Masyarakat masih gandrungi pembayaran uang tunai
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) bersama perbankan nasional tengah menggalakkan less cash society atau meminimalisir penggunaan uang tunai. Hal ini lantaran membawa uang tunai dinilai lebih berisiko ketimbang penggunaan kartu.
Sayangnya, masyarakat Indonesia masih lebih memilih menggunakan uang tunai dalam bertransaksi ketimbang menggunakan kartu, meski otoritas sistem pembayaran telah melegalkan berbagai macam kartu untuk bertransaksi yakni Kartu ATM-Debit, Kartu Kredit dan uang elektronik (e-money).
Salah satu pengunjung pusat perbelanjaan di Bekasi Ice (35) mengaku masih lebih menyukai bertransaksi menggunakan uang tunai ketimbang menggunakan kartu pembayaran. "Belum berminat saja. Kartu ATM punya, cuma satu untuk keperluan kerja saja," kata Ice kepada merdeka.com, Jumat (18/4).
-
Bagaimana Bank Indonesia mencabut uang logam? Selain itu, dalam rangka mempertimbangkan masa edar yang cukup lama dan perkembangan teknologi bahan atau material uang logam, Bank Indonesia mencabut dan menarik uang rupiah logam pecahan Rp 500 Tahun Emisi (TE) 1991.
-
Kenapa kebutuhan uang Bank Indonesia meningkat? 'Jumlah tersebut meningkat 12,5 persen, jika dibandingkan dengan kebutuhan uang dalam periode yang sama menjelang nataru di akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,4 triliun rupiah,' kata Erwin, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/12).
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditas di tengah kenaikan BI Rate? 'Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,' tambahnya.
-
Siapa saja yang termasuk Bank Pemerintah di Indonesia? Daftar bank BUMN di Indonesia antara lain adalah BRI, BNI, Bank Mandiri, dan BTN.
-
Apa yang BNI tingkatkan? PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp97.9 triliun di September 2023 kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
-
Kenapa sistem ini dinilai bisa menekan politik uang? Sistem proporsional tertutup dinilai mampu meminimalisasi politik uang karena biaya pemilu yang lebih murah dibandingkan dengan sistem proporsional terbuka.
Senada dengan Ice, Nia (20) mengaku masih lebih menyukai bertransaksi secara tunai meski Nia pernah mengalami kehilangan uang tunai hingga Rp 450.000. "Pilihannya lebih praktis, sudah biasa pakai cash. Pernah hilang Rp 450.000, sayang lah hilang tapi bikin ATM itu males, terus kalau butuh uang harus cari-cari ATM dulu," ungkap Nia.
Ria (20) mengaku belum tertarik beralih menggunakan kartu sebagai alat pembayaran meski banyak promo-promo menarik ditawarkan saat berbelanja menggunakan kartu. "Ngga tertarik," singkat Ria.
Untuk meningkatkan penggunaan kartu pembayaran, beberapa gerai ritel telah bekerja sama dengan penerbit kartu dalam menyediakan berbagai promo menggunakan kartu.
Assistant Store Manager Matahari Departement Store Metropolitan Mall Bekasi, Turbo Arizona, mengaku gerainya telah bekerja sama dengan beberapa bank, antara lain BCA, BNI, Bank Mandiri dan Standard Chartered dalam memberikan promo-promo menarik menggunakan kartu yang dikeluarkan oleh bank-bank tersebut.
"Standard chartered, tahun lalu. BNI, Mandiri, BCA. Ada juga Kartuku. Ada promo kalau menggunakan kartu," tuturnya.
Namun, Turbo mengaku pengunjung yang berbelanja di gerainya masih lebih banyak bertransaksi menggunakan uang tunai ketimbang kartu. "Masih banyak yang bayar tunai dibandingkan pakai kartu," kata Turbo.
Meski demikian, ada pengunjung lain yang sudah lebih memilih melakukan pembayaran menggunakan kartu, utamanya kartu ATM-Debit. Alun (40) mengaku membayar dengan menggunakan ATM-Debit relatif lebih praktis ketimbang menggunakan uang tunai.
"Lebih praktis kalau bayar pakai debit. Makin banyak (gerai) yang tertima debit lebih bagus. Saya juga beli bensin pakai debit, kadang dapat diskon juga," tutur Alun.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melihat tren penggunaan alat pembayaran menggunakan kartu (APMK) terus meningkat. APMK terdiri dari kartu ATM, ATM-Debit, dan Kartu Kredit.
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran BI Rosmaya Hadi mengatakan, penggunaan APMK sudah tidak asing lagi di masyarakat.
"Melihat tren dari pilihan cara bertransaksi, saat ini bisa dibilanh alat pembayaran menggunakan kartu menjadi salah satu favorit para konsumen. Tidak perlu repot bawa uang tunai, banyak promo-promo menarik," kata Rosmasya di Makassar, Sabtu (12/4).
Menurut data Bank Indonesia, hingga akhir 2013, jumlah APMK tercatat sebanyak 104.553.973 atau meningkat dari tahun 2012 yang sebanyak 92.569.720. Sedangkan volume transaksi APMK sepanjang 2013 mencapai 3.749.307.179 dengan rata-rata harian mencapai 10.272.074. Angka ini meningkat dari volume transaksi sepanjang 2012 yakni 3.045.688.161 dengan rata-rata harian mencapai 8.321.552.
Untuk nominal transaksi, BI mendapati angka yang fantastis. Sepanjang tahun 2013, nominal transaksi APMK mencapai lebih dari Rp 4.020 triliun dengan rata-rata nominal transaksi harian mencapai lebih dari Rp 11,01 triliun. Angka ini meningkat dari nominal transaksi di tahun 2012 yang sudah mencapai angka lebih dari Rp 3.266 triliun dengan nominal transaksi harian mencapai lebih dari Rp 8,92 triliun.
Sementara untuk tahun berjalan di 2014 ini, mulai Januari hingga Maret 2014, BI mencatat jumlah kartu sudah bertambah menjadi 107.762.159. Untuk volume transaksi selama 3 bulan pertama 2014 mencapai 994.433.045 dengan nominal transaksi sudah mencapai lebih dari Rp 1.075 triliun.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Transaksi secara non tunai hanya dengan scan barcode QRIS pun merupakan kondisi yang lumrah.
Baca SelengkapnyaSetiap pecahan rupiah termasuk uang logam merupakan mata uang yang menggambarkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Baca SelengkapnyaHal tersebut dipaparkan oleh Direktur Utama BRI Sunarso saat media gathering di BRILian Stadium, Jakarta (12/9).
Baca SelengkapnyaUang tunai rupiah merupakan alat transkasi yang sah di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Indonesia kini mulai meninggalkan transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM.
Baca SelengkapnyaMenurut data Hippindo, transaksi digital seperti QRIS juga dapat meningkatkan jumlah transaksi terhadap para anggotanya.
Baca SelengkapnyaKehadiran QRIS merupakan inisiasi dari Bank Indonesia bersama Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia untuk menjawab kebutuhan masyarakat.
Baca SelengkapnyaPembayaran menggunakan QRIS mencegah peredaran uang palsu dan tak perlu repot menghitung kembalian
Baca SelengkapnyaDompet digital semakin marak digunakan sejak pandemi COVID-19.
Baca SelengkapnyaPay Later dinilai dapat memberikan manfaat yang optimal dalam memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari.
Baca SelengkapnyaUang kertas bersambung atau Uncut Banknotes tersebut memang benar dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
Baca SelengkapnyaBI menegaskan rupiah digital tidak akan menggantikan uang kertas dan koin yang ada saat ini
Baca Selengkapnya