Mayoritas Sarjana Baru di Indonesia Tak Siap Masuk Dunia Kerja
Merdeka.com - Country Manager JobStreet.com, Faridah Lim menyebut bahwa sebagian besar pencari kerja yang baru lulus kuliah alias fresh graduate belum memiliki skill yang mumpuni dan spesifik. Mayoritas fresh graduate hanya memiliki kemampuan umum.
"Skill yang dimiliki fresh graduate itu tidak ada yang spesifik. Kalau ada sangat sedikit. Itu tantangan bagi perusahaan dalam menemukan (calon pekerja)," kata dia, di Jakarta, Kamis (13/12).
Menurutnya, hal inilah yang membuat perusahaan mengalami kesulitan dalam merekrut pekerja yang benar-benar memenuhi kriteria yang dibutuhkan, khususnya dari kalangan fresh graduate. Sebab masih ada jarak antara skill yang dibutuhkan dengan kualitas lulusan yang melamar pekerjaan.
-
Siapa yang kesulitan mendapatkan pekerjaan? Indira adalah bagian dari kelompok generasi terbesar di Indonesia, Generasi Z, yang mencakup lebih dari 74 juta orang, atau 27,9 persen dari populasi Indonesia, yang lahir antara tahun 1997 dan 2012.
-
Bagaimana fresh graduate bisa menemukan pekerjaan yang sesuai? Untuk memperluas wawasan, para pencari kerja harus terus memperkuat skill dan menjalin jaringan dengan para profesional,' kata Serla Rusli, LinkedIn Career Expert.
-
Siapa yang kesulitan cari kerja? Dan Colflesh, seorang warga Amerika Serikat mengeluh dia sangat kesusahan mendapat pekerjaan meski sudah bergelar sarjana.
-
Siapa aja yang susah cari kerja? Salah satu kendala yang banyak dialami pencari kerja adalah kemampuan bahasa Inggris
-
Apa masalah sarjana dalam mencari kerja? Meskipun tingkat pengangguran laki-laki di Amerika Serikat tergolong rendah dibandingkan beberapa dekade terakhir, Colflesh termasuk di antara laki-laki yang kesulitan mendapatkan pekerjaan, atau bahkan berhenti mencari pekerjaan.
-
Apa aja kendala cari kerja? Selain bahasa, kesulitan generasi muda mendapatkan pekerjaan adalah keengganan untuk menggapai pekerjaan impian Generasi muda menginginkan yang instan, padahal karier sebaiknya dirintis dari nol
"Banyak belum ready. Kalau ditanya saya nggak bisa jawab. Sangat umum skill," lanjut dia.
Karena itu, dunia pendidikan sebagai pemasok angkatan kerja diharapkan mampu menyiapkan lulusan yang benar-benar mumpuni di bidangnya agar dapat memenuhi tuntutan serta kebutuhan dunia kerja.
Dia memandang upaya pemerintah mendorong pendidikan vokasi dan pembukaan jurusan-jurusan baru yang lebih praktis dan selaras zaman, akan sangat membantu terciptanya angkatan kerja dengan skill spesifikasi dan dapat memenuhi tuntutan dunia kerja.
"Pemerintah sangat peduli dan banyak lakukan terobosan vokasi. Saat ini baru digalakkan. Kayak sekarang tidak saja jurusan hospitality, tapi ada jurusan bagaimana bangun bisnis restoran. Jadi sangat praktis," jelasnya.
Selain itu, pihaknya pun turut membantu upaya pemerintah melalui program edukasi kepada calon pencari kerja, khususnya di tingkat perguruan tinggi.
"Kita tidak hanya menampilkan iklan lowongan. Contoh pendidikan vokasi kami juga lakukan pelatihan. Kitab jadi narasumber. Supaya mereka melek dunia kerja, 'Eh dunia kerja yang akan kita hadapi seperti ini'. Kami sangat proaktif dan rajin keliling kampus ke kampus. Bahkan sampai cara buat CV yang baik," kata dia.
"Saya lihat dunia pendidikan sudah mulai berbenah. Dalam pembicaraan dengan beberapa perguruan tinggi, mereka sampaikan Kita sudah ada jurusan terbaru, misal di bidang digital," tandas Faridah.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beban kerja makin tinggi sementara gaji tidak sesuai menjadi salah satu pemicu warga Korea sulit mendapatkan pekerjaan layak.
Baca SelengkapnyaBadan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah pengangguran di Indonesia per Februari 2024 mencapai 7,2 juta orang.
Baca SelengkapnyaPara pencari kerja pemula tersebut merasa belum mempunyai beban layaknya pencari kerja yang sudah menikah.
Baca SelengkapnyaMenaker Ida mengatakan, ada beberapa penyebab masih banyak pengangguran di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPerusahaan berpandangan jika generasi z belum siap bekerja.
Baca SelengkapnyaBadan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, sebanyak 9,9 juta Gen Z pada rentang usia 15 sampai 24 tahun menganggur pada 2023.
Baca SelengkapnyaCalon mahasiswa enggan mengambil jurusan kejuruan karena dianggap berstatus rendah, meski lebih diminati.
Baca SelengkapnyaMenaker Ida membeberkan daftar keterampilan yang dibutuhkan pasar kerja saat ini.
Baca SelengkapnyaData hampir 10 juta Gen Z jadi pengangguran merupakan temuan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023.
Baca SelengkapnyaKetidakcocokan keterampilan tenaga kerja dengan kebutuhan industri, berkontribusi terhadap masalah ini.
Baca SelengkapnyaSekjen Anwar menekankan, adanya job fair merupakan upaya yang sangat bermanfaat terhadap penciptaan peluang.
Baca Selengkapnya