Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

LSM asing: Kesepakatan blok dagang AS lebih buruk dari perkiraan

LSM asing: Kesepakatan blok dagang AS lebih buruk dari perkiraan

Merdeka.com - Dokumen kesepakatan Trans-Pacific Partnership (TPP) telah dirilis pertama kalinya oleh pemerintah Selandia Baru. Manuskrip enam ribu halaman tersebut merupakan kristalisasi dari proses negosiasi dilakukan 12 negara selama lima tahun terakhir.

Kendati demikian, dokumen itu masih perlu diratifikasi masing-masing negara peserta. Tak menutup kemungkinan, mereka menguji kembali (legal review) dokumen tersebut.

Banyak kritik berdatangan menyusul publikasi dokumen kerja sama blok dagang yang rencananya bakal diikuti Indonesia tersebut. Di antaranya, bias kepentingan korporasi dan mengabaikan masalah perubahan iklim.

Public Citizen's Global Trade Watch menyebut dokumen final itu menunjukkan kesepakatan-kesepakatan yang tercapai lebih buruk dari perkiraan.

"Rupanya, pendukung TPP merahasiakan proses negosiasi. Sebab, dokumen menunjukkan bahwa TPP bakal berdampak pada terbukanya pasar tenaga kerja di Amerika, penurunan upah pekerja, membanjirnya makanan impor berbahaya, dan lainnya," kata Lori Wallach, direktur lembaga advokasi konsumen berbasis di Amerika Serikat itu, seperti dilansir BBC, Jumat (6/11).

Di sisi lain, TPP juga tak sepenuhnya diterima di Amerika Serikat. Padahal Negara Paman Sam tersebut merupakan motor dari blok dagang tersebut.

Tiga bakal calon presiden Partai Demokrat menentang. Yaitu, Hillary Clinton, Martin O'Malley, dan Bernie Sanders.

Justin Trudeau, Perdana Menteri anyar Kanada, menuduh pemerintahan terdahulu tak transparan dalam bernegosiasi. Meskipun, pada prinsipnya, partai Trudeau mendukung perdagangan bebas.

"Pemerintah federal harus tetap memegang omongannya dan menjaga kepentingan publik Kanada selama proses ratifikasi TPP. Termasuk di dalamnya memertahankan manajemen suplai, sektor otomotif kita, dan manufaktur di seluruh negeri."

Di Australia, Menteri Investasi dan Perdagangan Andrew Robb mengatakan publikasi dokumen TPP merupakan bagian dari kesepakatan bersama. Dengan begitu, publik bisa mengkritisinya sebelum dokumen itu resmi diteken negara anggota.

(mdk/yud)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
CEK FAKTA: Hoaks Menteri AS Sebut Kominfo Bodoh karena Tak Tahu Data Nasional Diserang Hacker
CEK FAKTA: Hoaks Menteri AS Sebut Kominfo Bodoh karena Tak Tahu Data Nasional Diserang Hacker

Benarkan Menteri AS sebut Kemenkominfo bodoh usai data nasional dihack? Simak penelusurannya

Baca Selengkapnya
Pentagon Blak-Blakan Soal Keberadaan Alien, Rilis Pernyataan Terbaru, Begini Isinya
Pentagon Blak-Blakan Soal Keberadaan Alien, Rilis Pernyataan Terbaru, Begini Isinya

Laporan setebal 60 halaman itu menjelaskan secara rinci sejarah penelitian pemerintah

Baca Selengkapnya
Peraturan Mendag Ini Disebut Bikin Industri Tekstil Dalam Negeri Terancam
Peraturan Mendag Ini Disebut Bikin Industri Tekstil Dalam Negeri Terancam

Mendag beri penjelasan kebijakan ini justru untuk mengendalikan kemudahan aktivitas impor ke dalam negeri.

Baca Selengkapnya
Dugaan Demurrage Beras Bulog, Pakar Sebut Ada Mekanisme yang Salah
Dugaan Demurrage Beras Bulog, Pakar Sebut Ada Mekanisme yang Salah

Trubus mendorong adanya pengusutan soal dugaan penyelundupan beras tersebut yang menimbulkan demurrrage Rp294 miliar.

Baca Selengkapnya
CEK FAKTA: Hoaks PM Singapura Sebut Indonesia Tidak Akan Maju karena Gila Agama
CEK FAKTA: Hoaks PM Singapura Sebut Indonesia Tidak Akan Maju karena Gila Agama

Beredar tangkapan layar yang mengeklaim PM Singapura menyebut Indonesia sebagai negara yang tidak akan maju karena gila agama

Baca Selengkapnya
Donald Trump Jadi Presiden Amerika, Bank Indonesia Wanti-wanti Lima Hal Ini
Donald Trump Jadi Presiden Amerika, Bank Indonesia Wanti-wanti Lima Hal Ini

Terdapat lima aspek utama yang perlu diperhatikan terkait kebijakan ekonomi dan politik di bawah kepemimpinan Trump.

Baca Selengkapnya