Malaysia di ambang krisis keuangan seperti 1998
Merdeka.com - Kondisi perekonomian Malaysia mulai terpuruk. Pasar saham terpukul akibat penurunan harga komoditas global serta skandal politik yang menimpa pimpinan Negeri Jiran. Salah satu politisi oposisi Malaysia menyebut negaranya sedang menghadapi krisis keuangan seperti 1998 silam,
Anggota parlemen Malaysia dari oposisi, Wong Chen menyebut, kesehatan ekonomi suatu negara berkaitan erat dengan kondisi politik. "Faktor terbesar yang kita khawatirkan adalah tingkat kepercayaan domestik telah turun dan dampaknya pajak barang dan jasa juga anjlok. Ini fakta bahwa politik sangat tidak stabil," ucap Chen seperti dikutip dari CNBC, Senin (23/11).
Pajak barang jasa di Malaysia diharapkan menopang 6 persen pendapatan pemerintah. Namun, target ini terancam karena masyarakat Malaysia juga mengurangi belanja. Pada saat yang sama, masyarakat Malaysia juga berjuang dengan tingkat utang pribadi yang tinggi. Chen khawatir, jika terjadi gagal bayar utang maka akan memicu krisis keuangan seperti 1998 silam, yang disebabkan kejenuhan utang dalam mata uang dolar.
-
Kenapa kemenko perekonomian perlu tingkatkan pertumbuhan ekonomi? Pertumbuhan (ekonomi) pertahun 5% tidaklah cukup. Jadi kita butuh tumbuh 6% sampai 7%. Namun salah satu yang menjadi catatan yaitu ICOR (Incremental Capital Output Ratio) kita di tahun ini terlalu tinggi yaitu 7,6. Ini artinya bahwa investasi yang kita masukkan belum terlalu optimal,“ tutur Menko Airlangga.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi bisa dicapai? Pengembangan kuantitas produksi berikut umumnya disebabkan oleh semakin majunya teknologi, adanya inovasi bisnis yang efisien serta eskalasi minat konsumen pada tren tertentu.
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi Indonesia harus di atas 7%? 'Kalau kita mau menuju Indonesia emas, pertumbuhan ekonomi kita harus di atas 7 persen. Pendapatan per kapita kita harus di atas 10 ribu dolar AS. GDP kita harus 5-6 terbesar di dunia. Oleh karena itu dibutuhkan mesin pendongkrak ekonomi,' ujar Bahlil saat Kuliah Umum di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Jawa Barat, Kamis (17/7).
-
Kenapa sulit cari kerja di Indonesia? Susahnya mencari pekerjaan masih menjadi masalah di Tanah Air Tak hanya karena lapangan kerja yang minim, rendahnya kemampuan pribadi juga jadi sebab kesulitan mencari pekerjaan
-
Apa yang menyebabkan permasalahan keuangan di Sumatera? Masalah Keuangan Melonjaknya inflasi ini membuat Pemerintah Provinsi Sumatra harus mencari cara untuk menyelesaikan masalah tersebut.
-
Apa target pertumbuhan ekonomi Indonesia? Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Pemerintah menyepakati target sasaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 mendatang berada pada rentang 5,3 persen sampai 5,6 persen.
"Di dalam negeri, tingkat utang rumah tangga cukup tinggi. Kondisi sekarang membutuhkan pertumbuhan ekonomi dan itu tidak terjadi," ucap anggota oposisi dari Parti Keadilan Rakyat tersebut.
Wong menyebut, kredit macet atau gagal bayar konsumen di Malaysia sudah mulai menunjukkan peningkatan dalam enam bulan terakhir. Selain itu, utang rumah tangga penduduk Malaysia juga relatif tinggi yang mencapai 88 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Hasil penelitian Nielsen terbaru menyebut, kepercayaan konsumen Malaysia turun ke angka 78 poin selama periode Juli hingga September. Angka ini anjlok 11 persen jika dibanding periode yang sama tahun lalu. Kepercayaan konsumen 78 poin ini juga merupakan rekor terendah sejak survei dimulai pada 2005 silam, serta terburuk di ASEAN di periode tersebut.
Ekonomi Malaysia tumbuh melambat meski pemerintah setempat menyoroti bahwa ekonomi masih sehat. Pemerintah Malaysia memperkirakan pertumbuhan ekonomi sekitar 4,5 - 5,5 persen tahun ini, menempatkan Malaysia dalam bahaya karena ini pertumbuhan paling lambat sejak 2009 silam.
Malaysia terpukul keras terkait rencana kenaikan suku bunga The Fed yang memicu kaburnya dana asing dari Negeri Jiran. Selain itu, harga komoditas ekspor utama Malaysia juga sedang anjlok, harga minyak sawit turun tajam dan diperdagangkan di level terendah sejak krisis keuangan Asia akhir 1990-an.
Bagaimanapun juga, pemerintah Malaysia tetap optimis tentang perekonomian negaranya. Menteri Perdagangan Internasional dan industri Malaysia, Mustapa Mohamed mengatakan, ada reaksi berlebihan terhadap penurunan harga minyak. Padahal minyak dan komoditas hanya menyumbang 20 persen dari ekspor, sementara manufaktur lebih penting karena menyumbang 50 persen angka ekspor Malaysia.
"Pasar memang belum terlalu baik, tapi fundamental Malaysia tetap kuat. Kami pikir risiko terburuk sudah berakhir, mudah-mudahan," ucap Mustapa. (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurut pemerintah, deflasi saat ini dipengaruhi oleh penurunan permintaan pasar global akibat konflik internasional.
Baca SelengkapnyaRupiah kembali melemah hingga ke level Rp16.000 terhadap mata uang dolar AS seperti yang pernah dialami Indonesia saat krisis moneter 1998.
Baca SelengkapnyaArsjad mengatakan, Indonesia saat ini masih dalam konteks terjebak di perangkat negara berpendapatan menengah (middle income trap).
Baca SelengkapnyaKala itu, permasalahan ekonomi muncul akibat ketidakpuasan masyarakat terhadap kondisi perpolitikan saat itu.
Baca SelengkapnyaMenteri Keuangan Sri Mulyani menilai menuju target tersebut bukan perkara gampang.
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo (Jokowi) meminta publik memeriksa betul apa penyebab dari deflasi tersebut.
Baca SelengkapnyaMacetnya pertumbuhan ekonomi karena selalu bergantung pada konsumsi domestik.
Baca SelengkapnyaKetua Badan Anggaran DPR RI, Said Abdullah, mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 10 tahun terakhir tidak beranjak dari angka 5 persenan.
Baca SelengkapnyaPermasalahan anggaran juga akan dihadapi kabinet Prabowo-Gibran pada masa awal pemerintahan di tahun depan.
Baca SelengkapnyaTarget 8 persen baru bisa terwujud selama Prabowo menjabat sebagai presiden 5 tahun.
Baca SelengkapnyaKunci sukses terletak pada sukses atau tidaknya membenahi kementerian dan kebijakan industrinya.
Baca SelengkapnyaMasalah utama di bidang migas yang dihadapi adalah produksi minyak yang saat ini masih sangat rendah.
Baca Selengkapnya