Kopi Indonesia Berpeluang Besar Kuasai Pasar Eropa
Merdeka.com - Provinsi Jawa Timur (Jatim) selama ini dikenal sebagai salah satu produsen kopi terkemuka di Tanah Air. Kopi yang dihasilkan petani Jember, Banyuwangi, Bondowoso dan sejumlah petani di Jatim lainnya hingga saat ini sudah merambah pasar ekspor di Eropa, Belanda dan India.
Ketua DPW Asosiasi Petani Kopi Indonesia Jawa Timur (Apeki Jatim), Misbachul Khoiri Ali mengungkapkan, jika melihat pangsa pasarnya, ekspor kopi dari Jatim ini masih terbuka dan sangat potensial.
"Untuk jenis arabika banyak diekspor ke Eropa. Sampai saat ini permintaanya juga banyak . Tapi, kita kekurangan bahan baku. Sehingga, ekspor kopi arabika ke Eropa saat ini hanya sekitar 20 persen dari pangsa pasar," kata Misbachul Khoiri Ali.
-
Kenapa BRI dorong UMKM ke pasar kopi internasional? Direktur Commercial, Small, dan Medium Business BRI Amam Sukriyanto mengungkapkan,dukungan dari BRI untuk mendorong pelaku UMKM menembus pasar kopi internasional harapannya kopi Indonesia bukan hanya menjadi tuan rumah di Tanah Air, tetapi juga dapat merajai pasar kopi di manca negara.
-
Kapan kapuk Jawa mencapai puncak produksi? Puncaknya adalah tahun 1936-1937 di mana kapuk jawa mampu memenuhi 85 persen kebutuhan dunia.
-
Dimana saja daerah penghasil pertanian terbesar di Jatim? Adapun sejumlah daerah dengan produktivitas pertanian terbesar di Jawa Timur meliputi Bojonegoro, Jember, Ngawi, Nganjuk, Tuban, dan Tulungagung.
-
Dimana pusat industri kapuk Jawa? Dulu di Kabupaten Batang pernah berdiri pabrik kapuk kelas dunia.
-
Hasil pertanian apa yang menjadikan Jatim sebagai produsen terbesar? Kerja keras petani mengantar Jatim menjadi produsen padi dan beras terbesar se-Indonesia selama tiga tahun berturut turut yakni tahun 2020, 2021 dan 2022.
-
Kenapa kopi Indonesia bisa bersaing? Menurut Aga, Indonesia sudah bisa bersiang dengan para pemain kopi di seluruh dunia. Salah satu faktornya adalah Indonesia merupakan negara penghasil kopi sekaligus konsumen terbesar.
Misbachul mengatakan, memang sampai saat ini petani Jatim belum ekspor langsung ke buyer. Artinya, kopi dari petani Jatim yang diekspor masih melalui sejumlah perusahaan eksportir di Jatim. "Sehingga, kami (petani) hanya suplai bahan baku berupa kopi bean ke sejumlah eksportir," ujarnya.
Menurut Misbachul, kopi robusta yang disuplai ke sejumlah eksportir di Jatim rata-rata sebanyak 500 ton per musim. Sedangkan, kopi arabika yang disuplai ke sejumlah eksportir di Jatim sekitar 100 ton-200 ton per musim. "Untuk robusta biasanya diekspor ke Belanda dan dan India. Sedangkan kopi arabika diekspor ke beberapa negara Eropa," ujarnya.
Dia mengungkapkan, untuk suplai kopi arabika ke sejumlah eksportir pada tahun ini bahan bakunya sudah habis. Namun, kalau suplai jenis kopi robusta di Jatim masih banyak. "Sebab, kopi robusta di Jatim masih panen hingga September-November 2019," ujarnya.
Meski peluang ekspor kopi kian terbuka, menurut Misbachul, Indonesia punya dua pesaing berat, yakni Brazil dan Vietnam. "Kebetulan kondisi iklim di dua negara tersebut sedang bagus-bagusnya. Sehingga produksi kopi dari dua negara itu cukup besar sehingga berdampak terhadap anjloknya harga kopi dunia," papar Misbachul.
Data DPW Apeki Jatim menyebutkan, harga kopi arabika saat ini antara Rp 50 ribu-Rp 60 ribu per kg. Padahal beberapa waktu sebelumnya harga kopi arabika sempat naik di kisaran Rp 65 ribu per kg. Sedangkan harga kopi robusta saat ini Rp 20 ribu-Rp 21 ribu per kg, dari sebelumnya Rp 23 ribu-Rp 25 ribu per kg.
Dia juga mengungkapkan, selama ini kopi yang disuplai ke eksportir berupa kopi bean. Kopi yang disuplai ke sejumlah eksportir tergantung musim panen. Untuk kopi arabika biasanya disuplai ke eksportir pada April-Juli. Sedangkan kopi robusta pada Juni-Oktober. Artinya, suplainya tergantung pada musim panennya. Menurut Gus Misbach, potensi ekspor kopi dari Jatim sangat besar.
"Sayangnya produktivitas kopi yang ditanam petani sangat rendah. Beda dengan Vietnam, kopi yang dibudidaya petani Vietnam produktivitasnya bisa mencapai 2-3 ton per ha. Kalau di Indonesia, produktivitasnya masih di bawah 1 ton/ha," kata dia.
Lantaran harga kopi saat ini jatuh, lanjut Misbachul, petani kopi di Jatim mulai bergerak ke hilir. Artinya, petani kopi tak hanya menjual kopi cherry atau kopi bean saja ke eksportir. "Petani mulai melirik peluang pasar menengah ke bawah yang potensinya juga besar. Dengan begitu, petani bisa langsung menjual produknya ke user. Bahkan, tak jarang yang membuka warung kopi, kedai atau kafe sendiri dan hal ini jauh lebih efektif untuk mendapatkan margin keuntungan," jelas Gus Misbach.
Hal yang hampir sama juga diungkapkan, Ketua DPD Apeki Pasuruan, Abdul Karim. Menurut Abdul Karim, lahan budidaya kopi yang dilakukan petani di Jatim antara 0,25 ha-5 ha. "Produktivitasnya pun tak terlalu banyak. Seperti arabika hanya sekitar 8 kwintal-1,4 ton per ha. Sedangkan untuk robusta sebanyak 1-2 ton per ha," ujarnya.
Abdul Karim mengatakan, umumnya budidaya kopi yang dilakukan petani Jatim ditumpangsari dengan tanaman sela seperti cengkeh, pisang dan empon-empon (jahe, kunyit dan lain-lain). Karena memanfaatkan tanaman sela, petani kopi Jatim tiap tahun tak hanya panen kopi, tapi bisa juga panen pisang atau empon-empon tiap bulan. "Karena menerapkan tumpangsari, petani di sini penghasilannya minimal Rp2 juta per bulan," ujarnya.
Menurut Abdul Karim, karena petani kopi di Jatim belum bisa ekspor langsung ke buyer, pihaknya mendorong mereka untuk berkoperasi. "Jadi, hasil panennya nanti bisa dijual langsung ke koperasi, kemudian diolah lagi, barulah diekspor," pungkasnya.
Reporter: Septian Deny
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kopi dari Jatim paling banyak diekspor ke luar negeri.
Baca SelengkapnyaSubsektor tersebut antara lain teh, kopi, buah, coklat atau kakao, dan susu yang produksi dalam negerinya melimpah.
Baca SelengkapnyaKopi lokal Indonesia sudah banyak dilirik dan digemari masyarakat negara lain, sehingga penting untuk mempersiapkan diri.
Baca SelengkapnyaProvinsi Sumsel merupakan salah satu sentra produksi kopi nasional dengan area seluas 250.305 hektar pada tahun 2020.
Baca SelengkapnyaKacang hijau merupakan omoditas tanaman pangan yang banyak dibutuhkan baik dalam negeri dan luar negeri.
Baca SelengkapnyaJokowi mendorong Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman agar memberi perhatian pada komoditas kopi
Baca SelengkapnyaJenis-jenis kopi Indonesia yang sudah mendunia dengan cita rasa khas dan unik.
Baca SelengkapnyaArsjad Rasjid sudah menyelesaikan tugasnya sebagai ketua tim pemenangan Ganjar-Mahfud di Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaAreal panen kopi di Indonesia rata-rata seluas 1.25 juta ha/tahun.
Baca SelengkapnyaPenjabat (Pj) Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Agus Fatoni menyebut Provinsi Sumsel menjadi daerah penghasil kopi terbesar dan terluas di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSektor ekspor akan memainkan peran penting dalam mewujudkan tujuan tersebut.
Baca SelengkapnyaBPS melaporkan ekspor pertanian pada Agustus 2023 meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.
Baca Selengkapnya