Kuartal II-2018, industri asuransi jiwa catatkan pendapatan Rp 89,73 triliun
Merdeka.com - Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatatkan pendapatan industri asuransi jiwa sebesar Rp 89,73 triliun di kuartal II-2018. Angka ini turun 22,9 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 116,35 triliun.
Direktur Eksekutif AAJI, Togar Pasaribu menjelaskan, total pendapatan premi merupakan kontributor terbanyak atas total pendapatan industri asuransi jiwa, yakni sebesar 104,3 persen.
"Nilai pendapatan premi ini lebih besar dibandingkan total pendapatan yang disebabkan nilai negatif dari hasil investasi yang cukup tinggi," kata dia di Jakarta, Senin (27/8).
-
Apa yang menjadi sumber pendapatan utama Jasa Raharja? Kontribusi terbesar atas capaian ini, didapatkan perseroan dari pengelolaan investasi dan optimalisasi aset perusahaan.
-
Apa manfaat utama dari asuransi jiwa? Asuransi jiwa adalah bentuk perlindungan keuangan yang memberikan manfaat kepada ahli waris atau pemegang polis.
-
Bagaimana Jasa Raharja meningkatkan pendapatannya di tahun 2022? Di sisi pendapatan, Jasa Raharja berhasil menorehkan kinerja positif dengan catatan pertumbuhan pendapatan sebesar 6,94 persen yakni Rp5,9 triliun pada tahun 2021, menjadi Rp6,4 triliun di tahun 2022.
-
Apa hasil terbesar Pertamina pada tahun 2023? PT Pertamina (Persero) berhasil membukukan laba total sebesar USD 4,77 miliar atau sekitar Rp 72,7 triliun (asumsi kurs Rp 15.255 per USD).
-
Apa pekerjaan dengan gaji tertinggi di Indonesia? Melansir laman ocbc.id, pekerjaan dengan gaji tertinggi di Indonesia di urutan pertama adalah level corporate suite, atau orang-orang dengan gelar chief/director.
-
Siapa orang terkaya di Indonesia? Adapun Prajogo Pangestu seorang pengusaha yang masuk posisi pertama sebagai orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan bersih sekitar 55,6 miliar dollar AS atau sekitar Rp862,8 triliun (dalam kurs Rp 15.519 per USD).
Pada kuartal kedua 2018, total pendapatan premi tumbuh 5,5 persen sebagai hasil dari meningkatnya pertumbuhan total premi bisnis baru dan total premi lanjutan, menjadi Rp 93,58 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp 88,66 triliun.
Pertumbuhan total pendapatan premi didorong oleh meningkatnya pendapatan premi dari saluran distribusi bancassurance yang meningkat sebesar 9,5 persen dan berkontribusi sebesar 44,9 persen.
"Selanjutnya dari saluran keagenan mengalami pertumbuhan tertinggi di antara saluran distribusi yang ada sebesar 9,9 persen dengan kontribusi 39,3 persen, sementara saluran distribusi alternatif mengalami perlambatan 12,2 persen dan memiliki kontribusi sebesar 15,9 persen," ujar dia.
Dari sisi pertumbuhan bisnis baru, hal ini ditopang oleh meningkatnya kinerja saluran distribusi keagenan sebesar 27,9 persen dan saluran bancassurance yang naik 8,5 persen, dengan masing-masing berkontribusi sebesar 27,5 persen dan 55,7 persen terhadap premi bisnis baru.
Pertumbuhan industri masih didorong oleh jenis produk asuransi terkait investasi (unit link) yang berkontribusi 59,5 persen dari total premi, dan berkontribusi 52,4 persen dari bisnis baru. "Sementara itu, produk tradisional berkontribusi 40,5 persen dari total premi, dan berkontribusi 47,6 persen dari bisnis baru," ujarnya.
Dari sisi jumlah investasi, pada kuartal II-2018 turut mengalami pertumbuhan sebesar 2,4 persen menjadi Rp 445,83 triliun. Kenaikan jumlah investasi menjadi kontributor utama dari kenaikan total aset sebesar 1,2 persen menjadi Rp 499,96 triliun dibanding pencapaian periode yang sama tahun 2017 senilai Rp 493,99 triliun.
Selain itu, total klaim dan manfaat yang dibayarkan pada kuartal II-2018 menjadi Rp 60,78 triliun, meningkat 14,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 53,08 triliun.
Proporsi terbesar pembayaran klaim dan manfaat adalah dari klaim nilai tebus (surrender) yang mencapai 57,3 persen dari total klaim dan manfaat, meningkat sebesar 16,2 persen menjadi Rp 34,80 triliun dibandingkan tahun sebelumnya yakni sebesar Rp 29,96 triliun.
"Peningkatan ini menandakan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat yang semakin tumbuh terhadap produk asuransi," tegasnya.
Pihaknya juga mencatat, sampai akhir kuartal II 2018, pertumbuhan total tertanggung industri asuransi jiwa mengalami penurunan 9,0 persen dari 58.509.690 orang menjadi 53.271.946 orang. "Hal ini disebabkan karena terjadinya penurunan jumlah tertanggung, baik perorangan maupun kumpulan, d imana banyaknya klaim nilai tebus (surrender) dengan proporsi terhadap total klaim mencapai 57,3 persen."
AAJI mencatat, penetrasi asuransi jiwa yang dilihat dari besarnya jumlah tertanggung perorangan terhadap jumlah penduduk menunjukkan nilai di angka 6,6 persen.
"Dalam upaya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan bangsa, AAJI terus berkomitmen penuh untuk tetap menjaga kepercayaan masyarakat dengan merekrut dan mengembangkan tenaga pemasaran yang handal dan berkualitas melalui para anggotanya," tandasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kepemimpinan di industri asuransi didukung oleh kinerja bisnis yang solid.
Baca SelengkapnyaAset industri asuransi di Mei 2024 mencapai Rp1.120,57 triliun, angka ini naik 1,3 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaTren kenaikan nilai aset pada industri asuransi tidak hanya swasta, BPJS Kesehatan dan Tenaga Kerja juga mengalami kenaikan aset.
Baca SelengkapnyaPencapaian ini didukung oleh peningkatan pendapatan premi pada lini usaha yang menjadi core competence perusahaan.
Baca SelengkapnyaDi sisi lain, aset asuransi non komersial tercatat sebesar Rp219,58 triliun. Ini mencakup asuransi BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, Taspen, dan Asabri.
Baca SelengkapnyaSampai Desember 2023, BRI Life mencatat aset investasi sebesar Rp19 triliun atau meningkat 11,8 persen dibandingkan tahun 2022 yakni sebesar Rp17,0 triliun.
Baca SelengkapnyaEkosistem investasi yang terjaga stabil di awal tahun 2024 memberikan kepercayaan kepada investor.
Baca SelengkapnyaKondisi keuangan perusahaan tetap solid dengan rasio Risk Based Capital (RBC) untuk lini bisnis konvensional mencapai 434 persen.
Baca SelengkapnyaKinerja positif ini juga berlanjut di 2023 di mana pada Oktober 2023, perseroan telah mencacatkan total aset sebesar Rp3,25 triliun.
Baca SelengkapnyaCapaian laba bersih pada kuartal tahun ini cukup positif di tengah pemulihan industri asuransi pasca Covid-19.
Baca SelengkapnyaPencapaian pendapatan premi ini mayoritas didorong oleh kontribusi dari produk Asuransi Jiwa Kredit, baik untuk melindungi nasabah yang mengambil kredit KPR.
Baca SelengkapnyaAda peningkatan jumlah aset industri reasuransi di Indonesia dalam 5 tahun terakhir. Pada 2022 saja, tercatat ada kenaikan sebesar 12 persen.
Baca Selengkapnya