Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Krisis moneter 1998 kembali hantui Asia, termasuk Indonesia

Krisis moneter 1998 kembali hantui Asia, termasuk Indonesia krisis ekonomi. shutterstock

Merdeka.com - Tujuh belas tahun silam, krisis moneter dan keuangan merobek ekonomi Asia, termasuk Indonesia. Krisis ini menjatuhkan pemerintahan Soeharto, membangkrutkan perusahaan dan nilai tukar mata uang Asia anjlok parah karena kuatnya tekanan.

Kini, Malaysia dan Indonesia disebut sedang mengalami kesulitan. Setahun lalu, Ringgit Malaysia anjlok hampir seperempat nilainya terhadap dolar Amerika (USD). Rupiah juga ambruk 15 persen pada periode yang sama. Nilai tukar Ringgit dan Rupiah kini memasuki level terendah sejak krisis keuangan Asia, dan kerugian masih terus menumpuk.

Kekhawatiran terus bertambah setelah pemerintah China sengaja mendevaluasi Yuan beberapa hari terakhir. Langkah ini diambil China untuk menggenjot ekspor mereka yang selama ini lesu. Banyak yang menilai, tindakan China ini memicu perang mata uang di kawasan yang dampaknya menghantam Rupiah dan Ringgit.

Orang lain juga bertanya?

Investor masih mencermati dan belum terlihat kepanikan yang berlebihan. Pasalnya, sebagian besar negara Asia memiliki cadangan devisa yang memadai dan dapat digunakan untuk mempertahankan nila tukar mata uang.

Tapi, Analis dari Capital Economics, Daniel Martin mengatakan Malaysia paling berisiko terkena dampak pelemahan nilai tukar karena memiliki tingkat utang yang tinggi dalam bentuk USD. Secara kawasan, pelemahan nilai tukar belum menjadi risiko terbesar.

Namun jangan senang dulu, kekhawatiran masih melanda Asia karena melemahnya pertumbuhan ekonomi China. Negara di kawasan Asia banyak yang bergantung pada permintaan China. Negara yang mengekspor ke China termasuk Taiwan, Malaysia, Korea Selatan dan Vietnam berada dalam kesulitan besar.

Selain itu, banyak negara berkembang yang menggantungkan pertumbuhan ekonominya pada penjualan komoditas. Namun harga minyak bumi, tembaga dan kedelai anjlok sepanjang tahun lalu. Malaysia misalnya, negara ini adalah eksportir minyak utama. Indonesia juga mengirimkan batu bara, kelapa sawit dan karet ke luar negeri.

Banyak ahli yang mengharapkan agar bank sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga acuan pada September mendatang. Ini adalah sesuatu yang belum dilakukan sejak 2006 silam.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil pada awal Agustus lalu mengatakan bahwa dia ingin The Fed bertindak cepat.

"Saya berharap The Fed akan memutuskan dan lebih cepat lebih baik untuk Indonesia karena selama ini memberikan ketidakpastian," katanya.

Para pejabat Indonesia dan Malaysia masih optimis krisis 1998 tidak akan terulang kembali. Mereka bisa mengontrol respon di bawah tekanan. Jika proteksionisme dan disfungsi politik dapat dihindari, maka negara negara di kawasan Asia memiliki kesempatan lebih baik melewati masa-masa sulit ini.

Tapi sekali lagi, ini tidak mudah. Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak malah tersandung masalah tuduhan korupsi beberapa bulan terakhir. (mdk/idr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Awas! Dampak Pelemahan Rupiah Berpotensi Mirip Krisis Moneter 1998
Awas! Dampak Pelemahan Rupiah Berpotensi Mirip Krisis Moneter 1998

Rupiah kembali melemah hingga ke level Rp16.000 terhadap mata uang dolar AS seperti yang pernah dialami Indonesia saat krisis moneter 1998.

Baca Selengkapnya
Rupiah Terus Anjlok, BI: Masih Lebih Baik dari Krisis Moneter 1998
Rupiah Terus Anjlok, BI: Masih Lebih Baik dari Krisis Moneter 1998

Bank Indonesia terus melakukan berbagai inovasi untuk meredam segala tekanan terhadap rupiah.

Baca Selengkapnya
Pemerintah Prediksi Dua Agenda Besar Ini Bisa Dongkrak Daya Beli Masyarakat
Pemerintah Prediksi Dua Agenda Besar Ini Bisa Dongkrak Daya Beli Masyarakat

Menurut pemerintah, deflasi saat ini dipengaruhi oleh penurunan permintaan pasar global akibat konflik internasional.

Baca Selengkapnya
Ketua KSSK: Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia di Triwulan I-2024 Masih Terjaga
Ketua KSSK: Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia di Triwulan I-2024 Masih Terjaga

Hal itu didukung oleh kondisi dari APBN kebijakan fiskal, kebijakan moneter dari Bank Indonesia dan sektor keuangan yang stabil.

Baca Selengkapnya
Nilai Tukar Rupiah Kembali di Bawah Rp16.000, Asalkan Bisa Penuhi Syarat Berikut Ini
Nilai Tukar Rupiah Kembali di Bawah Rp16.000, Asalkan Bisa Penuhi Syarat Berikut Ini

Mengutip data Bloomberg, nilai tukar Rupiah diperdagangkan di level Rp16.255 per USD pada Senin (29/4).

Baca Selengkapnya
Memasuki Tahun Politik di 2024, Indonesia Aman Buat Investasi?
Memasuki Tahun Politik di 2024, Indonesia Aman Buat Investasi?

BRI Danareksa Sekuritas menggelar acara Market Outlook bertajuk Strategi Investasi Memasuki Tahun Politik.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Global Masih Dihantui Ketidakpastian, Begini Dampaknya ke Sektor Jasa Keuangan RI
Ekonomi Global Masih Dihantui Ketidakpastian, Begini Dampaknya ke Sektor Jasa Keuangan RI

Perekonomian global secara umum mengalami pelemahan dengan inflasi yang terjaga moderat.

Baca Selengkapnya
Kemenko Perekonomian: Pengusaha Tahan Investasi Sampai Ada Presiden Terpilih
Kemenko Perekonomian: Pengusaha Tahan Investasi Sampai Ada Presiden Terpilih

Memasuki tahun politik 2024, banyak investor yang mempertanyakan peluang berinvestasi di Indonesia.

Baca Selengkapnya
The Fed Tahan Suku Bunga, Para Investor Indonesia Harus Apa?
The Fed Tahan Suku Bunga, Para Investor Indonesia Harus Apa?

Rupiah diprediksi akan terus melemah hingga beberapa bulan ke depan

Baca Selengkapnya
Bank Indonesia Beberkan Dampak Demo RUU Pilkada dengan Ekonomi Nasional
Bank Indonesia Beberkan Dampak Demo RUU Pilkada dengan Ekonomi Nasional

Stabilitas ekonomi sangat sensitif terhadap pergerakan politik yang luar biasa.

Baca Selengkapnya
Gubernur BI: Ekonomi AS Menguat, Ketidakpastian Global Masih Tinggi
Gubernur BI: Ekonomi AS Menguat, Ketidakpastian Global Masih Tinggi

Kondisi ini memerlukan respons kebijakan yang kuat untuk memitigasi dampak negatif dari rambatan ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya
Ketua OJK: Sektor Jasa Keuangan Terjaga Stabil di Tengah Ketidakpastian Global
Ketua OJK: Sektor Jasa Keuangan Terjaga Stabil di Tengah Ketidakpastian Global

Tensi perang dagang kembali meningkat akibat kenaikan tarif Amerika Serikat dan beberapa negara Amerika Latin terhadap produk-produk dari China.

Baca Selengkapnya