Mendag Enggar beberkan alasan kalahnya warung tradisional dengan toko ritel modern
Merdeka.com - Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita membeberkan beberapa hal yang membuat pasar atau pedagang tradisional kalah bersaing dengan toko ritel modern. Pertama yaitu terkait tempat. Pada umumnya pasar tradisional berada di tempat-tempat yang kurang nyaman dibandingkan dengan pasar ritel modern.
"Yang membuat pedagang tradisional, pedagang warung itu dikalahkan yaitu yang pertama berdagang di tempat umum kalau di dalam pasar bau, becek itulah yang terjadi," kata Mendag Enggar, di Bekasi, Rabu (1/11).
Faktor Yang kedua adalah terkait harga, di mana harga pasar tradisional biasanya lebih mahal dibanding ritel modern. Ini terjadi karena pedagang kecil membeli barang dengan harga lebih mahal, sebab hanya dengan jumlah sedikit. Sedangkan pasar ritel modern membelinya dalam jumlah yang besar sehingga mendapat harga lebih murah.
-
Siapa yang biasanya menjadi pedagang kelontong? Pedagang kelontong kebanyakan dilakukan orang-orang keturunan China.
-
Dimana pedagang kelontong berjualan? Awalnya mereka menjajakan dagangannya dari rumah ke rumah, atau menawarkan barang dagangannya untuk dijual di hotel.
-
Bagaimana Pak Kempleng awalnya berjualan sate? Dikutip dari kanal YouTube J. Christiono, nama asli Pak Kempleng adalah Pak Sakimin. Ia merintis berjualan sate dengan berkeliling Kota Ungaran sejak tahun 1960-an. Namun pada tahun 1972 Pak Sakimin meninggal dunia. Usaha itu kemudian diteruskan oleh putra keduanya, Pak Mulyono.
-
Bagaimana perdagangan rempah dilakukan di Palembang? Melalui Sungai Musi inilah perdagangan mulai terjalin, bahkan hingga terjadi percampuran budaya dengan masyarakat setempat.
-
Dimana kebakaran pasar terjadi? Pada Selasa (9/1) pukul 14.00, Pasar Ngawen Blora mengalami kebakaran hebat.
-
Apa yang disita dari pedagang? Barang bukti yang sita itu 4,5 kg daging anjing dan (ada yang sudah diolah) berupa rica-rica dan rawon. Itu, katanya laris dikonsumsi oleh orang-orang terbatas,' kata Kepala Satpol PP Provinsi Bali, Dewa Nyoman Rai Dharmadi, saat dikonfirmasi Kamis (1/8).
Ketiga adalah akses kepada dana. Pedagang besar membayar dengan waktu 1 bulan bahkan bisa sampai 3 bulan karena terkait volume pembelian. Sementara pedagang kecil harus membayar di depan. "Bahkan paling tidak dia harus bayar tunai," ujarnya.
Kata Mendag, tiga hal tersebut harus segera diselesaikan. Jika tidak, maka akan terjadi kesenjangan sosial, di mana pedagang yang besar makin besar, yang kecil akan makin tertindas.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Setidaknya tiga rumah warga yang berada di Desa Cangkuang, Salamnunggal, dan Kandangmukti mengalami kerusakan akibat aksi tersebut
Baca SelengkapnyaPedagang kelontong kebanyakan dilakukan orang-orang keturunan China.
Baca SelengkapnyaSepinya pembeli pedagang Pasar Tanah Abang jadi perhatian pemerintah.
Baca SelengkapnyaSetelah TikTok Shop resmi ditutup pekan lalu, sejumlah pengunjung mulai berlalu-lalang di kawasan Pasar Tanah Abang yang sebelumnya dikabarkan sepi.
Baca SelengkapnyaTeten mengunjungi beberapa pedagang untuk ditanyai perihal toko yang sepi pembeli.
Baca SelengkapnyaWarteg menjadi pilihan banyak orang lantaran harganya ramah kantung para pekerja di kota-kota besar.
Baca SelengkapnyaPemerintah seharusnya sudah melakukan antisipasi dini sejak lama dalam belanja online.
Baca SelengkapnyaAda arus barang impor yang masuk ke Indonesia dengan harga yang sangat murah dan produk lokal tak bisa bersaing secara harga.
Baca Selengkapnya"Justru pedagang yang harus belajar online. Memang lama-lama akan digital," kata Mendag
Baca SelengkapnyaJiwa ulet orang Madura dalam berbisnis sudah tampak sejak zaman kolonial Belanda
Baca SelengkapnyaLama tak terlihat, begini potret jadul para pedagang pada tahun 80an. Simak selengkapnya.
Baca SelengkapnyaMenurut Suswono, bangunan Pasar Serdang perlu untuk direvitalisasi usai menjumpai dua kelompok pedagang.
Baca Selengkapnya