Mendag Enggar: Industri tekstil andalan devisa nomor 3 terbesar Indonesia
Merdeka.com - Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, mengadakan diskusi dengan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API). Dalam diskusi tersebut, dia mengajak agar pelaku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) untuk meningkatkan produksinya, sehingga bisa mendominasi pasar dalam negeri.
Dia menjelaskan, TPT dianggap sebagai industri sunset karena pernah mengalami masa jayanya, namun kemudian turun drastis. Hal ini dikarenakan industri ini kurang mampu menguasai pasar dan sangat bergantung dengan impor bahan baku.
"TPT bukanlah industri sunset. Industri ini merupakan andalan devisa nomor 3 terbesar setelah pariwisata dan kelapa sawit. Industri ini terus tumbuh dan berkembang seiring perkembangan fashion dan era digitalisasi," kata Mendag Enggar di Bandung, Jumat (14/9).
-
Gimana caranya Kemendag lindungi industri tekstil? Yaitu melalui pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) atau safeguard.
-
Kenapa impor tekstil dari China meningkat? Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan menyebut perang dagang antara kedua negara itu menyebabkan over kapasitas dan over supply di China, yang justru malah membanjiri Indonesia.
-
Apa yang mendorong peningkatan produksi? Peningkatan permintaan baru menjadi salah satu faktor utama yang mendorong aktivitas produksi.
-
Kenapa TD Pardede memilih bisnis tekstil? Kemudian dia beralih menjadi pengusaha tekstil. Sebab, saat itu masyarakat Indonesia kebanyakan hanya memakai kaus singlet. Pardede kemudian mendirikan pabrik yang memproduksi singlet.
-
Apa aja produk tekstil impor yang Kemendag selidiki? Produk-produk tersebut di antaranya pakaian dan aksesori pakaian, kain, tirai, karpet, benang stapel, filamen benang (yarn), ubin keramik, evaporator kulkas dan pembeku (freezer), baja, kertas, lysine, pelapis keramik, dan plastik kemasan.
-
Bagaimana Kemendag mendorong ekspor produk Tanah Air? 'Pemerintah pusat akan terus mendorong ekspor produk Tanah Air ke luar negeri seperti ini. Inikan hasil komunikasi kerja antara produsen dalam hal ini WKI dengan Pak Susanto Lee (Direktur Distributor Kara Marketing Malaysia) dengan atase kami Pak Deden di Malaysia, yang terus bekerja untuk mencarikan pasar di Malaysia, dan kami akan berniat merambah ke pasar Brunei, Vietnam, dan beberapa negara ASEAN lainnya,' ucap Didi Sumedi.
Dia berharap, TPT bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan mendorong peningkatan ekspor ke pasar global, seperti Amerika Serikat dan Eropa. Dengan demikian, pihaknya terus mempercepat penyelesaian perundingan perdagangan luar negeri.
Menteri Enggar menjelaskan, pihaknya telah menyelesaikan perundingan Indonesia-Chile CEPA, MoU Indonesia-Palestina, ASEAN-Hongkong FTA and Investment Agreement, Protocol to amend ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA), ASEAN-Japan Investment, Service, and MTA Agreements, dan Protocol to Amend Indonesia-Palestina (PTA).
Sementara beberapa perundingan yang masih dalam proses adalah Indonesia-Australia CEPA, Indonesia-European CEPA, Indonesia-EFTA CEPA, Indonesia-Iran PTA, Indonesia-Turkey CEPA, Indonesia-Mozambique PTA, Indonesia-Tunisia PTA, dan Regional Comprehensive Economic Partnership.
Selain menyelesaikan perjanjian, Kemendag juga akan mempertemukan API dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia untuk bekerja sama dalam meningkatkan TPT. "Saya senang sekali dengan pertumbuhan dan perkembangan yang ada dan asosiasi yang sekarang dipimpin oleh Pak Ade (Ketua API Ade Sudrajat) itu benar-benar saya akan jadikan kami akan jadikan sebagai mitra pemerintah," tandasnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemerintah diharap bersikap responsif serta tepat sasaran, sehingga sektor padat karya tekstil ini bisa bertahan menghadapi turbulensi ekonomi.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani menyebut anjloknya kinerja tekstil domestik dan PHK massal akibat dari serbuan barang impor.
Baca SelengkapnyaKementerian Perindustrian menawarkan tiga strategi agar industri tekstil dalam negeri tetap bangkit.
Baca SelengkapnyaIndustri tekstil terus menurun karena produk impor ilegal yang membanjiri pasar dalam negeri.
Baca SelengkapnyaTetapi sangat disayangkan sekali dalam konteks 5 subsektor industri, hirilisasi pertambangan masih mendapatkan fokus yang lebih berat.
Baca SelengkapnyaMasuknya barang impor tekstil dan produk tekstil (TPT) menghambat pertumbuhan pasar dalam negeri.
Baca SelengkapnyaAturan ini memberikan kesempatan industri TPT domestik untuk bangkit dan bersaing dengan produk impor legal.
Baca SelengkapnyaLonjakan impor pada Mei 2024 menunjukkan adanya tantangan dalam menjaga keseimbangan antara kebutuhan industri dengan perlindungan produsen dalam negeri.
Baca SelengkapnyaHarga produk impor lebih murah dengan kualitas yang hampir setara, membuat produk lokal kalah saing di pasar dalam negeri.
Baca SelengkapnyaZulhas menyebut, bahwa tren kebangkrutan industri tekstil dalam beberapa waktu terakhir tidak berkaitan dengan Permendag 8 2024.
Baca SelengkapnyaAngka ini meningkat drastis dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sekitar 25.000 orang yang di-PHK.
Baca SelengkapnyaKinerja sektor manufaktur Indonesia justru mengalami penurunan di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diklaim tetap kuat.
Baca Selengkapnya