Lentera Anak: Indonesia, negara di Asia yang menunda aksesi FCTC
Merdeka.com - Lentera Anak Indonesia bersama Pembaharu Muda di 17 kota dan berbagai organisasi dan komunitas anak muda tengah mengumpulkan surat dari berbagai kalangan sebagai bentuk dukungan kepada Presiden Joko Widodo untuk meratifikasi Konvensi Kerangka Kerja untuk Pengendalian Tembakau (FCTC). Indonesia disebut satu-satunya negara di Asia yang belum meratifikasi aturan ini.
"FCTC sudah melindungi anak-anak di 187 negara dari epidemi global konsumsi tembakau. Indonesia satu-satunya negara di Asia yang masih menunda aksesi FCTC," kata Ketua Lentera Anak Indonesia Lisda Sundari seperti dilansir Antara, Jakarta, Rabu (11/5).
Menurut Lisda, bila tidak segera meratifikasi FCTC, Indonesia akan gagal menikmati bonus demografi. Sebab, pada 2020, anak muda rentan menjadi penduduk produktif yang sakit-sakitan dan pada akhirnya menjadi beban ekonomi.
-
Siapa yang terkena dampak buruk dari merokok? Tidak hanya perokok aktif, perokok pasif juga terkena dampak serius dari paparan asap rokok.
-
Kenapa anak rentan terkena bahaya asap rokok? Bagi anak-anak dan individu dengan masalah pernapasan, paparan terhadap asap rokok yang menempel pada pakaian bisa menjadi risiko kesehatan yang serius.
-
Siapa yang terdampak zat berbahaya rokok? Rokok telah lama dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, dan bukan tanpa alasan.
-
Apa dampak asap rokok ke anak? Anak-anak yang terpapar asap rokok berisiko tinggi mengalami infeksi pernapasan, seperti bronkitis dan pneumonia.
-
Kenapa pria muda di Indonesia mudah terpengaruh merokok? Penelitian dari Bastonus dan Herieningsih (2017) mengatakan bahwa penyebab tingginya jumlah pria muda yang merokok di Indonesia adalah akibat persepsi maskulinitas dan iklan rokok yang sangat mudah dijumpai.
-
Kenapa anak terpengaruh rokok? Jika orang tua merokok, anak mungkin akan meniru kebiasaan tersebut.
"Hal itu dapat mengancam bonus demografi yang hanya terjadi sekali sepanjang sejarah dari sebuah negara," ujarnya.
Pengumpulan surat dilakukan secara langsung maupun daring. Pembaharu Muda asal Pandeglang Imam Rahma Sanjaya misalnya, mendatangi sekolah-sekolah untuk mengumpulkan surat yang dibuat siswa dan siswi.
Begitu pula dengan Pembaharu Muda dari Jakarta Citra Demi Kirana yang mengumpulkan surat dari anak-anak di Ruang publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA).
Sedangkan, Pembaharu Muda dari Padang, Febrian dan Gesyca tengah mengumpulkan surat dari 18 kota dan kabupaten di Sumatera Barat bersama anak-anak dari Forum Anak Sumatera Barat.
"Surat yang terkumpul akan diantarkan kepada Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, pada peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia, akhir Mei 2016 mendatang," jelas Lisda.
Saat ini surat yang terkumpul sudah mencapai 5.000 surat dari target 10.000 dan masih menunggu kiriman surat dari masyarakat di seluruh Indonesia.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kondisi kesehatan mental punya dampak yang signifikan terhadap perkembangan anak muda.
Baca SelengkapnyaIndonesia mengalami peningkatan signifikan dalam jumlah kasus penyakit kritis dalam beberapa tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaMemanfaatkan bonus demografi yang akan berlangsung hingga 2035 akan menjadi peluang RI keluar dari situasi ini.
Baca SelengkapnyaCalon mahasiswa enggan mengambil jurusan kejuruan karena dianggap berstatus rendah, meski lebih diminati.
Baca SelengkapnyaKarakter Gen Z sudah tidak sama lagi dengan generasi sebelumnya. Sehingga cara pandang mereka terhadap dunia kerja juga berbeda.
Baca SelengkapnyaHabib Jafar mengatakan jika pemuda melakukan tindakan teror maka bisa terdampak seperti kepercayaan dunia kepada Indonesia.
Baca SelengkapnyaMereka menikah karena hamil duluan, lalu cerai setelah melahirkan
Baca SelengkapnyaBanyak pasien kanker anak baru mengetahui kondisi kesehatannya setelah memasuki stadium lanjut.
Baca SelengkapnyaStunting menjadi permasalahan serius yang mengancam sumber daya manusia (SDM) Indonesia.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan laporan Business World, peringkat daya saing dari SDM Indonesia berada di ranking 45 dari 67 negara.
Baca SelengkapnyaDibantu PBB, Indonesia Bangun Sistem Kesehatan yang Tahan Terhadap Perubahan Iklim
Baca Selengkapnya