Krisis keuangan 2008 bisa terulang karena kredit macet bank China?
Merdeka.com - Perbankan China saat ini disebut sedang menghadapi krisis kredit yang diprediksi akan mengakibatkan kerugian besar. Kerugian bank China diprediksi lebih besar 400 persen dibanding saat bank di Amerika Serikat mengalami krisis kredit perumahan atau subprime mortage crisis pada 2008 silam.
"Ini mirip dengan perbankan AS dengan pendekatan krisis keuangan global. Sistem perbankan China sangat ekspresif dan mengambil risiko yang tidak bertanggung jawab," ucap pendiri Dallas Hayman Capital, Bass seperti dikutip dari CNBC, Jumat (12/2).
"Kerugian perbankan China bisa 400 persen lebih besar dibanding kerugian bank AS saat krisis kredit perumahan."
-
Apa yang menyebabkan penolakan pinjaman? Ketika pengajuan ditolak karena alasan ini, bank tentu telah memperhitungkan kemampuanmu dalam membayar hutang pinjaman. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir resiko terjadinya gagal bayar.
-
Apa aja situasi boleh menolak pinjam uang? Berikut tiga contoh situasi yang diperbolehkan untuk menolak memberi pinjaman.
-
Siapa yang boleh menolak pinjam uang? Lebih lanjut, jika seseorang telah gagal membayar kembali pinjaman sebelumnya atau tidak dapat dipercaya dalam hal keuangan, pemberi pinjaman berhak untuk menolak memberikan pinjaman tambahan.
-
Kenapa menolak pinjam uang dibolehkan? Meminjamkan uang dianjurkan dalam Islam. Namun ada beberapa situasi di mana kita bisa menolak untuk meminjamkan uang bahkan disebut sebagai tindakan yang bijaksana dan sah.
-
Kenapa negara-negara takut dengan bunga pinjaman? Karena begitu bunga pinjaman naik sedikit saja, beban fiskal itu akan sangat, sangat besar,' jelasnya.
-
Kenapa bank tolak pengajuan kredit? Alasan utama bank menolak permohonan kredit adalah syarat-syarat yang belum terpenuhi. Berkas-berkas yang diminta biasanya terdiri dari KTP, Kartu Keluarga, dan masih banyak lagi. Sementara untuk dokumen pendukung, kalian akan diminta mengumpulkan NPWP, surat izin usaha, dan slip gaji.
Sistem perbankan China telah berkembang pesat dalam 10 tahun terakhir, di mana aset tumbuh menjadi USD 34,5 triliun dari sebelumnya hanya USD 3 triliun.
Pertumbuhan aset perbankan China didorong ekspansi kredit yang sangat cepat namun sering tidak efisien.
"Sistem perbankan China lebih berbahaya ketika kita sadar bahwa ternyata bank besar memberi pinjaman tidak berdasarkan kemampuan untuk membayar. Sebaliknya, keputusan ini adalah keputusan politik yang dibuat oleh negara," katanya.
Krisis kredit di AS pada 2008 silam terbukti jadi pemicu krisis global yang menghantam banyak negara. Perbankan China saat ini menuju ke posisi yang sama. "Ini adalah bom waktu yang terus berjalan dalam sistem perbankan China," sambungnya lagi.
"Bank di China akan kehilangan sekitar USD 3,5 triliun dari ekuitas jika mereka kehilangan 10 persen aset. Secara historis, nyatanya China telah kehilangan lebih dari 10 persen aset selama siklus kredit macet.
Dia mencatat, saat krisis kredit perumahan di AS pada 2008 silam, bank di AS kehilangan sekitar USD 650 juta selama krisis keuangan global. (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Negara miskin menghadapi ketidakstabilan ekonomi dan bahkan kebangkrutan akibat beban pinjaman luar negeri.
Baca Selengkapnya"Ketenagakerjaan, menyangkut kepentingan vital rakyat."
Baca SelengkapnyaBanyak pengembang terlilit utang hingga gagal membayar utang dan menunda pembangunan proyek perumahan yang telah terjual sebelumnya.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mengatakan perekonomian global masih melemah saat ini
Baca SelengkapnyaPerlambatan ekonomi China memberikan pengaruh ke ekonomi negara lain, termasuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan hasil survei swasta menunjukkan sektor properti yang dilanda krisis.
Baca SelengkapnyaMeski permintaan domestik sudah mulai pulih, industri manufaktur China masih tertekan.
Baca SelengkapnyaPinjaman online (Pinjol) telah menjadi pilihan yang populer bagi banyak orang yang membutuhkan dana cepat dalam situasi mendesak.
Baca SelengkapnyaTensi perang dagang kembali meningkat akibat kenaikan tarif Amerika Serikat dan beberapa negara Amerika Latin terhadap produk-produk dari China.
Baca SelengkapnyaBank Dunia memprediksi ekonomi global dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Baca SelengkapnyaOJK mencatat pertumbuhan kredit dan DPK melambat dibanding tahun lalu.
Baca SelengkapnyaDaya beli masyarakat China tetap lemah meski pemerintah telah menggelontorkan sejumlah insentif.
Baca Selengkapnya