Lion Air Belum Berencana Negosiasi Ulang Kontrak Pembelian 1.000 Pesawat Boeing
Merdeka.com - Lion Air Group belum berencana menegosiasi ulang kontrak dengan pihak perusahaan manufaktur asal Amerika Serikat, Boeing Company terkait dengan kecelakaan Boeing 737 Max 8 dan adanya retakan di dua pesawat Boeing 737 NG.
"Kita terlalu jauh bicara itu. Setiap kontrak kami evaluasi, tapi dari sudut pandang mana dulu, kalau dengan ‘case’ (kecelakaan dan retakan), kita belum ada langkah ke situ (renegosiasi kontrak)," kata Presiden Direktur Lion Air Group, Edward Sirait usai penyambutan pesawat Airbus 330-300CEO di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten dikutip dari Antara.
Kendati demikian, Edward mengatakan renegosiasi bisa saja dilakukan tergantung dari keputusan bisnis kedua belah pihak yang didukung dengan dasar hukum yang kuat.
-
Siapa pemilik Lion Air Group? Melansir dari laman Forbes.com, sosok ini memiliki kekayaan bersih senilai USD1,7 miliar di tahun 2015 lalu. Sosok Rusdi Kirana selama ini dikenal sebagai pemilik maskapai dengan biaya murah, Lion Air Group.
-
Bagaimana negosiasi dilakukan? Proses ini melibatkan pertukaran informasi, argumen, dan penawaran antara pihak-pihak dengan kepentingan yang berbeda, namun berusaha mencapai hasil yang memuaskan bagi semua.
-
Bagaimana Lion Air berkembang? “Kemampuan beradaptasi Rusdi telah membantunya dengan baik dalam bisnis penerbangan yang bergejolak,“ tulis Forbes.com dikutip di Jakarta, Jumat (18/8). Perjalanan karier Rusdi Kirana dan saudaranya Kusnan merintis bisnis penerbangan Lion Air dimulai pada tahun 1999 silam. Saat itu, keduanya hanya memiliki modal sebesar USD900.000. Namun, dalam waktu relatif singkat Lion Air mampu menjadi maskapai penerbangan terbesar di Indonesia.
-
Apa yang membuat Lion Air sukses? “Kemampuan beradaptasi Rusdi telah membantunya dengan baik dalam bisnis penerbangan yang bergejolak,“ tulis Forbes.com dikutip di Jakarta, Jumat (18/8). Perjalanan karier Rusdi Kirana dan saudaranya Kusnan merintis bisnis penerbangan Lion Air dimulai pada tahun 1999 silam. Saat itu, keduanya hanya memiliki modal sebesar USD900.000. Namun, dalam waktu relatif singkat Lion Air mampu menjadi maskapai penerbangan terbesar di Indonesia.
-
Kenapa negosiasi penting? Dalam berbagai konteks, baik dunia bisnis maupun kehidupan sehari-hari, negosiasi menjadi kunci dalam menyelesaikan konflik, pengambilan keputusan kolektif, atau mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.
-
Bagaimana cara membuat kebijakan yang menguntungkan kedua pihak? Diperlukannya peran dari pemerintah untuk membuat kebijakan yang bisa memberikan keuntungan bagi kedua pihak.Serta tidak menyebabkan kerugian bagi penduduk dan alam.
"Contoh kami bisa revaluasi kontrak, kami rencanakan order 1.000 pesawat sampai 2050, tapi kami lihat perkembangan pasar 1.000 dipanjangkan jadi 2050, boleh enggak, boleh. Atau dari pihak sana ada tipe baru, renegosiasi bisa," katanya.
Edward menegaskan lain halnya apabila ada pernyataan resmi dari pihak manufaktur bahwa ada kerusakan dari jenis pesawat tersebut, maka pihak maskapai sebagai mitra bisnis bisa menuntut kontrak kerja sama tersebut.
"Kecuali dari sana sudah bicara ‘manufacture failure’ bahwa pesawat itu enggak bisa diterbangkan, kita bisa ‘kan bilang pesanan kita ini gimana. Ini kan konteksnya kita buat perjanjian dalam keadaan sehat walafiat, ya enggak mungkin renegosiasi datang dari sepihak," katanya.
Terkait dua pesawat Boeing 737 NG yang mengalami keretakan, Edward mengatakan saat ini masih dalam perbaikan.
"Tidak tiba-tiba dinyatakan pesawat itu tidak laik, pesawat apabila mengalami perbaikan ya di-grounded. Intinya safety, diperintahkan, dikerjakan, kalau sudah selesai ya jalan," katanya.
Sebelumnya, dua pesawat jenis Boeing 737 NG milik maskapai penerbangan Lion Air juga ditemukan retak menyusul dua milik Sriwijaya Air dan satu milik Garuda Indonesia setelah dilakukan pemeriksaan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub menyatakan telah memanggil pihak Boeing untuk menindaklanjuti retakan itu.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) Irfan Setiaputra meminta Kemenhub meninjau ulang TBA tiket pesawat.
Baca SelengkapnyaJakarta Lloyd punya utang sekitar Rp750 miliar. Jumlahnya pun beragam, ada yang ratusan juta hingga di atas Rp50 miliar.
Baca SelengkapnyaLion Air Group saat ini menguasai hampir 70 persen dari market share pesawat domestik dengan total 367 pesawat.
Baca SelengkapnyaNamun, belum ada mengenai rincian jumlah saham yang akan ditawarkan.
Baca SelengkapnyaMeskipun begitu, Erick tak ingin hanya berfokus pada salah satu merek pesawat tertentu dalam mengawal keselamatan penerbangan.
Baca SelengkapnyaDirektur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Wamildan Tsani Panjaitan mengaku pihaknya telah melakukan komunikasi dengan perusahaan COMAC.
Baca SelengkapnyaMenurut Menhub Budi, ada empat faktor utama yang membuat batas tarif pesawat melonjak.
Baca SelengkapnyaCuaca Buruk, Lion Air Batal Mendarat di Aceh dan Kembali ke Bandara Kualanamu
Baca Selengkapnya