, Garuda Indonesia memiliki 1.327 pilot baik itu kapten maupun co-pilot dengan jumlah penerbangan sehari berkisar antara 630 hingga 640 penerbangan.

"Jam istirahat berkurang karena penerbang kita kurang. Perusahaan lakukan ekspansi cukup besar tapi tidak dibarengi dengan penyediaan SDM," ujarnya.

"Memang butuh waktu untuk cetak penerbang. Butuh satu tahun, kapasitas training kita juga agak terbatas. Sehingga kita negosiasi (dengan penerbang) boleh kita pinjam waktu istirahat," jelasnya.

Untuk mengatasi masalah terkait jam istirahat ini, Triyanto mengatakan sudah mengajukan permohonan tambahan pilot baru sebanyak 122 orang. "Saya sebagai Direktur Operasi minta 122 tambahan penerbang baru. Pilot baru. Kita berharap akhir 2018 ini kita sudah bisa memberikan hak pada para penerbang sesuai aturan," tandasnya.

Merugi malah punya 9 direksi

Serikat Pekerja Garuda Indonesia (Sekarga) dan Asosiasi Pilot Garuda (APG) meminta Menteri BUMN Rini Soemarno merestrukturisasi jumlah direksi Garuda Indonesia menjadi 6 orang. Saat ini, maskapai penerbangan tersebut mempunyai 9 direksi yang terdiri direktur utama, direktur keuangan, direktur operasi, direktur tekhnik, direktur marketing, direktur personalia, direktur produksi, direktur kargo dan direktur service.

Ketua Umum Sekarga, Ahmad Irfan menilai keberadaan sembilan direksi ini suatu pemborosan bagi Garuda Indonesia. Di mana ada posisi yang sebenarnya tidak perlu untuk diisi.

"Kami lihat direksi yang sembilan ini sangat boros, terutama ada beberapa direksi yang tumpang tindih," katanya, di Restoran Bumbu Desa, Cikini, Jakarta, Selasa (23/1).

Untuk efisiensi perusahaan, kata dia, ada tiga direksi yang perlu dipangkas yaitu direktur produksi, direktur kargo dan direktur service. Menurutnya, Garuda Indonesia adalah perusahaan penerbangan yang tidak memiliki pesawat fighter, namun mempunyai direktur kargo.

"Dan sekarang pendapatan kargo kita tidak terlalu baik setelah ada direksi penambahan tidak signifikan. Berikutnya ada penambahan direktur produksi, padahal ada direktur operasi dan direktur teknik. Sehingga tumpang tindih. Dan satu lagi direktur service," ujarnya.

Dia menjelaskan beberapa direksi seperti direktur teknik, operasi, komersial, direktur keuangan, dan direktur personalia biasanya ada di airlines besar di dunia. "Garuda sudah rugi nambah direksi. Ini yang menurut kami sangat kurang tepat," ucap Irfan.

Dia menambahkan permasalahan ini sudah disampaikan ke Menteri BUMN, namun sampai saat ini belum ada tanggapan lebih lanjut.

Pelayanan dikurangi

Presiden Asosiasi Pilot Garuda Indonesia (APG), Bintang Hardiono, menilai pengurangan biaya atau cutting cost yang dilakukan manajemen Garuda Indonesia terlalu membabi buta. Hal ini membuat seluruh penerbang merasa resah.

Ketua Umum Serikat pekerja PT Garuda Indonesia (Sekarga) Bersatu, Ahmad Irfan, mengaku ada beberapa layanan yang dikurangi dari pengetatan biaya tersebut. Misalnya, pada penerbangan pendek atau jarak dekat penumpang tidak lagi mendapat permen dan roti di dalam pesawat.

"Itu hal-hal kecil. Yang tadinya dapat roti itu dikurangi. Sementara kami bintang lima," ujarnya.

Selain itu, Garuda Indonesia juga mengurangi tempat pengambilan bagasi di bandara. Di mana, awalnya seluruh bandara mempunyai lot pengambilan bagasi namun saat ini hanya terdapat di Jakarta dan Denpasar.

"Padahal itu pelayanan yang kita berikan ke customer. Kemudian pengurangan minuman hangat. Kami melihat kalau mau efisien, banyak bisa dilakukan, efisien yang lain," terang Irfan.

Garuda dikelola orang tak profesional

Presiden Asosiasi Pilot Garuda (APG) Bintang Hardiono menyampaikan keprihatinannya ketika maskapai penerbangan milik nasional tersebut mengalami penundaan atau delay berkali-kali, terutama saat puncak liburan (peak season).

Penundaan tersebut karena adanya perubahan sistem pengelolaan sumber daya manusia sehingga mengakibatkan kacaunya jadwal terbang kru penerbang. Menurut dia, pengelolaan sdm akan lebih baik jika dilakukan oleh manajemen yang mengetahui bisnis penerbangan.

"Garuda ini dikelola oleh orang yang tidak tahu 'airline business' akhirnya tidak bisa mengelola SDM dengan baik. Kalau orang Garuda yang tahu masalah penerbangan, mungkin tidak seperti ini," kata Bintang.

Hubungan industrial tidak harmonis

Ketua Umum Serikat pekerja PT Garuda Indonesia (Sekarga), Ahmad Irfan menyebut bahwa kondisi hubungan industrial perusahaan saat ini tidak harmonis. Sebab, perusahaan banyak melakukan pelanggaran terhadap Perjanjian Kerja Bersama/Perjanjian Kerja Profesi yang sudah disepakati sehingga banyak menimbulkan perselisihan.

Selain itu, penambahan armada juga tidak diikuti dengan kemampuan manajemen untuk membuat strategi penjualan produk penumpang dan kargo. Di mana peningkatan pendapatan hanya sebesar 8,6 persen sementara peningkatan biaya sebesar 12,6 persen (Data Analyst Meeting Q3 2017). (mdk/idr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Garuda Indonesia Rugi Rp1,15 Triliun Meski Penumpangnya Tembus 9 Juta
Garuda Indonesia Rugi Rp1,15 Triliun Meski Penumpangnya Tembus 9 Juta

PT Garuda Indonesia (Tbk) melaporkan kerugian sebesar USD76,38 juta pada Semester I– 2023.

Baca Selengkapnya
Harga Tiket Pesawat Mahal, Ternyata Ini Penyebabnya
Harga Tiket Pesawat Mahal, Ternyata Ini Penyebabnya

Harga tiket pesawat jadi sorotan belakangan ini. Tak sedikit masyarakat yang menganggap harga tiket pesawat terlampau mahal.

Baca Selengkapnya
Garuda Indonesia Masuk Jajaran Perusahaan Terbaik se-Asia Tenggara
Garuda Indonesia Masuk Jajaran Perusahaan Terbaik se-Asia Tenggara

Capaian itu menjadi kali pertama bagi Garuda Indonesia pasca-selesainya proses restrukturisasi pada akhir 2022.

Baca Selengkapnya
Garuda Indonesia Masuk 25 Perusahaan Terbesari di Indonesia Versi Fortune 100
Garuda Indonesia Masuk 25 Perusahaan Terbesari di Indonesia Versi Fortune 100

Penghitungan dilakukan dengan melihat capaian kinerja tahun fiskal 2023 pada perusahaan-perusahaan yang merilis laporan keuangan yang telah diaudit.

Baca Selengkapnya
Mantan KSAU Fadjar Prasetyo Diangkat Jadi Komisaris Utama Garuda Indonesia
Mantan KSAU Fadjar Prasetyo Diangkat Jadi Komisaris Utama Garuda Indonesia

Garuda Indonesia memutuskan untuk tidak melakukan pembagian dividen kepada para pemegang saham, dikarenakan masih fokus untuk memperbaiki kondisi ekuitas.

Baca Selengkapnya
Tambah 9 Pesawat, Garuda Indonesia Incar Pendapatan Rp49 Triliun Hingga Akhir 2024
Tambah 9 Pesawat, Garuda Indonesia Incar Pendapatan Rp49 Triliun Hingga Akhir 2024

Selain dari penjualan tiket pesawat, Garuda juga menerapkan berbagai program untuk meningkatkan pendapatan mereka.

Baca Selengkapnya
Harga Tiket Garuda Indonesia Turun, Tarif Jakarta-Bali Kini Hanya Rp1,3 Juta
Harga Tiket Garuda Indonesia Turun, Tarif Jakarta-Bali Kini Hanya Rp1,3 Juta

Contohnya, tiket kelas ekonomi ke Bali yang biasanya Rp1,9 juta, turun menjadi Rp1,3 juta untuk penerbangan pada Minggu.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Tarik Utang Rp407 Triliun Sepanjang 2023
Pemerintah Tarik Utang Rp407 Triliun Sepanjang 2023

Sri Mulyani menjabarkan realisasi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sepanjang 2023 sebesar Rp308,7 triliun.

Baca Selengkapnya
Data Kemenhub: Jumlah Armada Pesawat di Indonesia Dulu Mencapai 800 Unit, Kini Tinggal 450 Unit
Data Kemenhub: Jumlah Armada Pesawat di Indonesia Dulu Mencapai 800 Unit, Kini Tinggal 450 Unit

Meskipun masih jauh dari jumlah ideal sebelum pandemi, pemulihan ini memberikan harapan bagi industri penerbangan untuk kembali bangkit.

Baca Selengkapnya
Ternyata, Ini Penyebab Utama yang Buat Harga Tiket Pesawat Mahal di Indonesia
Ternyata, Ini Penyebab Utama yang Buat Harga Tiket Pesawat Mahal di Indonesia

Menurut Sandiaga, untuk menurunkan harga tiket pesawat, dibutuhkan tambahan 700 pesawat.

Baca Selengkapnya
Harvey Moeis Terseret Korupsi Rugikan Negara Rp271 Triliun, Bos PT Timah Ungkap Rugi Rp450 Miliar di 2023
Harvey Moeis Terseret Korupsi Rugikan Negara Rp271 Triliun, Bos PT Timah Ungkap Rugi Rp450 Miliar di 2023

Perusahaan berkode saham TINS ini mencatat rugi sekitar Rp450 miliar.

Baca Selengkapnya
Alasan Bos Garuda Minta Pemerintah Evaluasi Tarif Batas Atas Tiket Pesawat
Alasan Bos Garuda Minta Pemerintah Evaluasi Tarif Batas Atas Tiket Pesawat

Irfan mengatakan, nilai tukar atau kurs (exchange rate) serta harga avtur yang fluktuatif menjadi tantangan bagi Garuda Indonesia.

Baca Selengkapnya