Kuartal II 2016, BI catat NPI surplus USD 2,2 miliar
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) mencatat Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal II-2016 surplus sebesar USD 2,2 miliar. Hal ini disebabkan kuatnya transaksi modal dan finansial selama periode tersebut.
Gubernur BI, Agus Martowardojo, mengungkapkan kondisi ini berbanding terbalik dari pencapaian kuartal I-2016. Di mana, saat itu NPI Indonesia mencatat defisit USD 300 juta.
"Kalau liat surplus NPI yang besar itu adanya transaksi modal dan finansial yang cukup kuat, dan tentu membuat NPI kita terjadi peningkatan," katanya di Batam, Sabtu (13/8).
-
Kapan deflasi di Indonesia terjadi? Badan Pusat Statistik (BPS) menginformasikan bahwa Indonesia mengalami deflasi lagi pada bulan September 2024.
-
Apa yang terjadi di Indonesia? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan dalam sepekan ke depan hampir seluruh wilayah di Indonesia akan dilanda suhu panas.
-
Kenapa kebutuhan uang Bank Indonesia meningkat? 'Jumlah tersebut meningkat 12,5 persen, jika dibandingkan dengan kebutuhan uang dalam periode yang sama menjelang nataru di akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,4 triliun rupiah,' kata Erwin, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/12).
-
Apa prestasi Bank Jatim yang terbaru? PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (bankjatim) kembali menorehkan prestasi. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (bankjatim) kembali menorehkan prestasi. Kali ini, bankjatim berhasil mendapat penghargaan gold rank dalam The Asia Sustainability Reporting Rating (ASRRAT) 2023.
-
Bagaimana cadangan devisa Indonesia mendukung perekonomian? 'Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,' ucap Erwin.
-
Apa nama mata uang Indonesia? Rupiah merupakan nama mata uang Indonesia yang digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di seluruh wilayah Indonesia.
Agus optimistis perbaikan neraca ini masih terjadi sepanjang semester II-2016 ke depan. "Kami masih melihat tren positif itu akan terus berjalan di semester II," ucapnya.
Dia melanjutkan perbaikan NPI ini berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi. Sebab, positifnya NPI menjadi indikator tingginya aktivitas ekonomi di masyarakat.
Terlebih, saat ini, bank sentral sudah meluncurkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) mengenai pasar uang.
"PBI pasar uang akan menjadi dasar yang jelas, khususnya untuk yang transaksi di jangka waktu di bawah 1 tahun. Khususnya Repo, NCD (Negotiable Certificate of Deposit), commercial paper. Itu semua berdasarkan PBI itu. Kita harapkan sistem keuangan akan menjadi berdaya tahan dan efisien," tutupnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Namun demikian, pendapatan negara mengalami kontraksi sebesar 5, 4 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Baca SelengkapnyaAPBN pada bulan Oktober mengalami defisit Rp700 miliar atau 0,003 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Baca SelengkapnyaPendapatan negara sampai 12 Desember 2023 tercatat mencapai Rp2.553,2 triliun.
Baca SelengkapnyaPada APBN 2019, defisit sebesar Rp348,7 triliun atau 2,20 persen terhadap PDB.
Baca SelengkapnyaMeski mengalami defisit, kinerja APBN selama Agustus diklaim mengalami perbaikan.
Baca SelengkapnyaNPI pada triwulan I 2024 mencatat defisit USD6,0 miliar dan posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2024 tercatat tetap tinggi sebesar USD140,4 miliar.
Baca SelengkapnyaTotal produksi ikan di semester I 2024 sebanyak 11, 81 ton.
Baca SelengkapnyaAngka tersebut sudah melebihi target Undang Undang (UU) APBN untuk tahun 2023 yang hanya Rp2.463,2 triliun.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD1,89 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan juga minyak mentah.
Baca SelengkapnyaPudji menerangkan, surplus tersebut ditopang oleh komoditas non migas yaitu sebesar USD4,62 miliar
Baca SelengkapnyaNeraca Perdagangan Indonesia melanjutkan trend surplus selama 45 bulan atau hampir 4 tahun secara berturut-turut.
Baca SelengkapnyaAPBN pada Juli mengalami defisit Rp93,4 triliun atau 0,41 persen dari PDB.
Baca Selengkapnya