Laba Bersih BCA Sepanjang 2020 Turun 5 persen
Merdeka.com - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) membukukan pertumbuhan laba bersih sepanjang 2020 sebesar Rp27,1 triliun, turun 5 persen YoY persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 28,6 triliun. Di mana biaya pencadangan sebesar Rp11,6 triliun, atau naik 152,3 persen YoY.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan, walaupun di tahun 2020 terdapat berbagai tantangan. Namun rasio keuangan BCA tetap berada di posisi yang kokoh dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) tercatat sebesar 25,8 persen.
"Lebih tinggi dari ketetapan regulator, dan loan to deposit ratio (LDR) tetap terjaga pada tingkat yang sehat yakni sebesar 65,8 persen," kata Jahja dalam paparan Kinerja BCA, Senin (8/2).
-
Mengapa laba Bank Mandiri naik di tahun 2023? Kunci kesuksesan Bank Mandiri ini tak lepas dari strategi bisnis yang konsisten untuk fokus pada pertumbuhan bisnis berbasis ekosistem serta didukung dengan strategi digitalisasi.
-
Siapa pemilik saham terbesar BCA? Tidak berhenti di situ, kedua bersaudara ini merambah bisnis properti.
-
Bagaimana BRI mempertahankan kinerja keuangannya? 'Kontributor utama penopang kinerja positif BRI tersebut diantaranya adalah penyaluran kredit yang tumbuh double digit, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan dana murah yang juga tumbuh double digit, kualitas kredit yang terjaga, serta proporsi fee-based income yang porsinya terus meningkat terhadap keseluruhan pendapatan BRI', jelas Sunarso.
-
Apa aset BRI saat ini? Berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasian pada September 2023, Aset BRI mencapai Rp1.851,97 T atau tumbuh 9,93% (yoy).
-
Apa yang BNI tingkatkan? PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp97.9 triliun di September 2023 kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
-
Bagaimana kinerja keuangan BSI? BSI juga membukukan pembiayaan yang solid yaitu Rp207,12 triliun. Selain itu, BSI berhasil menunjukkan pertumbuhan laba Rp4,26 triliun, atau bertumbuh signifikan 40,68%.
Selain itu, Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) terjaga pada tingkat yang bisa ditoleransi sebesar 1,8 persen, dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 1,3 persen, didukung oleh relaksasi kebijakan restrukturisasi.
Jahja menegaskan normalisasi restrukturisasi kredit akan menjadi fokus BCA pada tahun 2021. Sebagai tambahan, rasio pengembalian terhadap aset (return on asset/ROA) tercatat sebesar 3,3 persen dan rasio pengembalian terhadap ekuitas (return on equity/ROE) sebesar 16,5 persen pada tahun 2020.
Dia menambahkan, rata-rata kredit tumbuh 4,7 persen secara tahunan (YoY), sedangkan total fasilitas kredit untuk bisnis meningkat 5 persen YoY. Namun, karena adanya pelemahan aktivitas bisnis, maka fasilitas tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal, sehingga per akhir Desember 2020 total kredit BCA turun 2,1 persen YoY menjadi Rp575,6 triliun.
"Dengan demikian, secara konsolidasi total kredit tercatat sebesar Rp588,7 triliun, atau melemah 2,5 persen YoY," ujarnya.
Kendati menghadapi sejumlah tantangan, BCA dan entitas anak mampu mencatatkan pertumbuhan laba sebelum provisi dan pajak (PPOP) hingga 11,2 persen YoY menjadi Rp45,4 triliun, ditopang oleh peningkatan likuiditas, biaya dana yang lebih rendah, dan perlambatan belanja operasional.
Adapun dari sisi pembiayaan, kredit korporasi meningkat hingga 7,7 persen YoY menjadi Rp255,1 triliun, sejalan dengan semangat BCA membantu menggerakkan roda perekonomian nasional di tengah pandemi.
Sementara itu, kredit komersial dan UKM menurun 7,9 persen YoY menjadi Rp186,8 triliun. Pada portofolio kredit konsumer, KPR turun 3,7 persen YoY menjadi Rp90,2 triliun, KKB terkontraksi 22,6 persen YoY menjadi Rp36,9 triliun, dan saldo outstanding kartu kredit turun 20,6 persen YoY menjadi Rp11,2 triliun.
Secara total, kredit konsumer terkontraksi 10,8 persen YoY menjadi Rp141,2 triliun. Penurunan outstanding pada segmen konsumer tersebut disebabkan oleh tingkat pelunasan (repayment) yang lebih tinggi dibandingkan pemberian fasilitas kredit baru.
"Dari total portofolio kredit, sekitar 21,6 persen atau Rp127,2 triliun merupakan portofolio kredit keuangan berkelanjutan dalam rangka mendukung implementasi Environmental, Social, and Governance (ESG)," imbuhnya.
DPK Naik 19,3 persen
Jahja menjelaskan, kinerja dana pihak ketiga (DPK) naik sebesar 19,3 persen YoY sepanjang 2020, mencapai Rp 840,8 triliun. dari sisi pendanaan, BCA berhasil mencatatkan kinerja dana pihak ketiga yang sehat, di mana current account and savings account (CASA) tumbuh 21,0 persen YoY mencapai Rp643,9 triliun.
"Sementara, untuk deposito berjangka meningkat sebesar 14 persen YoY menjadi Rp196,9 triliun. Secara total, dana pihak ketiga naik 19,3 persen YoY menjadi Rp840,8 triliun di tahun 2020," kata Jahja.
Menurutnya, tahun 2020 telah menjadi tahun bersejarah bagi BCA, karena total aset Perseroan mampu menembus seribu triliun rupiah untuk pertama kalinya, yakni mencapai Rp1.075,6 triliun atau naik 17 persen YoY. "Pertumbuhan dana pihak ketiga tidak lepas dari tingginya tingkat kepercayaan nasabah serta kuatnya pondasi bisnis perbankan transaksi BCA, yang mana telah memperkokoh kontribusi CASA sebagai dana inti bank," katanya.
Di mana CASA berkontribusi sebesar 76,6 persen dari total dana pihak ketiga. Untuk memperkuat franchise perbankan transaksi, BCA fokus untuk terus memperluas basis nasabah sekaligus mengembangkan solusi digital secara konsisten.
Adapun jumlah transaksi melalui mobile dan internet banking terus bertumbuh dengan pesat, yakni sebesar 50,7 persen YoY. Pada tahun 2020, BCA memproses lebih dari 30 juta transaksi per hari secara rata-rata, atau naik 18,3 persen dari tahun 2019.
Hal ini ditopang dengan positifnya pertumbuhan likuiditas, sehingga BCA mampu mencetak pendapatan bunga yang lebih tinggi dari aset treasury, mengkompensasi imbal hasil (yield) dan outstanding kredit yang menurun.
"Selain itu, sejalan dengan tren penurunan suku bunga acuan dari Bank Indonesia, BCA mampu menurunkan suku bunga produk dana pihak ketiga, yang mana berdampak pada beban bunga yang lebih rendah," jelasnya.
Oleh karena itu, BCA mampu mempertahankan pertumbuhan positif pada pendapatan bunga bersih di 2020, yakni naik 7,3 persen YoY menjadi Rp54,5 triliun. Di sisi lain, pendapatan non-bunga menurun tipis 0,5 persen YoY, menjadi Rp20,2 triliun.
"Secara total, pendapatan operasional tercatat sebesar Rp74,8 triliun, atau meningkat hingga 5,1 persen YoY," tandasnya.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jahja menyebut, torehan laba BCA ditopang oleh peningkatan total kredit yang tumbuh sebesar 14,5 persen secara tahunan (YoY).
Baca SelengkapnyaDari sisi pendanaan, total dana pihak ketiga (DPK) Bank BCA naik 5 persen yoy menyentuh Rp1.125 triliun.
Baca SelengkapnyaPT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membukukan laba bersih Rp24,2 triliun di semester I-2023. Capaian laba ini meningkat sebesar 34,0 persen secara year on year.
Baca SelengkapnyaDalam waktu 3 bulan, BCA sudah meraup keuntungan Rp12,9 triliun di awal tahun 2024.
Baca SelengkapnyaAdapun total kredit di tahun 2023 mencapai Rp65,68 triliun, turun dibandingkan tahun 2022 yang sebesar Rp69,7 triliun.
Baca SelengkapnyaKenaikan laba ditopang pertumbuhan kredit yang berkualitas, peningkatan volume transaksi dan pendanaan, serta perluasan basis nasabah.
Baca SelengkapnyaCapaian tersebut tumbuh 15 persen (yoy) dibandingkan dengan perolehan laba bersih di tahun 2022 sebesar Rp3,04 triliun.
Baca SelengkapnyaSepanjang tahun 2023, BSI membukukan laba bersih senilai Rp5,70 triliun atau tumbuh 33,88 persen year on year (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya.
Baca SelengkapnyaFrekuensi transaksi mobile banking dan internet banking mencapai 23 miliar, naik 24 persen YoY.
Baca SelengkapnyaKredit untuk bisnis tercatat tumbuh dengan solid, baik di segmen korporasi maupun Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Baca SelengkapnyaDengan kinerja tersebut, BTN mencatatkan laba bersih sekitar Rp983,8 miliar atau naik sekitar 5,15 persen YoY.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan laba bersih ditopang dengan kontribusi pengembangan pembiayaan UMKM.
Baca Selengkapnya