Mendag Enggar bocorkan penyebab tingginya harga daging ayam
Merdeka.com - Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita angkat suara terkait mahalnya harga daging ayam di beberapa daerah. Menurutnya, tingginya harga daging ayam karena pasokan yang berkurang drastis.
"Harga daging ayam yang semula terjadi kenaikan, dan kenaikan itu karena supply berkurang. Kami semua turun ke pasar, disuplai sekitar 30-40 persen dari total kebutuhan," kata Mendag Enggar, di kantornya, Rabu (23/5).
Mendag Enggar menegaskan, tingginya harga ayam tidak terindikasi oleh kartel. Sebab, menimbun ayam tidak akan menguntungkan.
-
Harga bahan pangan apa yang naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Kenapa harga ayam potong naik? Menurut salah seorang pedagang di sana, harga ayam potong mengalami kenaikan hingga Rp8 ribu per kilogramnya.
-
Dimana harga bahan pangan naik? Tak hanya beras, harga sejumlah bahan pangan di Jakarta terpantau merangkak naik.
-
Apa saja kebutuhan pokok yang harganya naik? Memasuki akhir November, harga sejumlah kebutuhan pokok melambung tinggi. Di pasar tradisional Boyolali, harga gula putih dan gula merah naik drastis. Kenaikan harga gula cukup tinggi hingga mencapai Rp4.000 per kilogram.
-
Apa yang terjadi pada harga beras di Semarang? Di Pasar Simongan, Kota Semarang, harga beras jenis medium yang sebelumnya dijual dengan harga Rp10.000 per kilogram kini dijual dengan harga Rp13.500.
-
Dimana harga beras juga naik? Kenaikan harga sembako juga terjadi di Pasar Belakang Kodim Brebes. Harga telur ayam dari Rp26.000 per kilogram menjadi Rp28.000 per kilogram. Begitu pula dengan harga beras medium yang naik Rp1.000 per kilogram.
"Ayam itu tidak mungkin ditahan, ayam hidup harus dikasih makan, ayam mati itu juga, jadi cost kalau ditahan jadi pasti dilepas. Itu menunjukkan supply berkurang. Jangan ditanya kenapa supply berkurang, pokoknya supply berkurang di pasar," ujarnya.
Enggar mengatakan akan mengumpulkan pengusaha ayam dalam waktu dekat. Adapun pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya yang belum bisa meredam gejolak harga daging ayam.
"Nah, kami sudah undang para integrator dan peternak mandiri, mereka kami kasih waktu dalam satu minggu turunkan harga itu. Harganya sudah turun tapi terlalu kecil, makanya kami panggil lagi integrator untuk suplai, gerojokin itu. Yang semula ada pembatasan, diupayakan agar integrator yang besar tidak masuk ke pasar tradisional, mengingat harganya sudah terlalu tinggi, lepaskan saja dulu. Kami tidak mungkin bermain-main membatasi itu, tetapi tidak ada supply-nya."
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di Pasar Anyar Kota Bogor misalnya, kenaikan berkisar Rp46 ribu hingga Rp55 ribu per kilogram.
Baca SelengkapnyaMelansir data panel harga dari Badan Pangan Nasional (Bapanas), Komoditas daging ayam ras melonjak paling tinggi.
Baca SelengkapnyaKomoditas yang masih tinggi adalah daging ayam dan telur.
Baca SelengkapnyaIpah menyebut, kenaikan harga telur ayam telah berlangsung selama satu pekan terakhir.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga membuat penjual dan pembeli sama-sama merana
Baca SelengkapnyaAda beberapa harga komoditas bahan pangan yang mengalami kenaikan antara lain, beras, telur ayam, daging ayam, dan gula pasir.
Baca SelengkapnyaHarga telur saat ini sudah mendekati harga acuan yang ditentukan pemerintah.
Baca SelengkapnyaKomoditas daging ayam broiler mengalami kenaikan yang cukup tinggi.
Baca Selengkapnyaharga telur ayam di pasar mengalami kenaikan menjadi Rp32.000 per kg.
Baca SelengkapnyaMenurut pantauan data Badan Pangan Nasional, harga telur ayam berada di level Rp28.360 per kilogram.
Baca SelengkapnyaSaat ini harga beras kualitas premium rata-rata telah mencapai Rp18.000 per kilogram. Angka ini naik hingga 20 persen dari harga normal tahun 2023.
Baca SelengkapnyaSelain memantau harga bahan pokok dan kondisi pasar, Zulhas juga sempat membeli sejumlah dagangan pedagang di lokasi. Berikut potretnya:
Baca Selengkapnya