Mahalnya harga pangan jadi 'kado' awal tahun 2018
Merdeka.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengakui harga beberapa bahan pokok mengalami kenaikan di awal tahun 2018 ini. Darmin berjanji akan menjaga harga pangan tersebut agar tidak terpengaruh terhadap inflasi.
"Sumber inflasi bisa administered prices dan pangan. Kalau administered prices, kuartal I tidak ada perubahan. Soal pangan, terutama beras, sedang meningkat harganya," kata Darmin dikutip dari Antara, Jumat (5/1).
Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) tersebut mengaku ingin mengetahui secara langsung berapa jumlah panen yang terjadi pada Januari dan Februari 2018.
-
Dimana harga bahan pangan naik? Tak hanya beras, harga sejumlah bahan pangan di Jakarta terpantau merangkak naik.
-
Dimana harga beras juga naik? Kenaikan harga sembako juga terjadi di Pasar Belakang Kodim Brebes. Harga telur ayam dari Rp26.000 per kilogram menjadi Rp28.000 per kilogram. Begitu pula dengan harga beras medium yang naik Rp1.000 per kilogram.
-
Harga bahan pangan apa yang naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Bagaimana harga beras di pasaran? Harga beras di pasaran masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
-
Kenapa harga beras naik di Jawa Tengah? Kenaikan ini dinilai signifikan dengan kondisi kemarau panjang yang sedang melanda berbagai daerah di Jawa Tengah.
-
Kenapa harga beras masih mahal? Berdasarkan data Bapanas per Selasa (19/3), harga beras premium berada di kisaran Rp16.490,- per Kg. Harga beras terpantau masih mahal.
"Kelihatannya tanaman di lapangan ada, tetapi belum saatnya panen. Kami memastikan berapa panen di Januari dan Februari. Kalau di Maret sudah pasti banyak karena terjadi panen raya," ucap Darmin.
Pantauan di lapangan, ternyata bukan hanya harga beras yang mengalami kenaikan. Harga pokok lainnya juga meroket di awal tahun ini. Berikut rinciannya:
Sembako di Pekalongan mahal
Harga cabai merah dan sembako di sejumlah pasar tradisional di Kota Pekalongan, Jawa Tengah pada awal Januari 2018 makin melonjak. Ini terjadi karena pasokan komoditas tersebut berkurang.
Beberapa pedagang sayuran dan sembako di Pekalongan mengatakan, bahwa memasuki awal 2018, hampir sebagian besar kebutuhan pokok maupun jenis sayuran masih bertahan tinggi karena pasokannya berkurang.
"Kenaikan harga sayuran maupun beras sudah mulai terjadi menjelang Natal 2017 dan Tahun Baru 2018. Akan tetapi, hingga awal tahun ini harga masih bertahan tinggi, bahkan cenderung terus naik," kata pedagang sayuran, Nurahmah seperti ditulis Antara, Jumat (5/1).
Dia mengatakan, komoditas jenis cabai rawit, cabai setan, dan cabai merah kini mencapai Rp 32.000 per Kilogram atau naik 100 persen dibandingkan dengan harga sebelumnya yang sebesar Rp 16.000 per Kilogram.
"Adapun, untuk harga beras kualitas premium sudah mencapai antara Rp 11.500/Kg hingga Rp 12.000/Kg. Adapun untuk komoditas sayuran seperti cabai sudah naik mencapai Rp 32.000/Kg," kata dia.
Kendati harga sembako maupun cabai naik, kata dia, permintaan masyarakat terhadap komoditas tersebut masih relatif cukup tinggi.
"Kenaikan harga sembako dan cabai ini, kami tidak mengetahui pasti kapan akan bisa turun. Yang jelas, kenaikan harga sembako maupun jenis sayuran tidak menguntungkan pedagang," katanya.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Pekalongan Zaenul Hakim mengatakan pemkot segera menindaklanjuti informasi masyarakat terkait dengan adanya kenaikan harga kebutuhan pokok itu.
"Kami akan menerjunkan tim ke lapangan untuk melakukan pendataan harga kebutuhan pokok dan sayuran, serta jenis komoditas lainnya sekaligus untuk langkah antisipasinya," kata dia.
Harga telur ayam meroket
Harga telur ayam melonjak cukup tinggi dalam beberapa minggu terakhir ini. Pedagang telur biasa menjual dengan harga Rp 20.000-Rp 22.000 per Kg, kini terpaksa menjual dengan harga paling murah Rp 26.000 per Kg.
Salah satu pedagang di Pasar Jatinegara, Okta mengungkapkan, sudah beberapa pekan sebelum Natal dia menjual telur ayam dengan harga tinggi.
"Terpaksa jual dengan harga tinggi padahal saya biasanya pernah jual sampai Rp 19.000 per Kg," kata Okta kepada Merdeka.com, Jumat (5/1).
Okta menjelaskan, rata-rata penjual melepas harga telur kisaran Rp 26.000 per Kg dan Rp 14.000 per setengah Kg. Bahkan di tingkat eceran harga telur bisa tembus Rp 28.000 per Kg.
"Kalau setengah kilogram itungannya Rp 14.000," ujarnya.
Menurut Okta, kondisi telur ayam yang beredar saat ini tidak sesuai harapan. Ukuran telur ayam terlampau besar sehingga dalam satu Kg telur ayam hanya terdapat sedikit telur.
"Satu Kg telur ayam biasanya 16 butir sekarang paling cuma 14 butir. Yang beli setengah kilogram biasanya tinggal ambil 8 butir sudah pas sekarang paling 7 butir. Telurnya besar-besar padahal yang beli sukanya yang kecil-kecil biar banyak," ujarnya.
Harga daging ayam mahal
Harga daging ayam melambung cukup tinggi di beberapa daerah menjelang akhir tahun 2017 lalu. Kondisi ini juga terjadi di Ibu Kota Jakarta.
Salah satu pedagang daging ayam di Pasar Jatinegara, Bagus menuturkan, normalnya harga daging ayam potong adalah Rp 30.000 per ekor namun beberapa pekan terakhir dia bisa menjual hingga Rp 40.000 rupiah.
"Pernah sampai Rp 40.000 an," kata Bagus kepada Merdeka.com , Jumat (5/1).
Bagus menjelaskan, kenaikan harga tersebut bukan hal aneh lagi dalam periode Natal dan Tahun Baru. Ini merupakan semacam siklus tahunan, yang membedakan adalah lamanya kenaikan dan besaran harga kenaikan.
Kendati demikian Bagus mengungkapkan memasuki tahun 2018 harga daging ayam mulai turun meski masih dalam kategori mahal.
"Sekarang bisa Rp 35.000 an," ujarnya.
Pantauan Merdeka.com harga daging ayam broiler atau ras untuk wilayah DKI Jakarta menurut situs Info Pangan Jakarta hari ini adalah Rp 34.650 atau turun Rp 175 dibanding hari sebelumnya.
Harga cabai mahal
Harga cabai di pasar tradisional terpantau masih tinggi di awal tahun 2018. Berdasarkan pantauan merdeka.com, kondisi ini sudah terjadi sejak dua pekan lalu.
Salah satu pedagang di Pasar Jatinegara , Yudi mengungkapkan harga cabai rawit saat ini mencapai Rp 60.000 per kilogram (kg), padahal awalnya harga cabai hanya Rp 30.000 per Kg.
"Cabai semua jenis mahal. Paling mahal yang cabai rawit merah," kata Yudi kepada Merdeka.com, Jumat (5/1).
Yudi mengaku tidak mengetahui kenapa harga cabai sangat mahal padahal biasanya harga pangan di periode natal dan tahun baru tidak semahal seperti periode lebaran idul fitri.
"Tidak tahu (penyebab harga cabai mahal) mungkin karena cuaca buruk jadi banyak yang gagal panen," ujar Yudi.
Yudi berharap harga cabai bisa turun secepatnya sebab saat harga tinggi bukan hanya pembeli yang dirugikan namun penjual juga merasa rugi. "Ya sama saja tidak enak kalau harga mahal kan pembeli suka jadi sedikit," keluhnya.
Harga cabai di Jember jadi Rp 45.000 per Kg
Harga cabai rawit di pasar tradisional Kabupaten Jember, Jawa Timur, terus merangkak naik hingga mencapai Rp 45.000 per kilogram (Kg). Ini terjadi karena pasokan dari petani berkurang akibat musim hujan.
"Stok cabai di pasar menipis karena masih banyak petani yang belum panen, sedangkan permintaan masyarakat akan komoditas bahan baku sambal tersebut cenderung stabil," kata pedagang cabai di Pasar Tanjung Jember, Saiful, dikutip dari Antara, Kamis (4/1).
Menurutnya, harga cabai rawit pada pertengahan November berkisar Rp 20.000 hingga Rp 25.000 per kilogram dan kenaikan terjadi sejak awal Desember 2017 secara perlahan-lahan mulai naik menjadi Rp 30.000, kemudian Rp 35.000 per kilogram hingga Rp 40.000 per kilogram pada akhir Desember 2017.
"Harga cabai rawit terus merangkak naik pada awal Januari 2018 yakni mencapai Rp 45.000 per kilogram untuk kualitas super, sedangkan untuk cabai rawit campuran merah dan hijau sekitar Rp 40.000 per kilogram," katanya.
Dia memprediksi harga cabai rawit terus menanjak karena curah hujan di Jember cukup tinggi dan pasokan cabai dari berbagai daerah luar Jember juga berkurang, sehingga persediaan cabai di pasaran juga terbatas.
Sementara pedagang sayur keliling, Tatik, mengaku telah menaikkan harga cabai rawit menjadi Rp 2.000 per bungkus yang berisi sekitar 10-12 cabai, padahal sebelumnya hanya Rp 1.000.
"Harga cabai terus naik, sehingga kami terpaksa menaikkan harga jual per bungkus agar tidak merugi karena harga di pasaran juga sudah naik," ujarnya. (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kemendag menyebut bahwa jika harga beras murah maka akan berimbas pada petani.
Baca SelengkapnyaJokowi menyampaikan sulitnya pemerintah menjaga keseimbangan harga beras. Sebab, masyarakat akan mengeluh apabila harga beras naik, sementara petani senang.
Baca SelengkapnyaHari ketiga Ramadan harga beras masih tinggi, Menteri Perdagangan klaim hal ini penyebabnya.
Baca Selengkapnya"Bansos itu enggak ada kaitannya sama harga (beras)," ketua Bapanas) Arief Prasetyo
Baca SelengkapnyaMenko Airlangga membeberkan penyebab harga bahan pangan, khususnya beras yang melambung dalam beberapa bulan terakhir.
Baca SelengkapnyaHarga beras medium kini bertengger di atas Rp12.000 per kg dari semula hanya Rp10.000 per kg
Baca SelengkapnyaBeras menjadi komoditas yang menyumbang inflasi terbesar pada Agustus 2023.
Baca SelengkapnyaHarga Beras Meroket, Inflasi Naik Jadi 2,75 Persen di Februari 2024
Baca SelengkapnyaPlt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti mengungkap penyebab harga beras meroket.
Baca SelengkapnyaHarga gabah di tingkat petani pada Agustus 2024 secara tahunan terpantau masih terus alami kenaikan.
Baca SelengkapnyaDalam catatan BPS, pada tahun 1999 setelah krisis finansial Asia Indonesia mengalami pernah deflasi selama 7 bulan berturut-turut.
Baca SelengkapnyaMenurut Airlangga, berdasarkan hasil pemantauan secara mingguan, daging ayam ras saat ini Rp38.150 per Kg atau naik 0,32 persen.
Baca Selengkapnya