Krisis moneter 1998 kembali hantui Asia, termasuk Indonesia
Merdeka.com - Tujuh belas tahun silam, krisis moneter dan keuangan merobek ekonomi Asia, termasuk Indonesia. Krisis ini menjatuhkan pemerintahan Soeharto, membangkrutkan perusahaan dan nilai tukar mata uang Asia anjlok parah karena kuatnya tekanan.
Kini, Malaysia dan Indonesia disebut sedang mengalami kesulitan. Setahun lalu, Ringgit Malaysia anjlok hampir seperempat nilainya terhadap dolar Amerika (USD). Rupiah juga ambruk 15 persen pada periode yang sama. Nilai tukar Ringgit dan Rupiah kini memasuki level terendah sejak krisis keuangan Asia, dan kerugian masih terus menumpuk.
Kekhawatiran terus bertambah setelah pemerintah China sengaja mendevaluasi Yuan beberapa hari terakhir. Langkah ini diambil China untuk menggenjot ekspor mereka yang selama ini lesu. Banyak yang menilai, tindakan China ini memicu perang mata uang di kawasan yang dampaknya menghantam Rupiah dan Ringgit.
-
Kenapa minat investor asing menurun di sektor keuangan Indonesia? Menurunnya minat investor asing terhadap sektor keuangan Indonesia disebabkan oleh sentimen peningkatan yield surat utang di Amerika Serikat dan tren suku bunga tinggi di sejumlah bank sentral negara maju. Akibatnya, kebutuhan likuiditas pemerintah dan pelaku usaha akan menjadi sangat kompetitif dan berbiaya mahal,' ucap Said.
-
Siapa yang menilai sektor keuangan stabil? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial, seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Bagaimana BRI mengelola resiko di tengah pemulihan? Kendati demikian untuk memperkuat kondisi yang semakin membaik, pihaknya menerapkan strategi konservatif dengan mengalokasikan dana pencadangan yang lebih dari memadai sebagai salah satu mitigasi risiko.
-
Mengapa BKPM belum menerima pertanyaan dari investor? Dia juga menyampaikan sejak pengunduran diri Kepala dan Wakil OIKN hingga hari ini, BKPM juga belum menerima pertanyaan dari investor.
-
Bagaimana BRI mempertahankan kinerja positif di tengah ketidakpastian? “Keberhasilan BRI Group menjaga kinerja positif tersebut ditunjukkan dari asset yang secara konsolidasian meningkat 9,93% year on year (yoy) menjadi Rp1.851,97 triliun. Pertumbuhan aset tersebut juga diiringi dengan perolehan laba dalam 9 bulan yang mencapai sebesar Rp44,21 triliun atau tumbuh 12,47% yoy“, jelasnya.
-
Kenapa inflasi penting untuk investor? 'Itulah sebabnya pemahaman akan inflasi merupakan kunci dari perencanaan keuangan dan pengambilan keputusan ekonomi yang efektif,' ujar Kar Yong Ang.
Investor masih mencermati dan belum terlihat kepanikan yang berlebihan. Pasalnya, sebagian besar negara Asia memiliki cadangan devisa yang memadai dan dapat digunakan untuk mempertahankan nila tukar mata uang.
Tapi, Analis dari Capital Economics, Daniel Martin mengatakan Malaysia paling berisiko terkena dampak pelemahan nilai tukar karena memiliki tingkat utang yang tinggi dalam bentuk USD. Secara kawasan, pelemahan nilai tukar belum menjadi risiko terbesar.
Namun jangan senang dulu, kekhawatiran masih melanda Asia karena melemahnya pertumbuhan ekonomi China. Negara di kawasan Asia banyak yang bergantung pada permintaan China. Negara yang mengekspor ke China termasuk Taiwan, Malaysia, Korea Selatan dan Vietnam berada dalam kesulitan besar.
Selain itu, banyak negara berkembang yang menggantungkan pertumbuhan ekonominya pada penjualan komoditas. Namun harga minyak bumi, tembaga dan kedelai anjlok sepanjang tahun lalu. Malaysia misalnya, negara ini adalah eksportir minyak utama. Indonesia juga mengirimkan batu bara, kelapa sawit dan karet ke luar negeri.
Banyak ahli yang mengharapkan agar bank sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga acuan pada September mendatang. Ini adalah sesuatu yang belum dilakukan sejak 2006 silam.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil pada awal Agustus lalu mengatakan bahwa dia ingin The Fed bertindak cepat.
"Saya berharap The Fed akan memutuskan dan lebih cepat lebih baik untuk Indonesia karena selama ini memberikan ketidakpastian," katanya.
Para pejabat Indonesia dan Malaysia masih optimis krisis 1998 tidak akan terulang kembali. Mereka bisa mengontrol respon di bawah tekanan. Jika proteksionisme dan disfungsi politik dapat dihindari, maka negara negara di kawasan Asia memiliki kesempatan lebih baik melewati masa-masa sulit ini.
Tapi sekali lagi, ini tidak mudah. Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak malah tersandung masalah tuduhan korupsi beberapa bulan terakhir. (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rupiah kembali melemah hingga ke level Rp16.000 terhadap mata uang dolar AS seperti yang pernah dialami Indonesia saat krisis moneter 1998.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia terus melakukan berbagai inovasi untuk meredam segala tekanan terhadap rupiah.
Baca SelengkapnyaMenurut pemerintah, deflasi saat ini dipengaruhi oleh penurunan permintaan pasar global akibat konflik internasional.
Baca SelengkapnyaHal itu didukung oleh kondisi dari APBN kebijakan fiskal, kebijakan moneter dari Bank Indonesia dan sektor keuangan yang stabil.
Baca SelengkapnyaMengutip data Bloomberg, nilai tukar Rupiah diperdagangkan di level Rp16.255 per USD pada Senin (29/4).
Baca SelengkapnyaBRI Danareksa Sekuritas menggelar acara Market Outlook bertajuk Strategi Investasi Memasuki Tahun Politik.
Baca SelengkapnyaPerekonomian global secara umum mengalami pelemahan dengan inflasi yang terjaga moderat.
Baca SelengkapnyaMemasuki tahun politik 2024, banyak investor yang mempertanyakan peluang berinvestasi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaRupiah diprediksi akan terus melemah hingga beberapa bulan ke depan
Baca SelengkapnyaStabilitas ekonomi sangat sensitif terhadap pergerakan politik yang luar biasa.
Baca SelengkapnyaKondisi ini memerlukan respons kebijakan yang kuat untuk memitigasi dampak negatif dari rambatan ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaTensi perang dagang kembali meningkat akibat kenaikan tarif Amerika Serikat dan beberapa negara Amerika Latin terhadap produk-produk dari China.
Baca Selengkapnya