Mei 2016, BPS catat impor USD 11,14 miliar
Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia sebesar USD 11,14 miliar pada Mei 2016. Meningkat 2,98 persen dibandingkan bulan sebelumnya sebesar USD 10,78 miliar.
Namun, jika dibandingkan Mei tahun lalu, impor mengalami penurunan sebesar 4,12 persen.
Peningkatan impor disebabkan melonjaknya pembelian nonmigas sebesar USD 9,47 miliar, meningkat 0,16 persen dibandingkan April 2016. Sedangkan, impor migas juga mengalami peningkatan sebesar USD 1,67 miliar, meningkat 22,5 persen.
-
Apa yang meningkat 1.540% sejak 2022? 'Hasil riset mengungkapkan adanya lonjakan 1.540 persen kasus penipuan menggunakan deepfakce di wilayah APAC sejak 2022 hingga 2023. Risetnya itu berjudul VIDA Where’s The Fraud - Protecting Indonesia Business from AI Generated Fraud.'
-
Apa yang naik di bulan Oktober 2023? 'Jika dibandingkan September 2023, NTP naik karena Bulan September 2023 yang masih bernilai 111,25,' kata Asim, Jumat (03/11/2023).
-
Kenapa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023 lebih tinggi? “Pertumbuhan ekonomi kita secara kuartal (q-to-q) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yaitu pertumbuhan triwulan II selalu lebih tinggi dibandingkan di triwulan I,“ terang Edy.
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Kapan IPM Kalimantan Timur mengalami peningkatan? Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalimantan Timur (Kaltim) tahun 2023 mencapai 78,20, meningkat 0,84 poin (1,09 persen) dibandingkan tahun sebelumnya (77,36).
-
Kapan PMI Manufaktur Indonesia berada di level tertinggi? Data Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global untuk bulan Maret 2024 menunjukkan bahwa PMI Manufaktur Indonesia berada di level 54,2.
"Kenaikan impor migas ini terjadi di semua kelompok komoditi migas, yakni impor mingak mentah sebesar USD 206,1 juta, impor hasil minyak sebesar USD 79,9 juta, dan impor gas sebesar USD 20,5 juta," kata Kepala BPS Suryamin di kantornya, Rabu (15/6).
Dia menambahkan, peningkatan impor nonmigas terbesar terjadi di golongan gula dan kembang gula sebesar USD 86 juta. Sedangkan penurunan terbesar terjadi di golongan mesin dan peralatan mekanik sebesar USD 129 miliar.
Secara kumulatif (Januari-Mei 2016), nilai impor mencapai USD 53,89 miliar.Turun 11,61 persen dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya. Dimana impor migas turun 34,15 persen sebesar USD 6,93 miliar dan non migas turun 6,91 persen sebesar USD 46,97 miliar.
Impor terbesar berasal dari China sebesar USD 12,26 miliar. Disusul Jepang dengan nilai USD 5,05 miliar dan Thailand sebesar USD 3,77 miliar.
"Impor nonmigas dari ASEAN mencapai pangsa pasar 22,26 persen, dementara Uni Eropa sebesar 9,51 persen." (mdk/yud)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Impor non migas mencapai USD16,10 miliar ini juga mengalami kenaikan sebesar 4,08 persen.
Baca SelengkapnyaImpor nonmigas mencapai USD18,18 miliar. Angka ini naik 19,76 persen dibandingkan Juni 2024.
Baca SelengkapnyaAngka ini mengalami penurunan dari Maret 2024 atau bulan sebelumnya.
Baca SelengkapnyaKontribusi China dalam impor non-migas Indonesia sedikit meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu dari 35,20 persen menjadi 35,91 persen.
Baca SelengkapnyaImpor barang modal mengalami persentase penurunan terdalam yaitu turun sebesar 10,51 persen.
Baca SelengkapnyaImpor migas mencapai USD 2,65 miliar atau turun 25,56 persen secara bulanan,
Baca SelengkapnyaPenerimaan ini tumbuh signifikan sebesar 59,3 persen.
Baca SelengkapnyaSurplus neraca perdagangan bulan Agustus 2024 lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Baca SelengkapnyaRealisasi tersebut telah mencapai 48,1 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024
Baca SelengkapnyaNeraca Perdagangan Indonesia melanjutkan trend surplus selama 45 bulan atau hampir 4 tahun secara berturut-turut.
Baca SelengkapnyaBanjirnya impor ilegal di Indonesia menjadi penyebab lesunya produk dalam negeri.
Baca SelengkapnyaCatatan ini memperpanjang daftar surplus selama 41 bulan berturut-turut.
Baca Selengkapnya