LPS sebut perbankan Indonesia aman dari gejolak ekonomi dunia
Merdeka.com - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Halim Alamsyah, menyatakan bahwa kondisi perbankan dalam negeri saat ini siap dalam menghadapi gejolak perekonomian dunia. Salah satu tandanya ialah pemberian kredit yang disalurkan perbankan lebih banyak menggunakan Rupiah ketimbang Dolar Amerika Serikat atau USD.
"Perbankan kita relatif setelah krisis (tahun) 1997 dan 1998, apalagi dengan pengetatan aturan prudensial dikatakan bahwa perbankan kita cenderung bermain di dalam negeri sendiri lebih banyak mereka condong memberikan kreditnya itu bahkan ke Rupiah lebih banyak kan. Rata-rata cuma 14 persen pemberian kredit terhadap valas," ungkap Halim saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Rabu (12/9).
Halim menyebut, selain pada pemberian kredit, penguatan perbankan dalam negeri juga tercemin dari posisi devisa neto (net open position). Sebab, perbankan sangat konservatif dalam memberikan kredit dalam bentuk USD.
-
Kenapa kebutuhan uang Bank Indonesia meningkat? 'Jumlah tersebut meningkat 12,5 persen, jika dibandingkan dengan kebutuhan uang dalam periode yang sama menjelang nataru di akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,4 triliun rupiah,' kata Erwin, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/12).
-
Bagaimana BNI menghadapi krisis? BNI terbukti tangguh dalam menghadapi krisis yang terjadi di tahun 1998, 2005, 2008, dan 2020. BNI melakukan berbagai transformasi bisnis digital untuk tetap bisa mengerek kinerja keuangan, salah satunya dengan membangun ekosistem digital nelayan.
-
Bagaimana cara Bank Pemerintah mengelola keuangan negara? Bank pemerintah bertanggung jawab untuk mengelola keuangan publik, termasuk penerimaan dan pengeluaran negara. Mereka memproses transaksi keuangan pemerintah, mengelola anggaran, dan memastikan keseimbangan keuangan yang sehat.
-
Siapa saja bank yang terlibat? Bank Rakyat Indonesia, Bank Katimtara, Bank Perkreditan Rakyat merupakan perbankan yang turut berpartisipasi dalam acara Sosialisasi Penguatan Modal tersebut.
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditas di tengah kenaikan BI Rate? 'Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,' tambahnya.
-
Apa Redenominasi Rupiah itu? Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan.
"Dan ini juga tercermin dari net open position mereka (perbankan). Mereka tidak pernah lebih dari 10 persen padahal maksimumnya diberikan 20 persen perbandingan antara aset valas dikurangi dengan liabilitas valas," ungkapnya.
Dengan begitu, dirinya menilai, gejolak perekonomian dunia saat ini dampaknya tidak terlalu terlalu besar untuk sektor perbankan di dalam negeri. Sebab, perbankan lebih banyak melakukan transaksi menggunakan Rupiah.
"Jadi perbankan kita gejolak kurs buat mereka mereka enggak takut karena sumber pendaptannya bukan dari valas. Dan mereka pendapatannya dari kredit dalam Rupiah itu," terangnya.
"Saya rasa mereka lebih rasional dalam artian ngapain saya susah-susag cari keuntungan kalau kredit dalam rupiah net interest margin 5 persen. Kalau dalam dolar paling cuma tipis berapa jadi mereka rasional mengejar profit," tutup Halim.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengakui nilai tukar Rupiah masih tertekan oleh dolar AS.
Baca SelengkapnyaPelemahan rupiah tidak lebih buruk dibandingkan Peso Filipina, Baht Thailand, dan Won Korea .
Baca SelengkapnyaPelemahan Rupiah terhadap mata uang Negara Paman Sam hanya 2,34 persen.
Baca SelengkapnyaIndonesia patut bersyukur karena pertumbuhan ekonomi masih di atas 5 persen di tengah kondisi perekonomian global yang melemah.
Baca SelengkapnyaDPR mencermati dinamika dan dampak dari konflik geopolitik
Baca SelengkapnyaHal itu berdasarkan rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 25 Oktober 2023
Baca SelengkapnyaNilai tukar (kurs) Rupiah berada di level Rp15.618 per USD.
Baca SelengkapnyaPer 20 Februari 2024, nilai tukar Rupiah kembali menguat 0,77 persen secara poin to poin (ptp) setelah pada Januari 2024 melemah 2,43 persen.
Baca SelengkapnyaMenko Airlangga membeberkan biang kerok Rupiah anjlok beberapa waktu lalu.
Baca SelengkapnyaBegini untung rugi Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaMenyikapai Rupiah terus melemah, Kementerian Keuangan terus memperkuat koordinasi bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan kredit tersebut menunjukkan kualitas kredit terjaga di tengah situasi global yang mengalami pelemahan.
Baca Selengkapnya